Sampel Covid-19 Tidak Perlu Dikirim Ke Jakarta, Pontianak Segera Memiliki Alat WGS
Laboratorium Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, segera memiliki alat ”whole genome sequencing” (WGS) dari Kementerian Kesehatan dalam waktu dekat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu (baju putih) saat meninjau laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (11/4/2022).
PONTIANAK, KOMPAS — Laboratorium Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, bakal memiliki alat whole genome sequencing (WGS) dari Kementerian Kesehatan dalam waktu dekat. Dengan alat tersebut, pemeriksaan sampel untuk mendeteksi varian baru Covid-19 tidak perlu lagi dikirim ke Jakarta.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu, saat meninjau laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (11/4/2022), menuturkan, pada minggu keempat bulan April, alat sudah dikirim ke Pontianak. Oleh sebab itu, persiapan harus segera dilakukan.
”Sehingga ketika alat tiba langsung terpasang. Kemudian, bulan Mei minggu kedua alat sudah bisa dipergunakan untuk pemeriksaan,” ujarnya.
Persiapan yang dilakukan sejauh ini terkait kesiapan infrastruktur adalah melihat ruangan dan peralatan penunjang. Namun, karena Laboratorium Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, sudah dipergunakan untuk pemeriksaan sampel Covid-19, maka peralatan lain relatif sudah siap.
Sumber daya manusia juga sudah menjalani pelatihan secara daring. Ada dua orang juga yang dilatih di Jakarta. Dua orang yang telah dilatih tersebut nantinya juga bisa melatih SDM lainnya di Pontianak.
Pontianak dipilih sebagai penerima alat WGS karena komitmen Pemerintah Provinsi Kalbar dan Untan dinilai tinggi terhadap penanganan Covid-19. Apalagi sejak awal pandemi Laboratorium Untan telah melakukan pemeriksaan Covid-19.
”Selain itu, Kalbar pintu masuk dari negara tetangga kita, Malaysia, sehingga jika ada peningkatan kasus di negara tetangga bisa segera terdeteksi. Warga yang positif segera diperiksa secara WGS untuk mengantisipasi apakah ada varian baru atau tidak,” ungkapnya.
Dengan adanya WGS juga bisa dipergunakan untuk pemeriksaan penyakit lainnya. Apalagi Kalbar daerah tropis yang rawan demam berdarah (DBD) dan TBC serta penyakit menular ataupun yang tidak menular lainnya. Selama tiga tahun ke depan Kementerian Kesehatan yang akan membiayai reagen dan pemeliharaan WGS Laboratorium Untan.
”Ke depan, tidak perlu lagi mengirim sampel ke Jakarta untuk mengetahui apakah ada varian baru atau tidak. Alat WGS yang akan dimiliki tersebut mampu memeriksa 80 sampel dalam sekali pemeriksaan. Hasil bisa cepat diketahui. Jika dikirim ke Jakarta memerlukan waktu satu hingga dua minggu baru diketahui hasilnya,” ujarnya seusai meninjau Laboratorium Untan.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu saat meninjau laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (11/4/2022).
Sekretaris Daerah Kalbar Harisson menuturkan, komitmen Untan membantu pemeriksaan sudah terlihat sejak awal pandemi Covid-19. Kalbar sangat memerlukan WGS karena pekerja migran sebagian besar masuk dari Kalbar. Sebanyak 60-70 persen pekerja migran yang masuk merupakan warga dari luar Kalbar.
Pekerja migran Indonesia yang selama ini melintas di pos lintas batas negara (PLBN) di Entikong, Kabupaten Sanggau, dan PLBN Aruk, Kabupaten Sambas, diperiksa di laboratorium PCR di lokasi tersebut. Pekerja migran yang positif ada yang dikirim ke Pontianak.
Sampel selama ini dikirim ke Jakarta untuk pemeriksaan WGS di Jakarta untuk mengetahui apakah ada sampel yang positif varian baru atau tidak. Namun, hasil pemeriksaan di Jakarta paling cepat baru bisa diketahui 15 hari. Dengan adanya WGS di Pontianak nantinya bisa memperkuat upaya mendeteksi varian baru Covid-19.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu (baju putih) saat meninjau laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (11/4/2022).
Rektor Untan Garuda Wiko menuturkan, berdasarkan data sekuens SARS-CoV-2 Kalbar bersumber dari GISAID diupdate tanggal 10 April 2022 menunjukkan, pada 2021 dari jumlah 280, diketahui ada 250 varian Delta dan 30 varian lainnya. Pada 2022 (Januari-10 April), dari jumlah sekuens 61, diketahui ada 9 varian Delta dan 52 varian Omicron.
”Jumlah varian Omicron sekuens dengan sebaran kasus, yaitu 5 di Kota Pontianak, 2 di Kota Singkawang, dan 1 di Kabupaten Mempawah,” ungkap Garuda Wiko.
Keterlibatan Laboratorium Untan dalam penanganan pandemi Covid-19 telah dimulai sejak 20 April 2020, yaitu dengan dimasukannya Laboratorium Rumah Sakit Untan dalam laboratorium jejaring pemeriksaan Covid-19. Laboratoriun Untan juga tercatat sebagai jejaring laboratorium surveilens genom virus SARS-CoV-2. Selanjutnya, Laboratorium Untan juga ditunjuk sebagai laboratorium pemeriksaan PCR SGTF.
Bantuan alat yang diberikan Kementerian Kesehatan sangat bermanfaat bagi Untan dalam rangka meningkatkan layanan pendidikan. Lebih dari itu, sangat bermanfaat dalam meningkatkan kontribusinya mengatasi persoalan-persoalan riil di masyarakat terkait dengan pandemi Covid-19.