Kebersahajaan Buya Syafii Maarif Dibawa hingga Liang Lahat...
Syafii Maarif konsisten hidup dalam kesederhanaan hingga berpulang. Meski pemerintah menawarkan pemakaman di taman makam pahlawan, jenazah Syafii akhirnya dikebumikan secara sederhana di pemakaman milik Muhammadiyah.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
Meskipun dianggap sebagai tokoh bangsa dan dihormati para pejabat negara, Ahmad Syafii Maarif konsisten hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan itu pula yang terbawa hingga dia berpulang. Meski pemerintah menawarkan pemakaman di taman makam pahlawan, jenazah Syafii akhirnya dikebumikan secara sederhana di pemakaman milik Muhammadiyah, sesuai dengan pesannya.
Syafii Maarif meninggal pada usia 87 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (27/5/2022) pukul 10.15. Jenazah Syafii kemudian disemayamkan di Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta. Di masjid itu pula sejumlah pejabat negara, termasuk Presiden Joko Widodo, sempat melayat dan menyampaikan dukacita.
Setelah itu, pada Jumat sore, jenazah Syafii dimakamkan di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah di Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Pemakaman yang berjarak sekitar 22 kilometer dari Kota Yogyakarta itu dikelola oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Berdasarkan pantauan Kompas, ambulans yang membawa jenazah Syafii tiba di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah pada Jumat sekitar pukul 16.10. Begitu tiba, jenazah tersebut langsung dibawa ke dekat liang lahat yang sudah disiapkan. Tanpa upacara apa pun, jenazah Buya Syafii kemudian dikebumikan.
Setelah pemakaman selesai, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Kemudian, keluarga Buya Syafii melakukan tabur bunga dan doa di depan makam. Seusai keluarga selesai berdoa, para kerabat, sahabat, dan warga yang hadir bergiliran memanjatkan doa untuk Syafii di dekat makamnya.
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah Khoiruddin Bashori menuturkan, pemerintah sebenarnya berharap jenazah Syafii bisa dimakamkan di taman makam pahlawan. Namun, rencana itu tak terlaksana karena semasa hidup Buya Syafii sudah berpesan agar dimakamkan di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah.
”Sebetulnya dari pemerintah berharap Buya bisa dimakamkan di taman makam pahlawan. Tetapi, Buya memang sebelum Ramadhan kemarin sudah pesan untuk pemakaman di Taman Makam Husnul Khotimah. Jadi, meskipun diberi kesempatan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, beliau memilih dimakamkan di sini,” kata Khoiruddin, ditemui seusai pemakaman.
Khoiruddin menilai, pilihan untuk dimakamkan di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah itu merupakan penegasan atas sikap sederhana yang telah dilakukan Buya Syafii selama hidupnya. ”Ini menunjukkan kesederhanaan Buya yang menjadi teladan kita semua,” ujarnya.
Menurut Khoiruddin, kesederhanaan Buya Syafii tecermin dari sikap dan perilakunya semasa hidup. Dia mencontohkan, sehari-hari, Buya Syafii tidak memiliki pembantu rumah tangga. Selain itu, saat masih sehat, Buya Syafii juga kerap bepergian dengan mengemudikan mobil sendiri.
Khoiruddin menambahkan, beberapa tahun lalu, Buya Syafii pernah bepergian naik bus umum untuk menghadiri suatu acara di Yogyakarta. Saat turun dari bus itu, Buya Syafii ditabrak oleh pengendara sepeda motor sehingga dia mengalami sakit. Setelah kejadian itu, Khoiruddin dan sejumlah teman menawarkan sopir untuk mengantar Buya Syafii saat bepergian.
Pilihan untuk dimakamkan di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah itu merupakan penegasan atas sikap sederhana yang telah dilakukan Buya Syafii selama hidupnya.
”Waktu itu, saya dan teman-teman berinisatif bagaimana kalau memafasilitasi Buya dengan sopir. Sampai sepuh, kan, Buya ke mana-mana nyopir sendiri, enggak mau pakai sopir,” kata Khoiruddin. Namun, Buya Syafii menolak halus tawaran tersebut.
Khoiruddin mengatakan, selama ini, sejumlah pihak juga beberapa kali menawarkan bantuan atau fasilitas untuk Buya Syafii. Dia mencontohkan, ada yang ingin memberikan rumah di Jakarta untuk Buya Syafii atau membelikan tiket pesawat saat Buya bepergian. Namun, semua tawaran itu ditolak.
Integritas
Menurut Khoiruddin, kesederhanaan itu merupakan bagian dari upaya Buya Syafii menjaga integritas. Dalam berbagai kesempatan, Buya Syafii memang selalu menekankan pentingnya menjaga integritas dengan berperilaku sesuai ucapan.
”Selalu yang dikatakan Buya itu adalah integritas. Jangan sampai pecah kongsi antara kata dan perbuatan. Itu yang luar biasa pada Buya,” kata Khoiruddin.
Upaya menjaga integritas itulah yang membuat Buya Syafii memilih hidup sederhana. Sampai akhir hayatnya, dia memilih tinggal di sebuah perumahan di Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman.
Salah seorang tetangga Buya Syafii, Heru Dwiantoro (58), mengatakan, perumahan tempat tinggal Buya Syafii bukanlah perumahan mewah. Dia menyebut, sehari-hari, Buya Syafii juga memiliki gaya hidup sederhana. Salah satu contohnya, Buya Syafii kerap bersepeda sendirian saat bepergian jarak dekat. ”Beliau juga tidak pilih-pilih saat bergaul,” tutur Heru saat ditemui setelah pemakaman Buya Syafii.
Heru menuturkan, Buya Syafii juga seorang suami yang memiliki perhatian besar pada istrinya. Suatu saat, Heru mengaku melihat Buya Syafii berjalan kaki menembus gerimis dari masjid dekat rumahnya. Ternyata, Syafii pulang ke rumahnya untuk mengambil payung agar sang istri tak kehujanan.
”Beliau mengambil payung dua, satu untuk beliau dan satu untuk istrinya. Jadi, beliau rela menembus hujan gerimis untuk mengambilkan payung untuk istrinya,” kata Heru.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy juga menyebut Buya Syafii sebagai sosok yang sederhana dan bersahaja. Muhadjir menambahkan, pemikiran Buya Syafii telah melampaui sekat-sekat yang membatasi hubungan kemanusiaan.
”Beliau ini kalau saya kategorikan tingkatnya sudah level tertinggi dalam hal pemikiran dan teladan. Beliau sudah sampai level kemanusiaan karena sudah tidak membedakan siapa-siapa. Kalau berhubungan, siapa pun dilayani dengan baik,” ungkap Muhadjir.
Muhadjir memaparkan, Buya Syafii juga merupakan sosok guru bangsa yang sulit dicari tandingannya. Dia mengatakan, salah satu yang sangat berkesan dari Buya Syafii adalah keteguhannya dalam memegang prinsip.
”Walaupun mungkin banyak orang yang bisa tidak sependapat dengan beliau, tapi kalau beliau yakin betul bahwa itu berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, maka beliau akan menyampaikan dengan apa adanya. Mungkin untuk orang lain sangat pahit, tapi itu adalah suatu kewajiban,” ungkap Muhadjir.
Kini, guru bangsa itu telah berpulang. Tinggal jejak-jejak nilai hidupnya yang semestinya dirawat seluruh elemen masyarakat. Bersahaja dalam hidup, luhur dalam pemikiran.