Kecelakaan di Waterpark Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, perlu menjadi momentum untuk evaluasi dan pemeriksaan menyeluruh terhadap kelaikan dan keamanan wahana, sarana, dan fasilitas di seluruh obyek wisata.
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berjanji mengevaluasi keamanan dan kelaikan seluruh obyek wisata dan ruang publik untuk menjamin keselamatan masyarakat atau pengunjung. Insiden patah dan ambrolnya seluncuran Waterpark Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, sehingga 17 pengunjung terjatuh dan menderita cedera serius, Sabtu (7/5/2022), jangan berulang.
Eri mengutarakan hal itu saat mengunjungi para korban yang dirawat di RSUD dr Mohamad Soewandhi dan RSUD dr Soetomo, Surabaya, Minggu (8/5/2022). Eri mendampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang menjenguk dan bersimpati kepada keluarga korban kecelakaan di Waterpark Kenjeran itu.
”Saya memperingatkan seluruh pemilik dan pengelola obyek wisata untuk mengevaluasi menyeluruh semua wahana, sarana, dan fasilitas untuk menjamin keselamatan pengunjung,” kata Eri. Peristiwa terjadi dalam masa libur Lebaran 2022 dalam situasi pandemi Covid-19 terkendali. Obyek wisata boleh dibuka dan dikunjungi secara optimal.
Eri melanjutkan, evaluasi menyeluruh diperlukan karena serangan Covid-19 sejak Maret 2020 mengakibatkan sebagian besar obyek wisata yang berwahana terpaksa berhenti operasi atau menerima pengunjung amat terbatas. Dalam dua tahun terakhir, berbagai wahana di obyek wisata berkemungkinan kurang terawasi karena tidak atau amat jarang dipakai.
”Pengelola Waterpark harus bertanggung jawab terhadap keluarga korban dan seluruh pengelola obyek wisata harus memastikan aspek kelaikan wahana demi keselamatan pengunjung,” kata Eri.
Pengawasan dan pemeliharaan seluruh sarana, wahana, dan fasilitas perlu dilakukan agar laik dan aman untuk pengunjung. Aparatur akan memeriksa kelengkapan dan kelaikan pengelolaan wahana, sarana, dan fasilitas di obyek wisata bahkan termasuk ruang publik yang dikelola oleh pemerintah dan perusahaan daerah.
Obyek wisata itu, antara lain taman kota, museum, alun-alun, Kebun Binatang Surabaya, Taman Flora Bratang, Kebun Bibit Wonorejo, Hutan Raya Mangrove Wonorejo dan Gunung Anyara, dan Taman Hiburan Pantai Kenjeran.
”Kami akan secara rutin meminta kepada pengelola laporan tentang pemeriksaan dan pemeliharaan wahana, sarana, dan fasilitas untuk penerbitan sertifikat laik fungsi. Dalam peristiwa di Waterpark Kenjeran, kami juga menunggu hasil penyelidikan,” ujar Eri, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya itu.
Kami akan secara rutin meminta kepada pengelola laporan tentang pemeriksaan dan pemeliharaan wahana, sarana, dan fasilitas untuk penerbitan sertifikat laik fungsi. (Eri Cahyadi)
Kepala Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak Ajun Komisaris Besar Anton Elfrino mengatakan, kejadian di Waterpark Kenjeran masih dalam penyelidikan. Tim penyidik belum dapat berkesimpulan tentang penyebab kecelakaan yang mengakibatkan 17 pengunjung terluka.
Anton melanjutkan, pihaknya telah dan akan kembali memanggil serta memeriksa pengelola Kenjeran Park yang menaungi waterpark untuk penyelidikan. Kepolisian Daerah Jawa Timur membantu penyelidikan ini dengan menurunkan tim Laboratorium Forensik untuk memeriksa kelaikan wahana yang patah dan ambrol.
”Kami menyelidiki apakah wahana yang ambrol itu laik atau tidak, sudah tua atau masih layak, dan faktor lainnya terutama aktivitas sebelum kecelakaan terjadi,” katanya.
Secara terpisah, General Manager Kenjeran Park Paul Steven mengatakan, pengelola bertanggung jawab dengan menanggung seluruh biaya perawatan dan pengobatan korban di RSUD dr Mohamad Soewandhi dan RSUD dr Soetomo. Sampai dengan Minggu petang, masih ada sebelas orang yang dirawat, terutama yang cedera serius.
”Mewakili manajemen, kami memohon maaf kepada masyarakat atas kejadian yang tidak diinginkan itu,” ujar Steven. Pengelola menyanggah tudingan kurang memerhatikan kelaikan dan keamanan wahana, sarana, dan fasilitas permainan. Pengelola mengklaim rutin merawat, memeriksa, dan sebelum membuka obyek wisata menguji terlebih dahulu wahana, sarana, dan fasilitas permainan untuk memastikan keamanan.
Abdul Malik Sadin, orangtua tiga anak yang terluka akibat kejadian di waterpark meminta aparatur dengan tegas dan adil menangani kasus kecelakaan itu. Pengelola harus bertanggung jawab dengan memastikan keamanan seluruh wahana, sarana, dan fasilitas untuk keselamatan pengunjung (masyarakat). ”Saya berharap agar anak-anak segera sembuh dan pulih,” katanya.
Secara terpisah, anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Imam Syafii, mendorong aparatur untuk memperbarui pemeriksaan kelaikan seluruh obyek wisata di ibu kota Jatim tersebut. Ditengarai ada sejumlah obyek wisata dan gedung yang bermasalah.
Imam mencontohkan peristiwa kebakaran Tunjungan Plaza 5 beberapa waktu lalu. Yang terkini atau beberapa jam setelah peristiwa di waterpark, plafon geraI Matahari di lantai 4 Plaza Surabaya ambrol meski tidak sampai mencederai anggota staf pengelola dan pengunjung.
”Jangan-jangan beberapa kecelakaan itu terjadi karena wahana atau sarana tidak laik fungsi,” kata politikus dari Partas Nasional Demokrat (Nasdem) dan mantan jurnalis ini.