Arus balik kian intens terjadi di Surabaya, Jawa Timur, seiring potensi urbanisasi yang akan memicu peningkatan populasi dan mungkin berbagai masalah sosial.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Situasi lalu lintas yang lengang di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (1/5/2022) atau sehari sebelum Lebaran 2022. Lalu lintas lengang karena sebagian warga Surabaya mudik untuk merayakan Lebaran di kampung halaman.
SURABAYA, KOMPAS — Arus balik Lebaran 2022 ke Surabaya, Jawa Timur, kian intens. Kedatangan penumpang kereta api dan bus serta pemudik pengguna kendaraan pribadi telah melampaui statistik keberangkatan.
Kendaraan arus balik dihitung setelah Lebaran yang dirayakan pada 2-3 Mei 2022. Lima hari terakhir atau sampai dengan Minggu (8/5/2022) petang, penumpang yang turun di seluruh stasiun PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 Surabaya tercatat 102.691 orang. Jumlah itu jauh di atas penumpang berangkat, yakni 76.709 orang.
”Arus balik dilihat dari kedatangan di Surabaya,” kata Manajer Hubungan Masyarakat KAI Daop 8 Surabaya Luqman Arif.
KAI menetapkan masa angkutan Lebaran berlangsung pada 22 April hingga 13 Mei 2022 atau H-10 sampai H+10 hari raya. Sejak awal masa angkutan itu, penumpang berangkat sebanyak 242.787 orang. Jumlah ini sementara di bawah penumpang turun atau kedatangan yang mencapai 243.144 orang.
Sementara itu, angka kedatangan lebih dari angka keberangkatan mengindikasikan arus balik tahun ini lebih besar daripada arus mudik.
Penumpang KA Kertajaya (Surabaya-Jakarta) tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Minggu (8/5/2022). Hari itu, ekitar 40.900 penumpang tiba di sejumlah stasiun yang masuk wilayah Daop 1 Jakarta.
Situasi serupa terlihat pada mobilitas pemudik pengguna kendaraan pribadi melalui Jalan Tol Trans-Jawa. Mobilitas dari dan ke Surabaya terpantau melalui Gerbang Warugunung dan Gerbang Kejapanan Utama.
Menurut data PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dalam kurun 3-7 Mei 2022 di Warugunung tercatat 184.646 kendaraan menuju Surabaya. Jumlah ini jauh melampaui kendaraan yang meninggalkan ibu kota Jatim tersebut, dalam kurun waktu yang sama, yakni sebanyak 148.326 kendaraan.
Arus balik diprediksi mencapai puncaknya pada hari ini (Minggu 8 Mei 2022). (Tody Satria)
Di Kejapanan Utama, mobilitas kendaraan lebih besar. Tercatat 218.674 kendaraan menuju Surabaya. Adapun kendaraan yang meninggalkan Surabaya lebih kecil, yakni 207.034 kendaraan.
”Arus balik diprediksi mencapai puncaknya pada hari ini (Minggu 8 Mei 2022),” ujar Kepala Departemen Komunikasi dan Pemasaran Divisi Regional Jasamarga Transjawa Tollroad Tody Satria.
Ibarat pepatah setali tiga uang, arus balik juga terjadi pada penumpang bus antarkota dalam provinsi (AKDP) dan antarkota antarprovinsi (AKAP) di Terminal Purabaya, Sidoarjo. Menurut catatan pengelola, empat hari setelah Lebaran, tercatat kedatangan 3.250 bus mengangkut 67.029 penumpang. Jumlah itu melampaui keberangkatan yakni 2.939 bus dengan 64.015 penumpang.
”Arus balik telah terjadi setelah Lebaran kedua,” kata Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Purabaya Andi Cipto Adi.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, arus balik akan memicu atau mendorong urbanisasi di ibu kota Jatim tersebut. Seusai masa libur Lebaran, untuk menekan ledakan urbanisasi atau penambahan populasi di Surabaya karena kedatangan pencari kerja, aparatur biasanya mengadakan operasi yustisi.
Operasi yustisi, lanjut Eri, terpaksa ditempuh dengan tujuan menjaga stabilitas sosial dan ekonomi Surabaya. Orang-orang yang tidak membawa kartu tanda penduduk perlu ditanyai maksud dan tujuan kedatangan ke Surabaya. Jika mencoba mengadu nasib dan berpeluang amat kecil mendapatkan pekerjaan, sebaiknya kembali dan didorong untuk bekerja di daerah asal.
Petugas menindak pengendara yang tidak menggunakan masker saat Operasi Yustisi Pelanggar Protokol Kesehatan di Jalan Darmo, Surabaya, Senin (14/9/2020).
Sosiolog dari Universitas Trunojoyo Madura Mutmainnah Munir mengatakan, Surabaya tidak bisa melepaskan diri dari arus urbanisasi. Sebagai kota kedua terbesar di Nusantara atau setelah Jakarta (Ibu Kota), urbanisasi menjadi keniscayaan.
Selain itu, bersama dengan daerah sekitar, yakni Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, dan Bangkalan (Madura), tercipta migrasi sirkuler atau masyarakat komuter (ulang alik). Mereka bermukim di luar Surabaya, tetapi pagi-sore bekerja atau mencari nafkah di ibu kota.
”Mobilitas sirkuler akan semakin intens setelah hari raya apalagi situasi pandemi Covid-19 melandai dan bisa dikatakan terkendali,” kata Mutmainnah. Urbanisasi tidak sekadar berdampak ke Surabaya saja, tetapi meluas ke daerah sekitar. Pendatang dari luar Surabaya Raya atau Gerbangkertasusila, mendapatkan pekerjaan, kemudian bermukim di megakawasan ini. Populasi akan meningkat, sebagian merupakan kontribusi dari urbanisasi.