Wisata Sungai Berdenyut Lagi di Malam Ramadhan
Wisata sungai di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kembali berdenyut di malam Ramadhan tahun ini. Pelaku jasa angkutan wisata sungai kembali berseri-seri menjemput rezeki.
Wisata sungai di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kembali berdenyut di malam Ramadhan tahun ini. Puluhan kelotok wisata yang sebelumnya hanya tertambat di dermaga kini sudah lepas dari tambatan dan hilir mudik. Pelaku jasa angkutan wisata sungai kembali berseri-seri menjemput rezeki.
Waktu menunjukkan hampir pukul 22.00 Wita. Beberapa kelotok atau perahu bermotor masih hilir mudik di Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Rabu (20/4/2022). Di atap perahu terlihat belasan orang duduk menikmati perjalanan menyusuri sungai. Mereka bersenda gurau sambil sesekali berswafoto, memotret ataupun memvideokan suasana di sekitarnya.
Semilir angin membuat perjalanan menyusuri Sungai Martapura pada malam hari terasa sejuk. Kesejukan itu benar-benar mampu menghilangkan penat dan gerah setelah berpuasa seharian di tengah kondisi cuaca yang panas terik. ”Setiap malam di bulan Ramadhan pasti selalu ramai yang naik kelotok,” ujar Adul (46), motoris kelotok wisata susur sungai.
Adul menuturkan, penumpang kelotok wisata kembali ramai pada Ramadhan tahun ini setelah dua tahun sebelumnya sepi dan mati suri karena pandemi Covid-19. Suara kelotok yang sempat hilang di malam Ramadhan tahun 2020 dan 2021 kini bergemuruh lagi dan menyemarakkan suasana malam Ramadhan.
Baca juga : Banjarmasin dan Denyut Tepi Sungai
Setiap malam, Adul dan 26 motoris kelotok wisata lain yang tambat di dermaga siring Taman Maskot Bekantan selalu mendapat giliran jalan membawa penumpang. Sekali jalan menyusuri sungai, mereka membawa 18 penumpang. Satu penumpang dikenai tarif Rp 10.000 untuk perjalanan menyusuri Sungai Martapura selama lebih kurang 30 menit.
Tiket untuk naik kelotok wisata dijual oleh Koperasi Maju Karya Bersama, yang merupakan koperasi angkutan obyek wisata sungai di Banjarmasin. ”Sekali jalan, kami sebagai anggota koperasi menerima Rp 150.000,” ungkapnya.
Dengan pendapatan sebesar itu, Adul memastikan bisa membawa pulang Rp 100.000 ke rumah setiap malam setelah dipotong biaya solar dan jajan. ”Kalau pas ramai, seperti malam Minggu, kami bisa dua kali jalan dalam semalam. Ya, lumayan,” ujarnya.
Selain di dermaga siring Taman Maskot Bekantan, sejumlah kelotok wisata tambat di dermaga siring Menara Pandang. Bahkan, kelotok yang tambat di dermaga siring Menara Pandang lebih banyak, yakni sekitar 40 unit. ”Ongkosnya sama saja, Rp 10.000 untuk susur sungai sampai ke Kampung Hijau,” kata Isam (50), motoris kelotok.
Pada Rabu malam, kelotok wisata yang tambat di dermaga siring Taman Maskot Bekantan ataupun di dermaga siring Menara Pandang sama-sama laris. Banyak orang antre untuk naik kelotok, terlebih setelah shalat Tarawih.
Semakin malam, suasana di kawasan wisata siring Banjarmasin semakin ramai. Yang paling banyak memadati kawasan tersebut adalah anak muda. Setelah naik kelotok, mereka biasanya masih duduk mengobrol di tepian sungai sambil menikmati makanan dan minuman.
Tika (20), mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Banjarmasin, mengatakan, ia dan teman-temannya memilih bersantai di kawasan wisata siring dan naik kelotok setelah acara buka puasa bersama. ”Tadi buka puasa bersama teman-teman SMA. Habis reunian di acara buka puasa, kami lanjut ke siring dan naik kelotok,” katanya.
Penumpang meningkat
Ketua Koperasi Maju Karya Bersama Supiani Yanto mengatakan, ada peningkatan jumlah penumpang kelotok wisata selama bulan Ramadhan tahun ini, terutama pada malam hari. ”Kondisinya sudah hampir seperti malam Ramadhan sebelum pandemi,” ujarnya.
