Terminal Peti Kemas Semarang Pulih, Sejumlah Industri Belum Beroperasi
Aktivitas Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, berangsur pulih setelah sempat berhenti beroperasi akibat banjir rob. Tanggul laut yang sempat jebol dalam proses perbaikan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI, GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Banjir rob akibat jebolnya tanggul laut di kawasan pabrik Lamicitra Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (23/5/2022) turut menghambat aktivitas di Terminal Peti Kemas. Sempat berhenti operasi selama 21 jam, pelayanan aktivitas bongkar muat mulai pulih pada Selasa (24/5/2022) siang. Namun, sejumlah industri dan pabrik masih meliburkan karyawan.
Tanggul laut dengan luasan sekitar 20 meter × 1,5 meter di kawasan Lamicitra yang jebol Senin siang mengakibatkan Pelabuhan Tanjung Emas terendam banjir dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. Ratusan pekerja yang beraktivitas di kawasan itu dievakuasi petugas menggunakan perahu karet lantaran ketinggian air terus bertambah.
Tingginya air yang merendam kawasan Pelabuhan Tanjung Emas membuat aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas dihentikan. Setidaknya 500 peti kemas untuk ekspor dan impor sempat terendam. Ratusan peti kemas yang dijadwalkan dibongkar atau dimuat pada Senin terhambat.
Setelah memastikan sambungan daya untuk alat bongkar aman dialiri listrik, aktivitas bongkar muat kembali dilakukan pada Selasa pukul 11.00. ”Operasionalisasi Terminal Peti Kemas Semarang sudah berjalan. Kondisi dermaga dan lapangan penumpukan relatif sudah kering. Hari ini kami sudah melayani kegiatan bongkar muat di tiga kapal yang bersandar di dermaga,” ujar General Manager Terminal Peti Kemas Semarang I Nyoman Sudhiarta, Selasa.
Sudhiarta menyebut pihaknya masih fokus terhadap pelayanan kembali aktivitas bongkar muat. Kerugian akibat banjir rob yang melanda wilayahnya baru akan dihitung setelah kondusif. Dalam penghitungan kerugian, pihaknya akan melibatkan eksportir ataupun importir yang turut terdampak.
PT Pelabuhan Indonesia Regional 3 Tanjung Emas, Semarang, memberikan 3.600 karung pasir untuk perbaikan sementara tanggul yang jebol agar banjir tak meluas. Selain itu, PT Pelindo juga menyiagakan sedikitnya 32 mesin pompa air berkapasitas 800 liter per detik untuk mengurangi ketinggian air.
General Manager Pelabuhan Tanjung Emas Hardianto mengatakan, selama ini pihaknya telah berupaya meninggikan dan menguatkan dermaga, meninggikan lapangan kontainer, serta menambah pompa air. Untuk selanjutnya, PT Pelindo akan membuat saluran-saluran air baru dan meninggikan jalan.
”Sebelumnya kami rutin melakukan sejumlah upaya untuk menahan luapan rob agar tidak masuk ke area pelabuhan. Hal ini tak hanya untuk kepentingan operasionalisasi pelabuhan semata, tetapi juga untuk melindungi area permukiman di sekitar pelabuhan,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan, Selasa petang, banjir rob masih menggenangi kawasan pelabuhan. Di luar pelabuhan, ketinggian banjir mencapai 50-60 sentimeter. Adapun di dalam kawasan pelabuhan dan industri, banjir mencapai 1 meter.
Sejumlah pabrik meliburkan karyawannya. Namun, sebagian dari mereka nekat kembali ke pabrik untuk mengevakuasi sepeda motor mereka yang pada Senin kemarin tidak sempat diselamatkan. ”(Peringatan tanggul jebol) langsung pada lari semua. Takutnya seperti banjir bandang, tsunami. Soalnya dekat laut, makanya lari-lari tidak mengamankan motor, yang penting menyelematkan diri sendiri,” ucap Dewi Lestari, karyawan pabrik garmen di kawasan industri Pelabuhan Tanjung Emas.
Pada Selasa sekitar pukul 14.00, alarm peringatan jebolnya tanggul laut berbunyi. Karyawan dan semua orang di dalam kawasan pelabuhan berlarian keluar. Mereka berkejaran dengan air yang cepat memasuki daratan.
Sejumlah pabrik meliburkan karyawannya. Namun, sebagian dari mereka nekat kembali ke pabrik untuk mengevakuasi sepeda motor mereka yang pada Senin kemarin tidak sempat diselamatkan.
Banjir juga masuk sampai ke premukiman warga Kelurahan Tanjung Mas. Jalan dan rumah terendam banjir. Ketinggian banjir bervariasi mulai dari 40 cm hingga 60 cm. Warga belum sempat menyelamatkan barang-barang.
Seperti yang dialami Triana yang rumahnya terendam banjir. Tidak ada tempat kering, sekadar untuk tidur pun tidak ada. Sejak banjir datang, ia, suami, dan anaknya hanya duduk-duduk di bangku teras rumah. ”Air datang pukul tiga (sore), rumah langsung penuh dengan air. Sampai tidak bisa tidur,” kata Triana.
Mengungsi
Banjir rob yang turut melanda Kota Pekalongan mengakibatkan sedikitnya 213 orang mengungsi, hingga Selasa petang. Mereka, antara lain, mengungsi di Aula Kelurahan Degayu, Aula Kelurahan Tirto, Masjid Khusnul Kulk Tirto, Markas PMI Kota Pekalongan, dan Taman Pendidikan Alquran Attaubah Tirto.
Hingga Selasa, sejumlah wilayah, seperti Kelurahan Degayu, Tirto, Panjang Wetan, Klego, Pasirkratonkramat, Panjang Baru, dan Gamer, masih terendam. Ketinggian air berkisar 10-70 sentimeter.
Banjir rob di kawasan-kawasan itu bermula dari adanya pasang air laut yang memicu jebolnya tanggul Sungai Meduri di Kelurahan Tirto. Luasan tanggul yang jebol kira-kira 30 meter. Untuk menahan limpasan air, pemerintah setempat bekerja sama dengan sejumlah pihak membuat tanggul darurat dari karung berisi pasir.
”Kami terus berupaya memasang karung-karung pasir di lokasi tanggul yang jebol untuk menahan limpasan air. Masyarakat di bantaran sungai kami imbau untuk bersiaga dan segera mengamankan barang-barang berharga karena banjir rob diperkirakan masih akan terjadi sampai dengan Kamis (26/5/2022),” tutur Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha.