Mudik Lebaran Lewat Jalan Tol, (Belum) Sepenuhnya Bebas Hambatan
Trans-Jawa bakal kembali menjadi primadona saat arus mudik Lebaran tahun ini. Namun, beragam tantangan bakal di depan mata apabila pemudik tidak waspada.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·5 menit baca
Jalan Tol Trans-Jawa kembali menjadi tumpuan arus mudik Lebaran 2022. Jalan tol mampu memangkas jarak tempuh dan terhindar dari pasar tumpah. Namun, jalan ini belum sepenuhnya bebas hambatan. Tempat istirahat dan gerbang tol masih rentan memicu kepadatan. Potensi kecelakaan juga bisa terjadi kapan saja apabila tidak waspada.
Perjalanan Khaerul Izan (32) dan rekannya di ruas Tol Cikopo-Palimanan atau Cipali, Rabu (20/4/2022) malam itu, tidak tenang. Isi uang elektronik di kartu tol miliknya masih tercatat Rp 50.000. Padahal, tarif perjalanan dari Gerbang Tol Subang ke GT Palimanan berkisar Rp 80.000.
”Tadi sudah isi Rp 50.000 lagi. Tapi, kartunya harus di-update dulu,” ucap Izan yang mengendarai mobil golongan I. Ia pun mampir ke rest area atau tempat istirahat di Kilometer 130 A. Namun, layanan untuk memperbarui kartu tol di minimarket itu tidak berfungsi.
Izan kemudian melanjutkan perjalanan dan berhenti di tempat istirahat di Kilometer 166A. Rest area ini dilengkapi stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), tempat makan, hingga anjungan tunai mandiri. Namun, layanan kartu tol di minimarket lagi-lagi terganggu.
”Duh, gimana ini? Ini rest area terakhir. Ya sudah, kita bayar tunai aja di GT Palimanan,” ucapnya. Setelah melintasi jalanan yang diguyur hujan deras hingga jarak pandang terganggu, Izan akhirnya tiba di GT Palimanan. Inilah gerbang akhir transaksi di ruas Tol Cipali.
Beruntung, masih ada seorang petugas yang berjaga di gardu utama. Andai seluruh gardu tol diserahkan ke mesin, Izan pasti tak bisa jalan. Belum lagi, serbuan klakson dari mobil di belakangnya. Petugas itu lalu memperbarui kartu tol miliknya sehingga bisa melintas.
Pengalaman Izan menjadi potret perlunya menyiapkan saldo kartu dan kepastian layanan pengisian uang elektronik di rest area. Kondisi itu bisa berbeda jika arus mudik Lebaran. Kendaraan pasti bakal mengantre panjang jelang GT Palimanan.
Salah satu penyebab kemacetan di GT yang memiliki 30 gardu tol itu adalah lamanya transaksi karena saldo kartu tol pengendara yang kurang. Sebagai gambaran, jika satu mobil membutuhkan 60 detik untuk transaksi, 100 mobil bisa menelan waktu 6.000 detik atau lebih dari 1 jam!
Itu sebabnya, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) bersama Astra Tol Cipali sepakat meniadakan transaksi di GT Palimanan. Uji coba mulai diterapkan pada Jumat (22/4/2022) dan bakal berlaku Senin (25/4/2022) hingga masa libur Lebaran usai. Transaksi kini beralih ke gerbang tol tujuan pemudik.
”Nanti kita akan evaluasi. Kalau bisa (peniadaan transaksi itu) seterusnya. Namun, kita lihat arus Lebaran dulu,” ucap Pelaksana Harian Anggota BPJT Mahbullah Nurdin. Kebijakan itu diharapkan mencegah kepadatan saat arus mudik di jalan tol sepanjang 116,7 kilometer itu.
Apalagi, pengelola tol memprediksi volume kendaraan saat puncak arus mudik pada Jumat (29/4/2022) mencapai 103.000 unit. Angka ini melonjak dari jumlah kendaraan harian sekitar 55.000 unit. Cipali dapat memangkas jarak tempuh hingga 40 kilometer dibandingkan jalur pantura.
