Beragam Masalah Lalu Lintas Tumpah di Lintas Sumatera
Sekitar 70 persen jalan di Sumsel dalam kondisi belum prima. Akibatnya, kendaraan yang melintas harus melambat. Apalagi jalur lintas tersebut merupakan satu-satunya akses dari Palembang menuju Jambi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kemacetan di lintas timur Sumatera ruas Palembang-Jambi merupakan akumulasi dari berbagai masalah lalu lintas di Sumatera Selatan.
Pemudik diharapkan dapat lebih bersabar dan tidak melanggar peraturan lalu lintas guna menghindari kemacetan berkepanjangan
Direktur Lalu Lintas Polda Sumsel Komisaris Besar M Pratama Adhyasastra, Senin (25/4/2022), di Palembang, mengatakan, kemacetan di ruas Palembang-Betung merupakan akumulasi dari sejumlah permasalahan lalu lintas di Sumatera Selatan.
Saat ini sekitar 70 persen jalan di Sumsel dalam kondisi belum prima. Akibatnya, kendaraan yang melintas pun harus melambat. Apalagi jalur lintas tersebut merupakan satu-satunya akses dari Palembang menuju Jambi.
Memang ada jalur alternatif yang bisa digunakan, yakni menggunakan lintas tengah. Hanya saja tidak semua pengendara mau menggunakan ruas tersebut karena tergolong rawan. Beberapa titik jalan belum dikeraskan, sedangkan di kanan dan kiri jalan adalah hutan. Pengalihan arus bisa saja dilakukan jika kondisi jalan macet total.
Pada Minggu (24/4/2022), kondisi lalu lintas sangat padat. Kendaraan hanya bisa berjalan perlahan. Kemacetan terjadi dari arah Sembawa menuju Betung dengan jarak sekitar 39 kilometer. Warga Pekanbaru yang sedang mudik, Slamet, menyampaikan, kemacetan terjadi sejak di Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin.
Dari Jambi menuju Sembawa, yang biasanya ditempuh hanya dalam waktu 5 jam, pada Minggu membutuhkan waktu hingga 12 jam. ”Tidak ada kecelakaan, tetapi memang kondisi jalan sangat padat,” kata Slamet.
Ribuan kendaraan
Kapolda Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Toni Harmanto mengingatkan, potensi meningkatnya volume kendaraan di Sumsel mulai terjadi di sepanjang minggu ini. Bahkan, diperkirakan ada 62.000 yang masuk dan 61.000 kendaraan yang keluar dari Sumsel.
Tingginya volume kendaraan yang melintas di Sumsel ini disebabkan oleh antusiasme warga yang ingin mudik setelah dua tahun terakhir dibatasi. Apalagi jalur lintas timur merupakan akses yang kerap digunakan untuk mencapai tujuan mudik.
Kondisi ini harus diantisipasi dengan menerapkan beragam skema lalu lintas agar kemacetan yang terjadi pada akhir pekan lalu tidak terulang lagi. Misalnya dengan sistem buka-tutup atau pengalihan arus.
”Semua skema bisa diterapkan, tentu dengan melihat situasi di lapangan,” kata Toni. Karena itu, 3.247 personel akan dikerahkan ke 96 pos pengamanan, pos pelayanan, dan pos terpadu di seluruh Sumsel.
Namun, lanjut Toni, arus lalu lintas diperkirakan akan lebih lancar ketika kendaraan besar pengangkut barang selain kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak tidak lagi melintas.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Ari Narsa mengatakan, sejumlah sarana dan prasarana telah disiapkan untuk turut mengurai kemacetan seperti penyiapan mobil derek di daerah rawan kemacetan serta meminta agar segala pengerjaan perbaikan jalan dihentikan sementara sampai proses arus mudik dan balik selesai.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, kemacetan disebabkan oleh meningkatnya volume kendaraan. ”Saya lihat sudah banyak kendaraan dari luar Sumsel yang masuk,” ujarnya.
Agar kemacetan itu dapat diurai, Herman berharap kendaraan pengangkut nonpangan tidak melintas untuk sementara agar arus mudik bisa lebih lancar. Selain itu, keberadaan tol juga sangat dibutuhkan agar kemacetan ini dapat diurai.
Herman berharap agar pemudik lebih cermat dalam melihat kondisi jalan, termasuk dengan memperhatikan sistem pemosisi global (GPS) dan mencari arus lain yang lebih lancar agar tidak terjebak kemacetan.