Lihat juga : Transportasi Kelotok Sungai Martapura
Dalam seminggu terakhir, lanjut Yanto, 27 kelotok wisata yang tambat di dermaga siring Taman Maskot Bekantan mendapat giliran jalan setidaknya satu kali setiap malam. ”Kalau malam Sabtu ataupun malam Minggu, biasanya ada kelotok yang sampai dua kali mendapat giliran jalan,” katanya.
Menurut Yanto, perjalanan susur sungai malam hari menggunakan kelotok wisata tak bisa jauh. Perjalanannya hanya bolak-balik dari dermaga tambatan kelotok wisata sampai ke Kampung Hijau, Kelurahan Sungai Bilu, Banjarmasin Timur. Perjalanan susur sungai itu ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit.
Mudah-mudahan pandemi segera berakhir supaya masyarakat kecil seperti kami bisa cari makan seperti dulu lagi.
Untuk perjalanan jauh biasanya berangkat pagi ataupun sore hari. Tujuannya bisa ke Pasar Terapung Kuin, Pasar Terapung Lok Baintan, Soto Bang Amat, Pulau Kembang, ataupun berkeliling Kota Banjarmasin. Perjalanan ke berbagai destinasi wisata sungai itu dikenai tarif mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 600.000 per kelotok untuk sekali jalan. Satu kelotok boleh dimuati 15 orang.
”Kalau malam di bulan Ramadhan, biasanya orang ramai naik kelotok sampai pukul 22.00 Wita. Setelah itu, orang-orang biasanya hanya bersantai di siring sampai sahur,” ujarnya.
Baca juga : Godaan Rasa Santapan Urang Banjar
Yanto pun berharap suasana Lebaran tahun ini bisa kembali seperti sebelum pandemi setelah melihat semarak Ramadhan yang mulai kembali. Orang-orang sudah banyak yang keluar rumah dan menikmati wisata sungai meskipun tetap dengan menjaga protokol kesehatan, terutama memakai masker.
”Kalau suasana Lebaran tahun ini sudah kembali seperti suasana Lebaran sebelum pandemi, pasti ramai yang naik kelotok wisata. Orang biasanya masih ramai berwisata hingga seminggu setelah Lebaran,” ujarnya.
Adul juga berharap semarak Ramadhan tahun ini berlanjut hingga Lebaran nanti supaya perekonomian masyarakat segera pulih. ”Mudah-mudahan pandemi segera berakhir supaya masyarakat kecil seperti kami bisa cari makan seperti dulu lagi,” katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kawasan Wisata Siring Banjarmasin Naziza Muzhar mengatakan, secara resmi memang belum ada instruksi dari Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina untuk membuka kawasan wisata siring. Karena itu, obyek wisata menara pandang dan rumah anno masih belum dibuka untuk umum.
Namun, kawasan wisata siring juga merupakan area publik sehingga pergerakan masyarakat ataupun pengunjung tidak bisa dikendalikan sepenuhnya. ”Kami hanya bisa memberikan imbauan dan sosialisasi terus-menerus terkait penerapan protokol kesehatan. Untuk kelotok wisata, misalnya, tetap boleh beroperasi dengan mengurangi jumlah penumpang dan menjaga jarak,” katanya.
Kasus Covid-19 di Banjarmasin memang melandai. Berdasarkan laman https://corona.kalselprov.go.id/, jumlah kasus Covid-19 yang dirawat di kota itu tercatat tujuh orang. Adapun kasus di seluruh provinsi berjumlah 37 orang. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan gelombang ketiga lalu yang mencapai 830 kasus di Banjarmasin dan 1.216 di Kalsel. Meski demikian, Pemerintah Kota Banjarmasin masih bersikap hati-hati dengan tidak mengadakan berbagai acara yang mengundang banyak orang.
Dalam rangka pemulihan ekonomi di bidang pariwisata, menurut Naziza, kawasan wisata siring masih menjadi andalan. Kawasan wisata siring sudah memiliki daya tarik tersendiri sehingga tanpa promosi pun pengunjung tetap berdatangan.
”Kami lebih memfokuskan pada imbauan dan sosialisasi penerapan protokol kesehatan agar terwujud tempat wisata yang memenuhi kaidah protokol kesehatan,” katanya.
Pada akhirnya, keberlangsungan tempat wisata harus tetap dijaga agar segala kegiatan ekonomi dapat berjalan kembali tanpa kekhawatiran penularan Covid-19.
Baca juga : Pantang Padam Barisan Pemadam Api