Mudik, Makan, dan Jalan-jalan (Bagian 2)
Perjalanan berlanjut menjelajahi destinasi-destinasi menarik di Tanah Air untuk mengisi liburan Lebaran nanti.
Setelah menjelajahi obyek wisata dan jajanan di Surabaya, Jeneponto, Bandung, dan Karanganyar dalam Mudik, Makan, dan Jalan-jalan (Bagian 1), kini perjalanan dilanjutkan ke sejumlah destinasi lain yang tak kalah menarik. Daerah-daerah ini menyajikan atraksi wisata hingga aktivitas yang mengasyikkan untuk mengisi libur Lebaran. Tentu tak lupa juga: santapan-santapan uniknya.
Malang Raya
Kawasan Malang Raya yang terdiri dari Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang di Jawa Timur memiliki segudang obyek wisata menarik yang bisa dikunjungi saat mudik nanti. Spektrumnya pun beragam, mulai dari obyek wisata buatan, budaya, hingga wisata alam dan agro.
Untuk Kota Batu, daerah berhawa sejuk ini adalah primadonanya pariwisata. Mulai dari obyek wisata di bawah naungan Jatim Park Grup, taman rekreasi Selecta, wisata petik apel, bunga dan tanaman hias Sidomulyo, paralayang Gunung Banyak, arung jeram, hingga pemandian air panas Cangar.
Manajer Humas dan Pemasaran Jatim Park Grup Titik S Arianto, Senin (25/4/2022), mengatakan, di kota itu ada delapan obyek wisata di bawah Jatim Park Grup dengan kapasitas total 30.000 orang, mulai dari Jatim Park I, Jatim Park II dan Batu Secret Zoo, Jatim Park III, Batu Night Spectacular, Museum Angkut, Taman Predator, hingga Batu Love Garden.
”Selama Lebaran, semua obyek wisata buka melayani wisatawan, tentunya dengan penerapan protokol kesehatan,” ujar Titik. Tidak hanya wahana dengan tema berbeda di setiap lokasi, tempat wisata tersebut juga dilengkapi fasilitas lain, seperti tempat parkir yang cukup luas. Jatim Park II dan III, misalnya, punya lahan parkir hingga dua hektar.
Selama di Batu, wisatawan juga bisa menikmati aneka kuliner tradisional-modern di restoran yang berjejer di sepanjang jalan Ir Soekarno. Mereka yang ingin mendapatkan makanan khas juga bisa berburu ketan duren di sekitar Alun-alun Batu dan susu segar di Pujon, masuk wilayah Kabupaten Malang.
Bergeser ke wilayah Kabupaten Malang, ada air terjun Coban Rondo dan Kafe Sawah di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon. Desa wisata lainnya yang bisa dikunjungi adalah Boon Pring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen.
Wisatawan yang ingin melihat deburan ombak bisa mengarah ke pesisir selatan Kabupaten Malang. Ada sejumlah wisata di kawasan ini yang sudah dirangkai oleh jalan lintas selatan, antara lain, Pantai Balekambang, Batu Bengkung, hingga Sendang Biru yang biasa dipakai berlabuh nelayan.
Masih di wilayah Malang, wisatawan bisa menuju Gunung Bromo melalui jalur Poncokusumo. Jalur ini adalah salah satu dari tiga akses masuk ke Bromo selain Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Sayangnya, pendakian ke Gunung Semeru masih ditutup terkait aktivitas vulkanik gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Syarif Hidayat mengatakan, selama Lebaran nanti, obyek wisata Bromo tetap buka dengan kuota kunjungan 75 persen dari kapasitas. Ada sejumlah lokasi yang bisa dinikmati, seperti Penanjakan, Mentigen, Bukit Cinta, dan Sabana Teletubbies.
Wisatawan yang hendak ke Bromo bisa memesan tiket melalui bookingbromo.bromotenggersemeru.org sekaligus melihat ketentuan yang ditetapkan. ”Prokes tetap kita terapkan dan semua tercantum di website booking online. Untuk vaksin, pengunjung minimal sudah vaksin dosis pertama,” ujarnya.
Karo
Bagi warga Medan dan sekitarnya, mendinginkan pikiran dan hati di dataran tinggi yang sejuk di Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sudah menjadi tradisi. Kawasan berjarak sekitar dua jam perjalanan dari Medan itu memiliki udara sejuk segar khas pegunungan dengan puluhan hotel berbintang hingga penginapan-penginapan sederhana.
Pantauan Kompas, Minggu (25/4/2022), sejumlah destinasi yang ditawarkan di Berastagi dan sekitarnya mulai dikunjungi wisatawan, seperti pemandian air panas Lau Debuk-Debuk sekitar 3 kilometer sebelum Berastagi. Puluhan orang tampak menyebar berendam air panas berbau belerang di kolam-kolam air panas di lereng Gunung Sibayak itu.
