Memetik Berkah Mudik di Tol Trans-Sumatera
Momentum mudik Lebaran menjadi berkah bagi pelaku UMKM di daerah. Tahun ini menjadi peluang bagi mereka untuk bangkit setelah terdampak pandemi.
Mudik Lebaran tahun ini bagaikan oase bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Jalan Tol Trans-Sumatera. Omzet para pedagang meningkat hingga dua kali lipat karena banyaknya konsumen yang singgah untuk makan atau membeli oleh-oleh.
Asiah (35), penjual makanan dengan beragam lauk di Tempat Peristirahatan (Rest Area) 311A ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung sibuk melayani para pembeli yang menunggu giliran untuk makan siang, Rabu (27/4/2022).
Di area itu ada sekitar enam lapak yang menawarkan makanan ringan hingga makan berat. Sejumlah meja yang tersedia penuh ditempati oleh para pemudik dan pengemudi truk yang mengantar barang.
Asiah tidak menyangka konsumennya akan sebanyak itu. Lonjakan pelanggan mulai terasa sejak dua minggu menjelang puasa. ”Pembeli seakan tidak pernah berhenti,” katanya.
Hal ini sangat ia syukuri karena Lebaran tahun lalu jualannya tidak selaku ini. Bahkan, Asiah mengatakan, omzetnya meningkat hingga dua kali lipat. ”Lebaran tahun lalu saya hanya memperoleh uang sekitar Rp 1,2 juta per hari. Sekarang bisa mencapai Rp 2 juta per hari,” tuturnya.
Bahkan, saking ramainya rest area itu, banyak pemudik yang menggelar tikar dan makan di sana karena tempat duduk yang sudah penuh. ”Belum pernah saya merasakan warung seramai ini,” ucap Asiah.
Hal serupa juga dialami Rukayah (34), pemilik Warung Kopi Salsabila yang terletak di Rest Area Km 277A. Dibolehkannya mudik menyambut Idul Fitri 1443 Hijriah membuat warungnya turut sarat konsumen. ”Baru sekarang tahu rasanya ramai setelah satu tahun berjualan di sini,” katanya sambil tersenyum.
Dalam sehari, ia bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 1,5 juta, meningkat dibandingkan dengan hari normal yang kurang dari Rp 1 juta per hari. Dia teringat, banyak sesama pelaku usaha yang harus gulung tikar karena merugi akibat sepinya tol selama larangan mudik.
Alih-alih berhenti, Rukayah memilih tetap berjualan. Akhirnya berkah mudik dipetik. Kini omzetnya meningkat. ”Saya memilih untuk tetap jualan karena banyak pemilik warung yang mudik. Dengan demikian, pesaing semakin sedikit,” katanya sembari tertawa.
Baca juga : Mudik Lebaran, Senyuman Pulang ke Wajah Pedagang
Warga lokal
Rukayah dan Asiah merupakan dua warga lokal yang digandeng PT Hutama Karya, pengelola Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS), untuk menghidupkan rest area dengan kegiatan usaha mereka. VP Corporate Communication Hutama Karya Intan Zania Nasrun mengatakan, untuk JTTS yang menghubungkan Palembang dan Lampung, terdapat 21 rest area dengan 587 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjajakan beragam dagangan bagi pengguna jalan tol.
Jumlah tersebut sekitar 70 persen dari total kapasitas yang ada di seluruh rest area. Memang dari awal, ujar Intan, PT Hutama Karya ingin melibatkan warga lokal merasakan dampak dari keberadaan tol.
Untuk tahun ini, omzet mereka meningkat lantaran jumlah pemudik yang datang jauh lebih banyak dibandingkan dengan masa pandemi tahun 2020 dan 2021. Saat ini kendaraan yang memasuki JTTS melalui Gerbang Tol Bakauheni Selatan meningkat 95,03 persen dibandingkan dengan lalu lintas pada periode normal pada Maret, yakni 4.000-an kendaraan per hari.
Kondisi ini tentu menjadi berkah bagi pelaku UMKM di rest area. Bahkan, ketika terjadi kepadatan di pintu tol, pengelola jalan tol akan mengarahkan pengendara untuk beristirahat sejenak di rest area terdekat. ”Harapannya akan ada transaksi di sana yang tentu menguntungkan pemudik dan pelaku UMKM,” katanya.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berharap agar pengelola tol melibatkan penduduk lokal untuk mengisi rest area. Langkah itu tentu bisa mendorong perekonomian daerah setempat.
