Bakat dan Kemampuan Penyandang Disabilitas Intelektual Kurang Tergali
Bakat dan kemampuan penyandang disabilitas intelektual sering kali kurang tergali optimal, Perlu perlakuan yang tepat untuk menanganinya.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Kirab Obor Pekan Special Olympics Nasional (Pesonas) 2022 melintasi Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (16/4/2022). Kabupaten Magelang adalah kabupaten ke-29 yang dilintasi obor Pesonas di Pulau Jawa.
MAGELANG, KOMPAS - Persepsi dan perlakuan keliru dari keluarga sering kali membuat bakat dan kemampuan para penyandang disabilitas intelektual kurang tergali optimal. Bahkan, keunggulan dan kemampuan mereka terkadang cenderung diabaikan.
”Sebagian orangtua para penyandang disabilitas ini terkadang juga tidak tahu anak-anaknya memiliki bakat dan kemampuan apa,” ujar Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinung N Rachmadi saat ditemui di sela-sela acara Kirab Obor Pekan Special Olympics Nasional (Pesonas) 2022, yang pada Sabtu (16/4/2022) melintasi Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.
Sebagian orangtua tidak memperhatikan bakat dan kemampuan anak dan merasa cukup memperlakukan mereka dengan memberi makan-minum serta mengajak jalan-jalan.
Karena perlakuan keliru itu, sebagian penyandang disabilitas intelektual merasa malu, kurang percaya diri, menyembunyikan diri, dan belum diarahkan menjalani kegiatan pengembangan sesuai dengan bakat dan potensi.
Ke depan, Sinung berharap organisasi Special Olympics Indonesia (Soina) mau membantu terlibat langsung untuk mengetahui dan membantu pengembangan bakat dan kemampuan para penyandang disabilitas. Di Jawa Tengah, Soina baru ada di 22 kota/kabupaten.
Pesonas 2022 yang akan diselenggarakan pada 3-8 Juli 2022 di Semarang diharapkan juga bisa membantu memberikan pembuktian adanya bakat dan kemampuan para penyandang disabilitas intelektual. Dalam ajang tersebut, 2.500 atlet—yang semua merupakan penyandang disabilitas intelektual—nantinya akan berkompetisi dalam 12 cabang olahraga.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Anak-anak penyandang disabilitas intelektual melukis di sela-sela kegiatan Kirab Obor Pesonas 2022 yang melintasi Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (16/4/2022).
Ketua Umum Pengurus Pusat Soina Warsito Ellwein mengatakan, ajang Pesonas 2022 diharapkan dapat memberikan pencerahan dan menciptakan kisah berbeda di tengah situasi dunia. Jika banyak orang lain berlomba-lomba mempelajari banyak hal, para penyandang disabilitas intelektual, dengan segenap kemampuan dan ketulusan hati, berusaha mengasah diri untuk berkompetisi sesuai dengan kemampuan masing-masing.
”Ajang Pesonas ini pun bisa membuktikan bahwa para penyandang disabilitas intelektual juga memiliki kemampuan istimewa,” ujarnya.
Rani Widyaningsih, guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Maarif Muntilan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, mengatakan, pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu faktor yang menyulitkan pemantauan dan pengembangan potensi anak penyandang disabilitas intelektual.
”Karena lama tidak datang ke sekolah dan mendapatkan bimbingan guru, banyak yang kemudian malas berlatih dan saat ini pembinaan terpaksa dimulai kembali dari nol,” ujarnya.
Pandemi juga membuat komunikasi dengan sejumlah orangtua terputus. Banyak orangtua mengganti nomor telepon, bahkan susah dihubungi karena sudah pindah tempat tinggal. Kondisi ini terjadi karena selama pandemi sekolah tidak menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) dan sebagian wali murid melarang anak beraktivitas di luar rumah.
Priyati (52), orangtua salah satu penyandang disabilitas intelektual bernama Bagas (12), mengatakan, semula Bagas lahir dan tumbuh normal. Setelah usia tiga tahun, pertumbuhannya terhambat. Selain pertumbuhan fisik yang tidak seperti anak-anak lainnya, kecerdasan anaknya di bawah rata-rata.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Anak-anak penyandang disabilitas intelektual tampak antusias menari di sela-sela acara Kirab Obor Pesonas 2022 yang melintasi Taman Wisata Candi Borobudur, Sabtu (16/4/2022).
Oleh karena itu, sekalipun bisa menjalani pendidikan di taman kanak-kanak untuk umum, saat usia SD dia harus menjalani pendidikan di SLB. Priyati mengatakan, dirinya dan keluarga sudah menerima kondisi itu sebagai hal yang tidak bisa dihindari. Namun, dia memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan aktivitas kegemarannya, yaitu berolahraga. Namun, selama ini dia hanya bersemangat berolahraga di sekolah.
”Di luar sekolah, dia sering malas berolahraga karena malu untuk berinteraksi dengan anak-anak lain yang normal,” ujarnya.
Dalam Pesonas 2022, Bagas akan ikut cabang olahraga bocce. Bocce adalah olahraga khusus untuk tunagrahita yang dimainkan dengan cara membuang atau melempar bola sedekat mungkin dengan sasaran.