Baca juga: Festival Bunga dan Buah untuk Bangkitkan Pariwisata Berastagi
Berendam air panas sambil melihat pemandangan hutan dan kawah menganga Gunung Sibayak yang mengepulkan asap tentu pengalaman yang mengasyikkan. Terdapat belasan pemandian air panas yang terletak di Desa Daulu, Kecamatan Berastagi dan Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka itu berikut penginapan sederhana yang dikelola warga. Setiap pemandian memiliki puluhan kolam.
Novalisa (35), warga Deli Serdang, mengatakan selalu datang ke lokasi itu untuk berlibur dan berendam air belerang hangat bersama anak-anaknya. Bahkan, ia juga datang saat pandemi Covid-19 masih tinggi. ”Malah sepi, lebih enak,” katanya.
Keluar dari Lau Debuk-Debuk, di ruas Jalan Berastagi-Medan sebelum memasuki kota Berastagi, puluhan kios berjejer menawarkan aneka buah hasil bumi dari Karo. Markisa, aneka jenis jeruk, salak, aneka jenis mangga, stroberi, hingga terong belanda tersaji. ”Karena kurang, kami ambil juga buah produksi Aceh,” kata seorang pedagang.
Setelah memasuki Tugu Jeruk, pintu masuk Berastagi, hamparan kebun stroberi menunggu dipetik, salah satunya di Desa Tongkoh. Lokasinya belok ke kanan sebelum masuk Kota Berastagi. Letaknya satu jalur menuju Gundaling Farmstead Berastagi, peternakan sapi perah yang juga sayang untuk dilewatkan. Pengunjung dikenai biaya Rp 8.000-Rp 10.000 per ons stroberi yang dipetik.
Stroberi juga langsung bisa disantap. Kadang terasa asam, tapi tak jarang ketemu yang rasanya manis luar biasa. ”Kami tidak menyemprot dengan pestisida tanaman itu,” kata Rosina br Bangun (48), salah satu petani pengelola kebun stroberi.
Setelah itu, wisatawan dapat melihat peternakan sapi perah sambil menikmati produknya, seperti susu, yogurt, keju, atau es krim gelato di Gundaling Farmstead Berastagi. Kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Perusahaan terlihat cukup ketat menerapkan protokol kesehatan dan menjaga kebersihan.
Gundaling Farmstead juga menyediakan restoran kelas menengah yang besar dan terbuka di sisi peternakan yang lain dengan menu lokal dan barat. Protokol kesehatan terjaga di sana. Destinasi belanja buah dan sayuran di Pasar Buah Berastagi diselingi naik bendi atau kuda keliling daerah Berastagi juga ramai pengunjung.
Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Karo Eva Angela Sembiring, Senin (25/4/2022), berharap masyarakat dan pengunjung tetap menjaga protokol kesehatan selama liburan untuk mencegah penularan Covid-19. Wisatawan diharapkan selalu mengenakan masker dan membawa hand sanitizer.
Yogyakarta
Destinasi yang satu ini selalu muncul pertama di benak jika berlibur ke Yogyakarta. Ya, Malioboro. Hampir setiap masa liburan, kawasan jalan sepanjang sekitar 1,2 kilometer itu selalu diserbu wisatawan.
Saat ini, daya tarik baru dari kawasan tersebut ialah Teras Malioboro I dan Teras Malioboro II. Keduanya menjadi tempat pemusatan para pedagang kaki lima (PKL) yang dahulu menempati trotoar di sepanjang kawasan tersebut.
Baca juga: Dua Rupa Kenangan Pedagang Kaki Lima Malioboro
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin (25/4/2022), Teras Malioboro I tampak lebih teratur dibanding sewaktu pertama kali dibuka, akhir Januari lalu. Halaman gedung itu tidak lagi dipadati sepeda motor yang parkir tidak beraturan seperti tiga bulan lalu.
Pengunjung pun dapat lebih leluasa berfoto dengan latar belakang tulisan ”Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan” di luar gedung yang menjadi salah satu lokasi foto incaran para wisatawan.
Fasilitas tempat cuci tangan juga tersedia di sejumlah titik meski pengunjung yang menggunakannya terlihat semakin jarang. Tempat penjualan beragam cendera mata di dalam gedung Teras Malioboro I juga telah ditata sedemikian rupa untuk memberi kenyamanan pengunjung.
Gedung yang mampu menampung sekitar 800 PKL ini terdiri dari tiga lantai. Untuk mempermudah pengunjung saat hendak naik ataupun turun, pengelola gedung telah menyediakan dua unit tangga berjalan dan satu buah lift.
Pengunjung juga dapat menikmati bermacam hidangan di samping gedung utama. Menu yang variatif dengan harga yang terpampang jelas membuat pengunjung dapat menyantap hidangan dengan tenang tanpa khawatir dengan harga yang mencekik leher.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah DIY Srie Nurkyatsiwi mengatakan, sentra PKL baru itu menambah daya tarik kawasan tersebut sebagai suatu destinasi wisata. ”Belum Lebaran saja pengunjungnya sudah banyak. Bisa 15.000-20.000 orang per hari pada akhir pekan. Kami prediksi kunjungannya bakal meningkat sewaktu masa libur Lebaran,” ujarnya.
