Kucing Merah, Satwa Pemangsa Puncak di Kalimantan, Mati Terjerat
Kucing merah yang superlangka di Kalimantan ditemukan mati terkena jerat pemburu. Kucing yang diperkirakan ada sejak empat juta tahun lalu itu ditemukan peladang di tengah hutan Kabupaten Murung Raya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PURUK CAHU, KOMPAS — Kucing merah Kalimantan atau BorneoBay cat ditemukan mati terjebak jerat babi hutan di Murung Raya, Kalimantan Tengah. Kematian satwa dilindungi ini terjadi di tengah minimnya data tentang keberadaan dan pola kehidupannya.
Lokasi penemuan bangkai kucing merah (Felis badia) itu berada di kawasan hutan sekitar Desa Joloi, Kecamatan Seribu Riam, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Tempat itu berjarak sekitar 79 kilometer dari Puruk Cahu, ibu kota Murung Raya. Sementara dari Palangkaraya, jaraknya 403 km.
Saat dihubungi dari Palangkaraya, pegiat satwa dilindungi asal Murung Raya, Melky, menjelaskan, kucing merah ditemukan warga yang hendak pergi ke ladang, Selasa (10/5/2022). Terjerat perangkap, satwa langka itu mati. Tubuhnya tergeletak di tanah.
”Kucing merah adalah satwa dilindungi di tutupan hutan Kalimantan, jumlahnya sudah sangat sedikit,” kata Melky, Rabu (18/5/2022).
Kucing merahmenjadi satu dari beberapa kucing liar yang dilindungi merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jenis lainnya, antara lain, kucing hutan atau meong congkok (Felis bengalensis), kucing kuwuk (Felis marmorata), kucing dampak (Felis planiceps), kucing bakau (Felis viverrinus), dan kucing emas (Felis temmincki).
Pada tahun 2002, Badan Konservasi Dunia (IUCN) mengklasifikasikan kucing merah ke dalam status terancam punah. Populasinya kurang dari 2.500 ekor di dunia. Indonesia, khususnya Pulau Kalimantan, menjadi tempat populasi terbanyak.
Dalam berbagai referensi literasi kucing merah diprediksi sejak 4 juta tahun lalu saat Kalimantan masih bergabung dengan daratan Asia. Kucing merah mempunyai tubuh ramping dengan panjang sekitar 55 sentimeter, ekor sepanjang sekitar 35 cm, dan berat tubuh antara 2,3-4,5 kilogram. Berbeda dengan kucing emas, kucing merah memiliki warna yang lebih gelap.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalteng Nur Patria Kurniawan menjelaskan, selama pandemi Covid-19, aktivitas satwa liar cukup tinggi. Kucing merah sudah beberapa kali terlihat di kamera jebak selama pandemi. Namun, saat kini berhasil ditemukan, justru mati terkena jerat.
”Kejadian kali ini (kucing merah) pasti terkena jerat babi hutan. Enggak mungkin warga sengaja menjerat atau mencari kucing hutan, apalagi kucing merah,” ungkap Nur.
Di Kalteng, dalam catatan Kompas, terakhir kali kucing merah terlihat pada kamera jebak terjadi pada tahun 2017. Saat itu, peneliti dari Borneo Nature Foundation (BNF) memasang 54 kamera jebak di 28 lokasi selama 28 hari. Terdapat beberapa gambar aktivitas kucing merah di malam hari.
Kucing merah juga pernah terlihat di Kalimantan Timur pada tahun 2020. Setelah itu, belum ada kamera jebak maupun manusia yang melihatnya lagi.
Nur menjelaskan, penelitian kucing merah dan lima jenis kucing endemik Kalimantan lainnya masih minim. Menurut Nur, perhatiannya masih di bawah orangutan.
Kucing merah dan jenis kucing liar lain juga sulit ditemukan karena beraktivitas di malah hari. Banyak penelitian dilakukan menggunakan teknologi tanpa berjumpa langsung dengan si kucing.
”Selama pandemi, kucing liar atau kucing hutan beberapa kali terlihat kamera, mungkin sebelumnya sulit karena aktivitas manusia tinggi. Kini, saat aktivitas di luar rumah berkurang aktivitas satwa liar pun tinggi,” ungkap Nur.
Ke depan, Nur akan menggelar workshop khusus tentang kucing-kucing liar ini. Kegiatan itu diharapkan akan memulai munculnya jurnal penelitian pengetahuan tentang kucing hutan dan beragam jenisnya, dimulai dari Kalteng.
”Sampai sekarang populasinya sangat sedikit, tetapi belum tahu pastinya, padahal ini top predator. Di Sumatera memang ada, tetapi di sana kucing liar bukan top predator karena ada harimau, di sini (Kalteng), hanya buaya dan kucing hutan ini,” ungkap Nur.