Rekayasa lalu lintas serupa pernah diberlakukan ketika GT Cikopo tidak lagi melayani transaksi pada 2016. Namun, hal itu memicu kendaraan lebih cepat sampai ke GT Palimanan. Kendaraan pun menumpuk di Palimanan. Kini, giliran GT Palimanan dibebaskan dari transaksi.
”Kita berharap, pemudik sudah banyak keluar (tol) di daerah Jawa Tengah sehingga di GT Kalikangkung (kendaraan) sudah terurai. Biasanya, di GT Palimanan menumpuk karena (kendaraan) belum banyak terurai di Pemalang, Batang, dan lainnya,” ujar Nurdin.
Selain peniadaan transaksi di GT Palimanan, pemerintah juga menyiapkan sistem ganjil genap dan satu arah secara bersamaan mulai dari Km 47 Jalan Tol Jakarta-Cikampek hingga Km 414 Gerbang Tol Kalikangkung di Semarang, Jateng, pada 28 April sampai 1 Mei 2022.
Pada 28 April, kebijakan tersebut diterapkan pukul 17.00-24.00. Pada 29-30 April, sistem ganjil genap dan satu arah diterapkan pukul 07.00-24.00. Adapun pada 1 Mei, durasinya lebih singkat, yakni pada pukul 07.00-12.00. Angkutan barang juga bakal dibatasi dalam periode itu.
Meski demikian, menurut Nurdin, potensi kepadatan di tol masih terjadi di tempat istirahat. Di jalan tol, pengemudi tidak bisa seenaknya berhenti kecuali karena masalah darurat, seperti mogok.
Kecelakaan lalu lintas, seperti tabrak belakang, rentan terjadi apabila sembarangan berhenti di pinggir jalan. Astra Tol Cipali mencatat, terdapat 210 kecelakaan tabrak belakang selama 2019-2021. Dalam rentang waktu itu, 38 nyawa melayang.
Itu sebabnya, pengendara kerap menyerbu rest area yang jaraknya bisa 30 kilometer atau lebih dengan area istirahat selanjutnya. Apalagi, saat masa mudik Lebaran. Mereka butuh rehat, makan, mengisi bahan bakar, hingga ke toilet. Antrean kendaraan pun acap kali terjadi.
Menurut Nurdin, BPJT telah meminta pengelola tol agar menambah 50 unit hingga 100 unit toilet di setiap tempat istirahat. ”Waktu di rest area juga dibatasi maksimal 30 menit. Pelaku usaha kuliner sebaiknya menyiapkan makanan take away jadi lebih cepat di sana,” ungkapnya.
CEO Grup Bisnis Jalan Tol Astra Infra Kris Ade Sudiyono mengimbau pengendara agar sejenak keluar tol jika rest area penuh. Setelah pintu keluar tol, berjejer aneka rumah makan. Selain menyantap kuliner khas, seperti empal gentong di Cirebon, pengendara juga bisa cuci mata.
”Perhitungan (biaya) tetap per kilometer. Tidak perlu khawatir ada penambahan harga tarif,” ucap Kris. Setelah menyantap kuliner setempat, menunaikan ibadah, atau mengisi bahan bakar, pemudik bisa kembali masuk ke Tol Cipali lalu melanjutkan penjelajahannya di Tol Trans-Jawa.
Chief Astra Infra Solutions Ega N Boga menambahkan, berbagai langkah antisipasi telah disiapkan di delapan ruas tol Astra dengan total panjang 396 kilometer, termasuk di Cipali. Selain menyiapkan 25 area istirahat, pihaknya juga menyiagakan sekitar 1.500 petugas selama 24 jam.
Akan tetapi, Ega mengingatkan potensi kepadatan di pintu keluar tol, seperti di ruas Semarang-Solo dan Pandaan-Malang. Upaya antisipasi disiapkan, seperti menambah petugas transaksi di gardu tol. ”Ada peningkatan kendaraan hingga 48 persen karena euforia masyarakat untuk mudik,” ucapnya.
Setelah dua tahun tidak bersua dengan keluarga karena lonjakan kasus Covid-19, kini jutaan warga bakal mudik. Tol Trans-Jawa pun kembali jadi pilihan. Namun, jalan bebas hambatan ini belum sepenuhnya mulus tanpa kerja sama berbagai pihak, termasuk kebijakan pemudik.