Persiapan menyambut Lebaran juga dilakukan oleh sejumlah produsen makanan bakpia. Permintaan terhadap makanan khas Yogyakarta itu diperkirakan melonjak saat libur Idul Fitri. Salah satu produsen yang meningkatkan produksinya adalah Bakpia Juwara Satoe. Pabrik yang terletak di kawasan Berbah, Sleman, tersebut meningkatkan produksinya hingga dua kali lipat dibanding saat hari biasa.
”Saat menjelang Lebaran ini kami memproduksi 62.500 bakpia kering per hari. Biasanya produksi kami hanya sekitar 37.000 bakpia," tutur Kepala Produksi Bakpia Juwara Satoe Komarudin (39).
Pontianak
Menyusuri ibu kota Kalimantan Barat ini menawarkan pengalaman yang tentu tak bisa dijumpai di tempat-tempat lain, khususnya soal kuliner. Beragam kekayaan kuliner Pontianak mudah dijumpai di sekitar Jalan Gajah Mada, salah satu pusat niaga. Hidangan nasi kuning hingga bakso ikan boleh dicoba untuk sarapan.
Kuliner halal juga bisa dijumpai di Jalan WR Supratman atau kerap disebut Gang Waru, tidak jauh dari Gajah Mada. Di sana, sup ikan Ahian yang berdiri sejak 1983 menjadi salah satu kuliner yang kerap diburu warga. Harga per porsi sekitar Rp 55.000.
Baca juga: Jatuh Bangun Warung Kopi di Pontianak Meniti Pandemi
Setelah menikmati sup ikan, belum sah ke Pontianak jika tidak mencicipi kopi. Setidaknya ada sekitar 800 warung kopi di Pontianak. Perkembangan warung kopi tidak terlepas dari Sungai Kapuas yang menjadi jalur transportasi pada masanya. Dari sana lahir tradisi minum kopi di sekitar Pelabuhan Pontianak. Tradisi itu kemudian menyebar ke berbagai sudut Kalbar.
Jalan Gajah Mada, Pontianak, bahkan dikenal dengan sebutan GM Coffee Street karena banyaknya warung kopi. Sajiannya mulai dari kopi hitam, kopi susu, hingga kopi pancong (hanya setengah gelas). Secangkir kopi sudah bisa dinikmati dengan merogoh kocek Rp 8.000-Rp 11.000 saja. Tidak jauh dari Jalan Gajah Mada, tepatnya di Jalan Merapi, warung kopi Asiang juga siap menanti Anda.
Panas yang menyengat di ”Kota Khatulistiwa” pada siang hari menuntut diademkan dengan che hun tiau dan segelas es lidah buaya. Che hun tiau terdiri dari ketan hitam, kacang merah, dan cincau hitam dicampur menjadi satu dalam mangkuk.
Tak hanya itu, ada juga es bongkok yang terbuat dari tepung beras dan sari daun pandan. Bongkok berbentuk kotak dan berwarna hijau. Tak ketinggalan pula cendol sagu yang bentuknya panjang menyerupai mi dan berwarna bening.
Baca juga: Merawat Sungai Kapuas lewat Pariwisata
Pada sore hari, tepian Sungai Kapuas yang disebut juga kawasan Water Front City wajib disambangi. Di lokasi yang kerap juga disebut Alun-alun Kapuas itu telah menanti kapal-kapal bandong wisata untuk menyusuri Sungai Kapuas.
Kapal bandong menyerupai rumah. Pada saat transportasi sungai masih memegang peranan vital, kapal bandong menjadi sarana transportasi penting hingga ke hulu Kapuas. Seiring waktu, bandong juga bertransformasi menjadi kapal wisata.
Salah satu kampung di tepian Kapuas, yaitu Kampung Mendawai yang dikenal juga dengan Kampung Caping, bisa disinggahi. Bersampan adalah salah satu paket wisata khusus di Kampung Caping. Ada juga wisata bersampan sembari menjala ikan didampingi operator pengayuh sampan dan penjala ikan. Ikannya bisa dibawa pulang oleh wisatawan.
Setelah seharian berkeliling Kota Pontianak, luangkan waktu untuk menyantap kwetiau. Kwetiau di Pontianak banyak pilihan. Namun, yang sering menjadi buah bibir adalah kwetiau Apollo yang terletak di Jalan Pattimura atau dikenal dengan daerah PSP.
Tepat berseberangan dengan kwetiau Apollo terdapat tempat penjualan oleh-oleh khas Pontianak. Di situ ada lidah buaya, stik talas, hingga lempok atau dodol durian. Untuk yang terakhir itu, Pontianak tak pernah kehabisan bahan baku berkualitas tinggi. Yayasan Durian Nusantara pernah mengatakan plasma nuftah durian terbaik Nusantara salah satunya di Kalbar.