Persiapan ASEAN Para Games di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus dimatangkan. Diharapkan, peraturan presiden untuk gelaran tersebut segera dirampungkan dalam waktu dekat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Persiapan ASEAN Para Games di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus dimatangkan. Diharapkan, peraturan presiden untuk gelaran tersebut bisa segera dirampungkan dalam waktu dekat. Pasalnya, waktu persiapan sudah semakin sempit.
Semula, ajang itu akan digelar pada 23-30 Juli 2022. Namun, pelaksanaannya diundur sepekan menjadi 30 Juli hingga 6 Agustus 2022. Usulan tersebut telah disetujui oleh ASEAN Para Sports Federation. Dengan tanggal tersebut, artinya persiapan penyelenggaraan acara tinggal 100 hari lagi.
”Perpres (peraturan presiden) sudah masuk tahap akhir. Ini tinggal harmonisasi saja. Banyak kementerian yang terlibat dan membutuhkan paraf semua menteri. Itu yang agak bikin lama. Mudah-mudahan bisa dipercepat karena semuanya bekerja bergantung pada perpres tersebut,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia Rima Ferdianto saat dihubungi, Jumat (15/4/2022).
Sembari menanti peraturan tersebut dikeluarkan, kata Rima, persiapan dalam bidang lain juga terus dilakukan. Saat ini, pihaknya tengah menyusun rencana induk yang nanti bakal dibagikan ke kementerian-kementerian terkait. Panduan teknis (technical handbook) juga telah dirampungkan. Sebanyak 1.648 atlet dari 11 negara peserta pun sudah mengonfirmasi bakal turut serta dalam ajang olahraga bagi difabel tersebut.
Rima menambahkan, pihaknya juga berkoordinasi rutin dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Koordinasi tersebut berkaitan dengan renovasi sejumlah tempat pelaksanaan lomba. Salah satu lokasi perlombaan yang bakal direnovasi cukup banyak ialah Kolam Renang Intan Pari di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
”Venue tersebut jadi perhatian serius bagi mereka (Kementerian PUPR). Nanti akan dibuat kolam renang dengan standar baru, yaitu standar internasional. Kedalamannya 3 meter dengan 10 lintasan. Kolam renang tersebut juga bakal menjadi yang termewah ketiga di Indonesia setelah kolam renang di GBK (Gelanggang Olahraga Bung Karno) dan Papua,” jelas Rima.
Tempat lain yang bakal direnovasi, lanjut Rima, adalah GOR RM Said. Arena itu bakal digunakan untuk pertandingan basket. Menurut rencana, gedung akan dibangun dengan standar yang juga layak untuk gelaran Indonesia Basket League (IBL). Arena pertandingan lainnya, seperti GOR UNS, Stadion Sriwedari, dan Stadion Manahan, juga akan mengalami perbaikan-perbaikan minor agar semakin optimal saat penyelenggaraan nanti.
Selain itu, kata Rima, model penyelenggaraan acara terus dibahas dengan Kementerian Kesehatan. Pasalnya, ajang tersebut masih digelar dalam kondisi pandemi Covid-19. Seberapa ketat sistem gelembung dijalankan akan menyesuaikan dengan situasi penularan yang terjadi. Diharapkan, penularan kian melandai sehingga acara dapat digelar dengan optimal.
”Ini sedang kami godok terus, apa saja kemungkinan protokol kesehatan yang paling cocok diterapkan. Mudah-mudahan nanti pandemi benar-benar sudah melandai,” jelas Rima.
Ketua Umum NPC Indonesia Senny Marbun menyampaikan, ajang itu sudah absen selama dua periode atau dua tahun. Alasan absennya gelaran tersebut ialah kelompok difabel dianggap rentan dengan penularan Covid-19. Penyelenggaraan ajang tersebut dinilai bakal membahayakan para atlet difabel. Kondisi itu menyebabkan para atlet difabel se-Asia Tenggara kehilangan panggungnya. Padahal, mereka punya kehendak kuat buat berlaga.
”Kalau gelarannya di-delay (ditunda) terus, ASEAN Para Games tidak pernah bertanding, sedangkan SEA Games tetap dipertandingkan. Lama-lama harga ASEAN Para Games akan pudar,” kata Senny.
Senny menyampaikan keresahannya kepada Presiden Joko Widodo. Presiden memahami hal tersebut. Senny didorong supaya menggelar ajang tersebut meskipun dengan dana terbatas. Awalnya, Presiden meminta agar ajang tersebut digelar di Jakarta. Namun, menurut Senny, ajang itu akan lebih memiliki makna kuat jika diadakan di Kota Surakarta.
”Kota Surakarta adalah tempat dan rumah kita. Ini bukan event-nya Surakarta. Ini event-nya Indonesia. Biar Indonesia semakin dilihat friendly oleh masyarakat difabel di mancanegara,” jelas Senny.