Presiden: Buya Syafii Kader Terbaik Muhammadiyah dan Guru Bangsa
Presiden Joko Widodo menyebut Buya Syafii Maarif sebagai guru bangsa. Negara ini sangat kehilangan sosok yang disebutnya sebagai kader terbaik Muhammadiyah. Toleransi dan keberagaman jadi hal yang terus disuarakan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Jenazah mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dilepas menuju pemakaman oleh Presiden Joko Widodo dari Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (27/5/2022). Menurut Presiden, negara ini kehilangan salah satu putra terbaik sekaligus guru bangsa.
Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii berpulang dalam usia 87 tahun di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat pagi sekitar pukul 10.15. Jenazah disemayamkan sementara di Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta, DIY.
Presiden datang ke masjid tersebut didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. Mereka tiba sekitar pukul 15.00. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yang sudah berada di masjid tersebut menyambut kedatangan Presiden.
Presiden, rombongan, dan jemaah masjid yang lain langsung melaksanakan shalat Ashar begitu tiba. Dalam kesempatan itu, Presiden akan melepas jenazah menuju tempat peristirahatan terakhir di Pemakaman Husnul Khotimah Muhammadiyah, Kulon Progo.
”Beliau adalah guru bangsa. Dan, yang saya lihat, beliau hidup dalam kesederhanaan. Beliau adalah kader terbaik Muhammadiyah yang selalu menyuarakan tentang keberagaman dan selalu menyuarakan tentang toleransi antarumat beragama,” kata Presiden sebelum pelepasan jenazah.
Adapun Haedar masih ingat betul Presiden dan Pratikno menjenguk Buya Syafii pada 26 Maret 2022. Saat itu, Buya baru saja keluar dari rumah sakit. Kondisinya terlihat segar dan bugar. Namun, takdir berkata lain. Sejak 13 hari yang lalu, kondisi kesehatan Buya memburuk sehingga harus ditangani secara intensif oleh tim dokter dari RS PKU Muhammadiyah. Penanganan juga mendapatkan bantuan dari tim dokter kepresidenan.
Untuk itu, Haedar mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang diberikan segenap pihak. Menurut dia, banyak sekali orang yang telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk berupa penanganan kesehatan hingga doa.
”Karena itu, kami selain menyampaikan rasa kehilangan juga akan menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Pak Presiden, Gubernur DIY, dan seluruh pihak yang begitu mencintai beliau dengan segala bantuan dukungan takziah dan doa. Bahkan, tadi jemaah yang menshalatkan beliau bergelombang tiada henti,” kata Haedar.
Memesan makam
Haedar mengaku, pihaknya menemani Buya sampai saat-saat terakhirnya. Ia tiba setengah jam sebelum Buya berpulang. Bagi dia, Buya dipanggil Tuhan dalam kondisi yang benar-benar siap. Yang mengagetkannya, pada 24 Februari 2022, Buya meneleponnya untuk memesan makam di Pemakaman Husnul Khotimah Muhammadiyah.
”Beliau dipanggil Allah dengan segala kesiapan yang luar biasa. Seakan-akan beliau sudah merasa saat dan waktunya tiba. Tanggal 24 Februari lalu, beliau kontak saya. Yang mengagetkan perasaan saya, beliau memesan makam,” kata Haedar.
Haedar juga membenarkan kesan-kesan Presiden terhadap sosok Buya. Pihaknya menganggap almarhum sebagai seorang yang tulus, sederhana, dan bersedia menerima kritik. Pesan akan keutuhan bangsa juga selalu disampaikan almarhum kepada para generasi penerusnya di Muhammadiyah.
”Beliau selalu pesan kepada kami agar menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah, dan keutuhan umat. Tentu, pemikiran, jejak langkah, kita semua sudah menyaksikannya. Mudah-mudahan apa yang semasa hidup beliau lakukan, semuanya menjadi amal jariah,” kata Haedar.