138 Km Jalan Nasional di Sumsel Rusak, Perbaikan Hanya Tambal Sulam
Sekitar 138 kilometer jalan nasional di Sumatera Selatan masih rusak. Perbaikan belum menyeluruh lantaran kontrak baru diterbitkan pada Maret 2022. Perbaikan sementara dilakukan dengan sistem tambal sulam.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Enam hari jelang hari raya Idul Fitri, sekitar 138 kilometer jalan nasional di Sumatera Selatan masih dalam kondisi rusak. Perbaikan belum menyeluruh lantaran kontrak baru diterbitkan pada Maret 2022. Meski begitu, upaya perbaikan jalan tetap berlangsung setidaknya dengan tambal sulam hingga angkutan Lebaran selesai.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumatera Selatan Budiamin, Selasa (26/4/2022), di Palembang menjelaskan, secara keseluruhan total panjang jalan nasional di Sumatera Selatan mencapai 1.600 kilometer (km). Jalan tersebut berada di lintas timur (410,170 km), lintas tengah (471,240 km), lintas penghubung (649, 540 km), dan Metropolitan Palembang (69,230 km).
Dari keseluruhan jalan nasional tersebut, sekitar 92,06 persen sudah dalam kondisi mantap, sedangkan 7,94 persen lainnya atau 138 km dalam kondisi rusak. Kerusakan itu disebabkan belum rampungnya perbaikan karena kontrak kerja sama dengan kontraktor baru dimulai pertengahan Maret 2022.
Budiamin menjelaskan, sebenarnya proses lelang sudah dipercepat, yakni dilakukan sejak Oktober 2021. Hanya saja, karena kontrak adalah kewenangan kementerian, perbaikan baru bisa berlangsung lima bulan berselang.
Meskipun begitu, lanjut Budiamin, pihaknya sudah menginstruksikan seluruh kontraktor membenahi jalan rusak tersebut setidaknya agar bisa dilewati pemudik. Namun, memang perbaikan itu bersifat sementara alias tambal sulam sehingga masih menggunakan agregat.
Namun, tegas Budiamin, khusus untuk angkutan mudik, petugas sudah berjaga di daerah rawan untuk mengantisipasi berbagai risiko, salah satunya segera menutup jalan jika ada yang berlubang. ”Petugas kami akan segera menutup lubang di jalan dengan alat yang sudah disiapkan,” ujarnya.
Budiamin mengakui, karena perbaikan sifatnya hanya sementara, bisa jadi jalan yang sudah ditambal sulam kembali berlubang. Ada beragam penyebab kerusakan jalan, tetapi yang paling berpengaruh adalah beban kendaraan yang melintas melebihi kemampuan jalan.
Membangun posko
Agar situasi mudik berlangsung lancar, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumsel sudah membangun posko di sejumlah lokasi rawan. Budiamin merinci, untuk di lintas timur didirikan lima posko yang disokong oleh 21 kendaraan unit darurat. Hal ini karena di lokasi tersebut terdapat 6 lokasi kemacetan, 1 lokasi rawan longsor, dan 1 lokasi rawan banjir.
Adapun di lintas tengah dibangun lima posko dengan sokongan 33 kendaraan unit darurat karena di sana ada sembilan lokasi rawan kemacetan dan 16 lokasi rawan longsor. Sementara di lintas penghubung disediakan tujuh posko dilengkapi 40 kendaraan unit darurat karena di sana terdapat enam lokasi rawan kemacetan dan empat lokasi rawan longsor.
Demikian halnya dengan jalan Metropolitan Palembang, di sepanjang jalan nasional di sana akan dibangun tiga posko dengan kekuatan 22 unit alat. Karena di sana terdapat lima lokasi rawan kemacetan dan tiga lokasi rawan longsor.
Direktur Lalu Lintas Polda Sumsel Komisaris Besar M Pratama Adhyasastra menyatakan, banyaknya jalan yang berlubang di Sumsel juga menjadi salah satu penyebab kemacetan jalan di lokasi rawan. ”Jika ada jalan rusak, kendaraan akan melambat. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kendaraan di belakangnya,” ujar Pratama.
Hal lain, jalur lintas Sumatera juga cenderung sempit. Dengan lebar hanya 14 meter, jalan itu digunakan untuk dua lajur dan dilintasi oleh beragam jenis kendaraan, seperti kendaraan bermotor dan alat berat. ”Jika ada truk yang mogok, sudah pasti akan terjadi kemacetan. ”Jika hal itu terjadi, hanya bisa pasrah menunggu derek,” kata Pratama.
Wakil Kapolda Sumatera Selatan Brigadir Jenderal (Pol) Rudi Setiawan berharap, semua konsep dan persiapan yang sudah dilakukan dapat diterapkan secara optimal di lapangan. ”Semua pengambil keputusan harus memastikan semua konsep yang sudah dirancang bisa berjalan. Jika tidak, akan terjadi kekacauan. Satu menit saja terjadi masalah di lapangan, dampaknya akan panjang,” ujar Rudi.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengingatkan, situasi di jalan lintas mulai padat. ”Tidak hanya di jalan lintas, tetapi juga di jalan dalam kota sudah banyak kendaraan dari luar Sumsel masuk ke Palembang,” katanya.
Dalam situasi pemudik yang kian padat, dia berharap truk pengangkut komoditas nonpangan dapat dihentikan, sedangkan operasionalnya sampai proses angkutan Lebaran selesai. Tujuannya agar tidak lagi terjadi kemacetan panjang seperti di ruas Palembang-Betung yang terjadi pada akhir pekan lalu.