Ratusan warga telah meninggalkan Distrik Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak, demi menghindari serangan kelompok kriminal bersenjata. Mereka tidak hanya menyerang aparat keamanan tetapi juga mengincar warga.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Ratusan orang telah meninggalkan Distrik Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak, Papua, akibat kekerasan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata di wilayah itu. Sebanyak sembilan warga sipil dan empat anggota TNI meninggal akibat serangan kelompok tersebut selama empat bulan terakhir.
Ketua Paguyuban Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Kabupaten Puncak Mulyanto, Selasa (26/4/2022), mengatakan, pihaknya telah menyerukan masyarakat dari paguyuban IKT untuk meninggalkan Ilaga dan mengamankan diri ke Timika, ibu kota Kabupaten Mimika. Total sekitar 200 warga dari paguyuban tersebut telah berada di Timika.
Kasus penembakan terakhir menimpa Samsul Sattu. Samsul yang berprofesi sebagai pengojek sepeda motor tertembak saat sedang mengobrol dengan tiga warga di teras rumahnya. Dia terkena tembakan di bawah ketiak bagian kanan dan meninggal dunia.
Pelaku dan rekannya secara tiba-tiba muncul dan melepaskan satu tembakan ke bagian bawah ketiak korban. Setelah melakukan aksinya, pelaku pun kabur ke arah jalan umum.
Jenazah Samsul Sattu telah dievakuasi dari Ilaga ke Timika. Menurut rencana, jenazah Samsul akan diterbangkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, pada Rabu (27/4/2022) esok.
Diduga, penembakan terhadap Samsul berkaitan dengan tewasnya dua anggota KKB oleh penegakan hukum di Kampung Eromaga pada Sabtu (23/4/2022) lalu. Dua anggota KKB, yakni Luki Murib dan Badaki Kogoya, tewas dalam kontak tembak dengan Satgas Penegakan Hukum Damai Cartenz itu.
”Rata-rata warga yang telah mengamankan diri di Timika berprofesi sebagai aparatur sipil negara, tenaga pengajar, tenaga kesehatan, dan wiraswasta. Tujuannya untuk menghindari aksi kelompok tersebut yang mengincar warga sipil,” ungkap Mulyanto.
Hal senada disampaikan Ketua Paguyuban Flobamora (Flores, Sumba, Timor, dan Alor) Kabupaten Puncak Fabianus Ado. Sebanyak 47 keluarga atau sekitar 100 jiwa dari paguyuban telah meninggalkan Ilaga hingga kini.
”Masih tersisa tujuh warga dari Paguyuban Flobamora yang masih berada di Ilaga. Kami sangat kaget dengan penyerangan Samsul di rumahnya pada Senin kemarin,” ungkap Fabianus.
Ia pun berharap situasi di Puncak dapat segera pulih dan pihak KKB tidak menargetkan warga sipil sebagai korbannya. Kondisi keamanan yang tidak kondusif juga telah menyebabkan kondisi perekonomian di Puncak terpukul.
Kami berharap kedua belah pihak yang bertikai dapat berdialog untuk menghentikan konflik. (Fabianus Ado)
”Selama ini kami hanya bekerja di Puncak secara independen dan tidak terlibat kegiatan politik. Kami berharap kedua belah pihak yang bertikai dapat berdialog untuk menghentikan konflik,” harap Fabianus.
Kepala Bandara Ilaga Herman Sujito mengatakan, aktivitas penerbangan di bandara masih berjalan normal seperti biasanya. Akan tetapi, Herman mengakui jumlah penerbangan di Bandara Ilaga menurun karena minimnya angkutan.
Saat ini Bandara Ilaga yang berada di di atas ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut hanya melayani 32 penerbangan per hari. Sebelumnya Bandara Ilaga melayani sekitar 50 kali penerbangan setiap hari dari pukul 06.00 hingga pukul 12.30 WIT.
”Jumlah pesawat yang mengangkat muatan, seperti sembako, ke Ilaga menurun. Sebab, permintaan (sembako) tidak banyak akibat warga yang mulai meninggalkan Ilaga,” kata Herman.
Wakil Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz Komisaris Besar Faizal Ramadhani menegaskan, pihaknya terus meningkatkan kesiagaan dan patroli di ibu kota Ilaga. Upaya ini mencegah serangan KKB terhadap warga sipil.
"Hingga saat ini kami terus melakukan upaya pengejaran para pelaku. Upaya penegakan hukum terus dilaksanakan untuk menghadapi kelompok ini," kata Faizal.