Di sisi lain, pengelola tol juga bisa mengatur sedemikian rupa keluar-masuk para pengguna tol agar tidak terjadi kepadatan di rest area yang bisa berdampak pada kemacetan panjang. ”Kendaraan hanya boleh parkir di rest area paling lama 30 menit agar bisa bergantian dengan pemudik yang lain,” kata Panglima TNI periode 2013-2015 tersebut.
Tidak hanya di dalam tol, lonjakan pemudik juga akan membawa berkah bagi pelaku pariwisata di Palembang, Sumatera Selatan. Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Sumatera Selatan Ruda Ermansyah mengatakan, Sumsel memiliki kekayaan pariwisata yang menarik untuk dikunjungi seperti wisata alam, kuliner, olahraga, dan wisata kesehatan.
Jenis pariwisata ini dapat dikolaborasikan untuk menarik minat para wisatawan. ”Ketika datang ke Palembang, tentu mereka tidak datang untuk satu tujuan. Pasti akan ada beberapa tempat yang mereka kunjungi. Inilah yang menjadi peluang bagi pelaku wisata,” katanya.
Meskipun belum benar-benar pulih dari pandemi, Ruda meyakini momentum Lebaran akan menjadi tonggak awal kebangkitan pariwisata di Sumatera Selatan. ”Agar pariwisata di Sumsel kembali bergairah, perlu peran dari semua pihak, tidak hanya pelaku wisata, tetapi juga butuh sokongan dari pemerintah,” kata Ruda.
Oleh-oleh
Desi Irawati (37), warga Desa Mandah, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, juga memanfaatkan momentum mudik Lebaran tahun ini untuk berjualan di area Bandara Radin Inten II, Lampung Selatan. Sejak awal April 2022, Desi menjajakan aneka oleh-oleh khas Lampung, antara lain kopi, keripik pisang, dan madu hutan. Ada pula beragam kerajinan tangan, mulai dari gelang, topi, tas, dompet, hingga kopiah bermotif tapis. ”Keripik pisang dan kopiah motif tapis ini yang paling banyak dicari oleh pemudik,” kata Desi.
Menurut dia, sebagian besar pembeli oleh-oleh pada arus mudik adalah warga yang akan terbang keluar daerah. Mereka biasanya para perantau dari Jawa, Kalimantan, atau Sulawesi yang akan pulang ke kampung halaman dan hendak membawa buah tangan bagi sanak saudara.
Desi mengaku bisa mendapat omzet Rp 1 juta-Rp 2 juta per hari. Ia berharap, omzet penjualan terus meningkat seiring bertambahnya jadwal penerbangan pesawat di Bandara Radin Inten II, Lampung Selatan.
Belum pernah saya merasakan warung seramai ini. (Asiah)
Pelaku UMKM yang juga berdagang di area Bandara Radin Inten II, Rosita (45), berharap pemerintah memperluas akses bagi pelaku UMKM lokal untuk mempromosikan makanan khas Lampung. Selama ini, Rosita menjalankan usaha manisan gedang yang terbuat dari buah pepaya. Di Lampung, ia termasuk satu dari sedikit pelaku usaha yang masih setia membuat manisan khas Lampung itu.
Menurut dia, mudik Lebaran tahun ini benar-benar menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun. Karena itulah, Rosita ingin memanfaatkan momentum Lebaran untuk menambah cuan.
Salah satu pembeli oleh-oleh, Nasir Maulana (30), menuturkan, hadirnya stanUMKM di area bandara sangat membantunya. Perantau asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu mengaku tidak sempat berbelanja di toko oleh-oleh di Bandar Lampung karena mengejar jadwal pesawat.
Beruntung Nasir masih bisa membeli kopiah motif tapis di stan UMKM yang ada di bandara sebagai hadiah Lebaran untuk ayahnya. Ia juga memborong berbagai keripik pisang dan kopi khas Lampung untuk dibagikan kepada sanak saudaranya di kampung halaman.
Baca juga : Meneropong Kesiapan Jalan Tol Trans-Sumatera Mulai dari Toilet
Asisten Manager of Airport Operation and Service Bandara Radin Inten II Latif Nur Sasongko menuturkan, pihaknya memang memberikan ruang bagi pelaku UMKM di sekitar bandara untuk bisa berjualan di area bandara selama arus mudik Lebaran 2022. Hal itu dilakukan sebagai bentuk dukungan bagi kemajuan UMKM lokal.
Menurut dia, sedikitnya ada sepuluh pelaku UMKM lokal yang berjualan oleh-oleh khas Lampung di kawasan bandara. Para pelaku UMKM tersebut akan membuka stan jualan hingga arus balik Lebaran 2022 selesai.