Akun Youtube Ganjar Diretas, Publik Figur Perlu Tingkatkan Literasi Digital
Selama 24 jam, kanal Youtube Ganjar Pranowo hilang dan tak dapat ditemukan dalam pencarian. Gubernur Jawa Tengah itu menjadi korban peretasan pihak yang tak bertanggung jawab.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akun Youtube Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kembali muncul setelah mengalami peretasan. Selama lebih dari 24 jam, akun tersebut diambil alih pihak tertentu dan digunakan untuk menyiarkan konten keuangan digital.
Peretasan kanal Youtube Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diumumkan melalui unggahan di akun Instagram resmi @ganjar_pranowo, Senin (25/4/2022) siang. Dalam unggahan itu, tertulis bahwa pihaknya tengah mencoba memulihkan akun dengan bantuan pihak Youtube. Ganjar juga mengimbau warganet untuk berhati-hati jika ada yang mengatasnamakan Youtube Ganjar Pranowo.
Pantauan Kompas, akun Ganjar sudah kembali aktif di kanal Youtube pada Selasa (26/4/2022) sore. Sebelumnya, akun yang memiliki 1,26 juta pengikut itu hilang, tak bisa ditemukan dalam pencarian.
Melalui keterangan tertulis, Ganjar menjelaskan bahwa ia tidak bisa mengakses akun Youtube-nya sejak Senin dini hari. Akan tetapi, ia tidak mengetahui secara pasti kapan akun mulai diretas. Tim pengelolanya pun mengetahui hal itu dari laporan puluhan warganet yang mengirimkan pesan langsung di Instagram.
Sejumlah laporan yang masuk itu diperiksa ulang oleh tim. Saat pengecekan, mereka menemukan bahwa akun tersebut berganti nama menjadi ”Binance Live”. Foto profil dan banner juga diubah.
Selain itu, semua konten yang ada di akun itu juga dikunci. Bahkan, mereka melakukan siaran langsung untuk menayangkan konten Binance. Adapun Binance merupakan platform pertukaran mata uang kripto.
Saya belum tahu siapa yang melancarkan serangan ini. Entah ”kerjaan ” orang iseng atau ada maksud-maksud tertentu.
Ketika tim berusaha memulihkan akun, kata Ganjar, terdapat notifikasi sign out atau keluar dari aplikasi dan permintaan untuk masuk atau login kembali. Setelahnya, muncul keterangan bahwa akun tersebut sudah hilang, tidak tertaut dengan surel yang semula digunakan.
Menurut Ganjar, tidak ada pesan dari pihak mana pun yang mengaku bertanggung jawab atas peretasan tersebut. ”Saya belum tahu siapa yang melancarkan serangan ini. Entah kerjaan orang iseng atau ada maksud-maksud tertentu,” ujarnya.
Literasi keamanan digital
Dihubungi secara terpisah, pakar digital forensik Ruby Alamsyah mengatakan, peretasan terhadap akun Youtube bermula dari peretasan akun surel Google atau Gmail. Sebab, seseorang membutuhkan akun Gmail untuk mengakses akun Youtube yang merupakan salah satu produk turunan dari Google. ”Jadi, yang utama, telah terjadi peretasan terhadap akun Gmail milik Ganjar secara pribadi atau yang dikelola oleh admin khusus kanal tersebut,” kata Ruby.
Ia menambahkan, peretasan terhadap akun Gmail seseorang menunjukkan bahwa literasi keamanan digital seseorang belum optimal. Sebab, Gmail memiliki mekanisme pengamanan yang terbilang baik sehingga akun relatif sulit untuk diambil alih. Gmail selalu memberikan notifikasi pada setiap pergerakan aktivitas mencurigakan melalui surel. Pengelola akun semestinya merespons ketika ada pemberitahuan aktivitas yang tidak dilakukan oleh mereka.
Menurut Ruby, hal ini menandakan bahwa literasi keamanan digital masih perlu terus ditingkatkan. Tidak hanya pada masyarakat umum, tetapi juga publik figur. Meski memiliki tim pengelola, pemilik akun juga harus memiliki literasi keamanan digital yang mumpuni. ”Pemilik akun semestinya lebih waspada terhadap hal-hal yang terkait dengan keamanan digital, karena tim pengelola umumnya lebih fokus mengurus konten,” ujarnya.
Terkait dengan modus pengambilalihan Gmail lalu mengubah nama akun, kata Ruby, selama dua bulan terakhir, hal itu memang sedang marak terjadi di Indonesia. Ada kecenderungan bahwa peretas berusaha untuk mengambil alih akun-akun Gmail yang sudah lama digunakan, tetapi tingkat keamanannya lemah. Tujuan pengambilalihan adalah menggunakan akun Gmail tersebut adalah untuk mengamuflasekan informasi dengan menyamar menjadi orang yang sudah lama memiliki akun tersebut. Dengan begitu, saat peretas beraktivitas dengan akun tersebut, peranti lunak (software) pengamanan tidak akan mencurigai mereka.
”Kalau melihat dari ciri-cirinya, saya menduga ini dilakukan oleh kelompok kejahatan siber yang terorganisasi. Mereka meretas secara sistematis terhadap akun-akun tertentu sehingga bisa mengambil alih untuk menyebarkan informasi yang diarahkan. Apalagi kalau akun tersebut milik publik figur dan banyak pengikutnya,” kata Ruby.