Dorongan Percepat Tanam di Provinsi Penghasil Gabah Terbesar di Indonesia
Provinsi Jawa Timur menjadi penghasil gabah terbesar di Indonesia pada tahun 2020. Sisa musim hujan didorong dimanfaatkan maksimal.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong petani di wilayahnya untuk melakukan percepatan tanam padi dengan memanfaatkan sisa musim hujan. Hal ini penting untuk menjamin ketersediaan dan kedaulatan pangan dalam menghadapi perubahan iklim.
Khofifah mengatakan hal itu saat menghadiri panen raya padi hibrida dan inbrida di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Kamis (7/4/2022). Selain menghadiri panen raya, pada hari yang sama Khofifah juga meresmikan jembatan Pelanggi di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur.
”Kami berpesan kepada bupati dan gapoktan (gabungan kelompok tani) untuk percepatan masa tanam mumpung masih musim hujan. Jika telat, akan berdampak pada produksi total padi kita,” ujarnya.
Mencermati laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Malang (Karangploso), awal musim kemarau di 60 zona musim di Jawa Timur (Jatim) menyatakan ada 3,3 persen wilayah yang diperkirakan memasuki awal kemarau paling cepat akhir Maret (sebagian Situbondo, Banyuwangi, dan Sumenep).
Sementara, 31,7 persen wilayah memasuki musim kemarau paling lambat awal Juni, meliputi sebagian Malang, Lumajang, Probolinggo, Jember, dan sekitaran Ijen. Daerah lainnya bulan April mencakup 56,7 persen dan Mei ada 31,7 persen.
Perubahan iklim dan cuaca ekstrem, menurut Khofifah, berpotensi menurunkan produksi pangan. Oleh karena itu, pemantauan terhadap produksi padi perlu terus dilakukan. Begitu pula dengan percepatan tanam dengan memanfaatkan air hujan yang masih ada.
Satu lagi, dia mengingatkan agar alih fungsi lahan terus dijaga. Sawah harus dilindungi dengan pemetaan yang detail. ”Kita juga butuh peta lebih detail Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB). Ini penting untuk diketahui semua pihak. Kalau ada di kabupaten/kota mesti diperdakan (peraturan daerah). Yang punya perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah mesti terkonfirmasi ada LPPB di dalamnya,” ujarnya.
Tahun 2020, Jatim menjadi provinsi penghasil gabah terbesar di Indonesia dengan jumlah 9,9 juta ton GKG. Begitu pula 2021, Jatim masih menjadi penghasil terbesar. Adapun tahun 2022, sampai Maret, luas panen di Jatim mencapai 9,74 juta hektar (ha) atau setara 5,6 juta ton beras, juga merupakan yang tertinggi di Indonesia.
Jatim sendiri menjadi penyangga bagi 16 provinsi lain di Indonesia timur dalam hal logistik, kecuali Sulawesi Selatan yang sudah swasembada. Sebanyak 80 persen kebutuhan logistik 16 provinsi itu disuplai dari Jatim. Artinya, berpikir soal beras, menurut Khofifah, berarti juga memikirkan ketersediaan pangan di provinsi-provinsi lain itu.
Bupati Malang M Sanusi mengatakan, sejauh ini wilayahnya surplus beras. Dia mencontohkan tahun 2021 produksi padi di Kabupaten Malang mencapai 500.000 ton GKG. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat hanya 420.000 ton sehingga ada surplus 80.000 ton.
Namun, Sanusi tidak mengelak jika cuaca ekstrem juga berpengaruh pada padi varietas tertentu. ”Seperti Brangbiji (padi hibrida yang tengah dipanen) ini ketika optimal pernah mencapai 14,8 ton per ha, tetapi kali ini cuma 7,5 ton per ha akibat cuaca ekstrem. Ini terus kita monitor. Kali ini kami uji coba pakai pupuk organik,” ujarnya.
Sementara itu, beberapa petani di Banjararum mengaku burung pipit masih menjadi salah satu hama yang menyerang padi di daerah setempat menjelang panen kali ini, meski jumlahnya tidak sebanyak tahun lalu. Untuk meminimalkan serangan, petani terpaksa menutup tanaman padi mereka menggunakan jaring dan memasang rumbai-rumbai plastik.
Mengenai produksi, petani padi nonhibrida mengaku hasilnya tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya. Adapun untuk harga jual gabah saat ini mencapai Rp 4.200-Rp 4.300 per kilogram GKG. ”Hasilnya sama, tidak begitu terpengaruh oleh cuaca,” ujar Arpa’i (65), salah satu petani yang menanam varietas Ciherang.