UMKM Pontianak Perlahan Bangkit dari Hantaman Pandemi
Usaha mikro, kecil, dan menengah di Pontianak dua tahun jatuh-bangun akibat pandemi Covid-19. Kini, mereka perlahan bangkit. Pemerintah juga memberikan dukungan mulai dari perizinan hingga infrastruktur.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kotausaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, perlahan bangkit setelah sekitar dua tahun jatuh-bangun dihantam pandemi Covid-19. Pemerintah juga terus berupaya mendukung dengan berbagai kebijakan, mulai dari menggratiskan perizinan hingga menyediakan infrastruktur pendukung geliat usaha.
Ketua Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Karya Kapuas Ernie Zenia pada acara Festival UMKM di Pontianak, Kamis (24/3/2022), mengatakan, ia memiliki usaha sirop serbat. Selama pandemi Covid-19, terutama tahun 2020 dan 2021, usahanya sempat berhenti beroperasi. Kondisi perekonomian kala itu tidak menentu. Kini, UMKM perlahan bangkit. ”Saat itu memang tidak jalan sama sekali usaha saya dan beberapa rekan,” ucapnya.
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan berbagai institusi pemerintah tahun lalu membuat semangat pelaku UMKM terus terjaga. Selain itu, juga adanya kemudahan perizinan membuat UMKM perlahan bangkit.
Festival UMKM yang digelar dalam rangka merayakan ulang tahun UMKM Karya Kapuas juga merupakan upaya saling menguatkan dan bangkit dari keterpurukan setelah terkena pandemi. ”Kini perlahan pulih. Produksi perlahan normal. Bahkan, ada yang sudah menjual produk ke luar daerah,” ujar Ernie.
Ika (27), pelaku usaha tanaman hias dan batik tulis, mengatakan, saat pandemi Covid-19 dua tahun lalu, permintaan tanaman hias lebih tinggi karena kemungkinan banyak yang bekerja dari rumah. Permintaan per hari lebih dari 10 pembeli. Sekarang, permintaan malah kurang dari itu.
Sementara usaha batik tulis baru ia tekuni. Sejak kuliah, ia sudah berkecimpung dalam batik tulis karena mengambil jurusan bidang seni. Ia pun benar-benar menekuninya setelah lulus kuliah. ”Sekitar dua tahun ini saya menekuni batik tulis,” ujarnya.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menuturkan, pemkot memberikan semangat kepada UMKM agar bisa naik kelas. Peran pemerintah memberi ruang berupa fasilitasi, pelatihan, dan kemudahan-kemudahan lain dalam mengembangkan usaha.
Selama pandemi Covid-19, UMKM di Pontianak juga jatuh-bangun. UMKM yang terdampak saat pandemi adalah yang bergerak di bidang ekonomi kreatif. Untuk usaha kuliner, sebagian terdampak, tetapi sebagian besar masih bertahan karena diperlukan masyarakat. ”Sekarang mereka semangat bangkit,” ujar Edi.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meredam dampak pandemi terhadap UMKM dan mengembangkan usaha mereka dalam bentuk menggratiskan perizinan, khususnya surat izin berusaha. Izin persyaratan suatu produk di dinas kesehatan juga difasilitasi.
Pemerintah juga mendukung UMKM dengan menyiapkan infrastruktur yang memadai. Sebagai contoh, penataan tepian Sungai Kapuas memberikan dampak pada UMKM setempat. Omzet pedagang bisa mencapai Rp 50 juta-Rp 100 juta per hari.
Penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM terus didata.
Jalan-jalan utama Pontianak juga dibenahi agar akses pengunjung dari satu lokasi ke lokasi lainnya lancar. Dengan demikian, pengunjung bisa mudah menjangkau sudut-sudut pusat usaha, misalnya kuliner. Pertumbuhan usaha kuliner bisa dilihat di sekitar jalan-jalan utama di Pontianak.
Selain itu, berdasarkan catatan Kompas, pada era pandemi Covid-19 tahun lalu, transaksi secara tatap muka terbatas sehingga memberikan tantangan bagi pelaku usaha kriya di Pontianak. Maka, pemasaran melalui jalur digital sangat diperlukan.
Untuk itu, pelaku usaha dibekali keterampilan fotografi produk oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Pontianak pada September tahun lalu. Ini agar tampilan produk dalam pemasaran digital lebih menarik.
Edi menuturkan, penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM terus didata. Namun, sekadar gambaran, di bidang usaha makanan diperlukan 1-5 tenaga kerja. Warung kopi, salah satu ikon kota Pontianak, juga menyerap 2-5 pekerja. Untuk kedai kopi besar, bahkan bisa menyerap tenaga kerja di atas 50 orang.
Usaha warung kopi di Pontianak beragam, mulai dari yang tradisional hingga kafe. Di Pontianak terdapat hampir 800 warung kopi. Kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) mendekati 30 persen dari Rp 75 miliar per tahun.