Harga Bahan Pokok Mulai Naik, Pemprov Kalteng Gelar Pasar Murah
Pemprov Kalteng menggelar pasar murah di Kota Palangkaraya untuk memengaruhi harga di pasar. Jelang Lebaran, sejumlah harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sejumlah harga komoditas pokok di Kalimantan Tengah mulai merangkak naik, seperti ayam pedaging, gula, dan minyak goreng. Untuk memengaruhi harga, pemerintah provinsi menggelar pasar murah bekerja sama dengan petani dan distributor.
Pada Senin (11/4/2022) pagi, pemerintah menggelar operasi pasar di beberapa lokasi di Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng. Dalam kegiatan tersebut, hadir Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian Inti Pertiwi dan sejumlah pejabat daerah Kalteng.
Di Pasar Besar, komoditas yang mulai naik harganya antara lain ayam potong yang berkisar Rp 38.000–Rp 40.000 per kilogram dari harga normal Rp 36.000 per kilogram, telur ayam ras Rp 26.000 per kilogram atau naik sekitar Rp 3.000 dari harga normal, lalu gula pasir yang kini mencapai Rp 16.000 per kilogram.
Penjabat Sekretaris Daerah Kalteng Nuryakin mengungkapkan, tren kenaikan harga sudah mulai terasa jelang Lebaran. Hal itu dikhawatirkan bakal menjadi tekanan inflasi. Untuk itu, banyak upaya dilakukan, salah satunya menggelar pasar murah melalui Pasar Mitra Tani atau Toko Tani Indonesia Centre (TTIC).
Dalam sambutan saat membuka pasar murah tersebut, Nuryakin mengungkapkan, pasar murah merupakan bentuk upaya stabilisasi harga kebutuhan pokok yang mulai merangkak naik. Pasar tersebut akan digelar selama bulan puasa hingga Lebaran.
”Perlu strategi dan sinergi lintas sektor dalam menghadapi situasi seperti ini. (Pasar murah) ini jangka pendeknya, upaya ini dilakukan setiap menjelang hari besar keagamaan di mana saat itu banyak harga kebutuhan pokok meningkat,” ungkap Nuryakin.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalteng Sunarti menambahkan, semua harga komoditas di TTIC dijual sesuai harga asli dari distributor. Contohnya, minyak goreng dijual Rp 22.500 per liter, gula pasir Rp 14.000 per kilogram, dan ayam potong Rp 36.000 per kilogram. ”Kami harap kehadiran TTIC mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Inti Pertiwi mengungkapkan, Kalteng masih memasuki zona hijau. Artinya, pasokan kebutuhan pokok masih terjamin hingga beberapa bulan ke depan dan harganya masih stabil. ”Ukurannya, kan, ada 12 komoditas. Kalteng masih hijau. Beberapa daerah lain seperti Aceh merah karena pasokan berasnya kurang. Di Kalteng beras sudah surplus,” ungkapnya.
Pertiwi menambahkan, Kalteng dan beberapa daerah lain menjadi pusat perhatian untuk komoditas pokok karena ikut dalam Program Strategis Nasional (PSN) Food Estate atau lumbung pangan. Meski tujuan besarnya belum tercapai, lumbung pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok daerah.
”Sampai saat ini semua (daerah lumbung pangan) berhasil meski tujuan besarnya untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan seluruh daerah belum. Namun, paling tidak memenuhi kebutuhan daerah dan menciptakan sentra pangan baru,” ungkap Pertiwi.
Pertiwi mengungkapkan, Kalteng masih bergantung pada beberapa daerah lain untuk bisa memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti dari Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Ke depan, pemerintah selalu menyiapkan strategi jangka panjang untuk membuat kemandirian pangan daerah.
”Ada tiga tindakan dari Kementerian Pertanian, jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Ke depan, pemerintah harus bisa memperhatikan komoditas lainnya yang masih bergantung pada daerah, bahkan negara lain,” ujar Pertiwi.