Cuaca Ekstrem Picu Banjir dan Angin Kencang di Sulsel-Sulbar
Bencana hidrometeorologi melanda sebagian wilayah Sulsel dan Sulbar. Hujan deras disertai angin kencang masih terus membayangi.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Cuaca ekstrem di sebagian wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat memicu terjadinya angin kencang dan banjir. Di Sulbar, banjir bandang disertai longsor menerjang sejumlah desa di tiga kecamatan di Kabupaten Majene sehingga menyebabkan lebih dari 1.300 rumah terendam. Wilayah yang diterjang banjir bandang ini merupakan wilayah yang juga terdampak saat gempa besar melanda Sulbar pada 15 Januari 2021.
Hujan deras di Majene terjadi sejak Kamis (26/5/2022) sore hingga malam, terutama di wilayah hulu. Hingga Jumat (27/5/2022), hujan masih terus terjadi. Banjir bandang menerjang setidaknya tujuh desa di Kecamatan Malunda dan masing-masing dua desa di Kecamatan Tubo dan Tammeroddo. Di beberapa desa lain, hujan juga memicu longsor. Banjir ini disebabkan luapan Sungai Deking.
”Kami masih terus mendata. Hingga sore ini tercatat lebih dari 1.300 rumah yang terendam. Ada enam rumah hanyut terbawa luapan air, termasuk puluhan hewan ternak. Ada pula dua jembatan serta jalan desa yang putus, termasuk saluran air bersih. Sebagian warga saat ini mengungsi ke wilayah yang aman,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majene Ilhamsyah saat dihubungi dari Makassar, Jumat sore.
Ilhamsyah mengatakan, ketiga kecamatan yang dilanda banjir itu saat gempa tahun lalu juga terdampak cukup parah karena dekat dengan episentrum gempa. Sebagian warga yang terdampak saat ini juga menjadi korban gempa tahun lalu.
Saat ini, selain melakukan pendataan, BPBD Majene menyalurkan bantuan untuk warga korban banjir. Nilai kerugian hingga kini belum bisa ditaksir karena laporan dari desa-desa terdampak terus masuk ke BPBD.
Sementara itu, di Makassar dan sejumlah wilayah di Susel, hujan deras yang terjadi sejak Kamis sore hingga Jumat juga menyebabkan banjir. Luapan Sungai Manuju di Kabupaten Takalar menyebabkan banjir di beberapa desa. Di Kabupaten Gowa, luapan Sungai Jenelata membuat jembatan di Desa Manuju nyaris putus. Adapun di Kabupaten Pinrang, hujan deras menyebabkan sejumlah desa di dua kecamatan diterjang banjir.
Di sebagian wilayah Sulsel, hujan memang masih terus terjadi beberapa bulan ini. Dalam tiga hari terakhir, cuaca kian ekstrem ditandai dengan hujan disertai kilat dan petir serta angin kencang. Sepanjang Kamis hingga Jumat sore, awan hitam pekat menggantung di langit disertai hujan deras. Hanya sebentar berhenti, hujan kembali deras.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sulsel menyebut kondisi ini disebabkan naiknya suhu muka air laut di Selat Makassar. Saat ini, suhu muka laut di Selat Makassar bagian selatan menghangat menjadi 30-31 derajat celsius. Suhu ini naik 1,5-2,0 derajat dari suhu rata-rata.
”Selain itu, terdapat belokan angin di Selat Makassar sehingga terjadi perlambatan massa udara di atas wilayah Sulsel. Dari skala regional, terpantau Gelombang Ekuatorial Rossby yang aktif di wilayah Sulawesi. Ketiga faktor tersebut bersinergi sehingga meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Sulawesi Selatan, khususnya bagian barat,” kata prakirawan BMKG Sulsel, Asriani Idrus, Kamis malam.
Gelombang Ekuatorial Rossby adalah suatu fenomena gelombang atmosfer yang terjadi di fluida (atmosfer/lautan) yang berotasi secara berpasangan. Gelombang ini bergerak ke arah barat di sekitar ekuator. Gelombang Rossby dapat menyebabkan wilayah yang dilaluinya berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan konvektif (hujan) seperti cumulonimbus.