Bertemu Gibran, Sekjen Partai Gerindra: Ini Tahun Kemesraan
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengunjungi Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Rabu (6/4/2022). Pertemuan itu memunculkan spekulasi soal karier politik putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengunjungi Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Rabu (6/4/2022). Pertemuan tersebut memunculkan spekulasi soal karier politik putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut selanjutnya.
Lokasi pertemuan antara Gibran dan Muzani bertempat di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pertemuan itu berlangsung tertutup dengan durasi sekitar satu jam. Seusai pertemuan, Muzani hanya menyebut pertemuan keduanya sekadar silaturahmi. Perbincangannya mengenai banyak hal, salah satunya menyoal penanganan pandemi Covid-19 yang membutuhkan kerja sama banyak pihak.
”Ini adalah silaturahmi biasa di bulan Ramadhan. Kan, kita dianjurkan banyak bersilaturahmi, saling bertemu, saling bermusyawarah, saling bertukar pikiran. Saya merasa berbahagia dan dapat kehormatan bisa ketemu dengan Wali Kota Surakarta, Mas Gibran,” kata Muzani seusai pertemuan tersebut.
Muzani juga menyampaikan salam hormat dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kepada Gibran. Kata dia, Prabowo ingin bertemu langsung dengan Gibran di kemudian hari. Perihal waktu dan tempatnya belum dipastikan. Pihaknya akan mengatur waktu menyesuaikan kesibukan kedua belah pihak.
Tak bisa dimungkiri, pertemuan itu sekaligus menimbulkan spekulasi karier politik Gibran selanjutnya. Entah melanjutkan ke jenjang pemilihan kepala daerah di tingkat provinsi ataupun hingga presiden. Dugaan itu dilihat dari sosoknya sebagai seorang anak muda yang hendaknya bisa membawa perubahan bagi masyarakat. Hal ini diamini Muzani.
”Mas Gibran ini salah satu prototipe pemimpin muda di pemerintahan. Cirinya adalah inovasi, kreasi, dan selalu membuat kemajuan-kemajuan yang sekarang ditunjukkan pemimpin muda. Mas Gibran adalah salah satunya,” kata Muzani.
Di sisi lain, pertemuan tersebut menjadi upaya meningkatkan kedekatan antara Partai Gerindra dan PDI-P. Khususnya untuk keperluan pemilihan umum. Pemilihan umum baik tingkat daerah maupun nasional juga tinggal menyisakan waktu dua tahun lagi.
”Ini tahun kemesraan. Bukan tahun ketegangan. Semua orang sedang mencari pasangannya masing-masing,” jawab Muzani saat ditanyai soal upaya membangun kedekatan antara kedua partai politik tersebut.
Ini tahun kemesraan. Bukan tahun ketegangan. Semua orang sedang mencari pasangannya masing-masing. (Ahmad Muzani)
Bicara soal karier politiknya seusai pertemuan dengan Muzani, Gibran mengaku belum berpikir jauh. Ia akan fokus menangani persoalan-persoalan di Kota Surakarta. Sebab, kepemimpinannya juga baru berjalan satu tahun. Ia masih ingin melakukan banyak hal terhadap kota kelahirannya tersebut.
”Saya baru setahun di sini (Surakarta). Pengen aku ndang lungo po piye? (Mau saya segera pergi?),” kata Gibran balik kepada wartawan.
Gibran juga merasa masih sangat muda dalam kancah perpolitikan. Ia mengaku butuh belajar dari banyak tokoh. Tak terkecuali Prabowo Subianto yang saat ini juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
”Ya, nanti dijadwalkan dulu (pertemuan dengan Prabowo). Beliau kan sibuk. Nanti saya saja yang ke sana. Tahu-tahu sudah sampai sana saja. Pokoknya sowan ke beliau. Minta arahan-arahan. Itu saja,” kata Gibran soal rencananya menemui Prabowo.
Dihubungi terpisah, Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Wawan Mas’udi mengungkapkan, pertemuan itu merupakan suatu komunikasi politik yang wajar. Namun, perlu dipahami bahwa penjajakan politik tak selalu berujung ke pencalonan dalam kontestasi politik. Bisa saja pertemuan tersebut menjadi upaya menunjukkan kedekatan antara Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai sesama tokoh politik nasional.
Di samping itu, Wawan juga memandang Gibran sudah paham betul posisinya sebagai politisi. Gibran punya modal kuat dengan posisinya sebagai putra sulung Presiden Joko Widodo. Status tersebut membuatnya banyak dilirik partai politik. Buktinya, pertemuan dengan tokoh politik nasional bukan sekali atau dua kali terjadi. Dalam kurun waktu dua pekan ini, Gibran sudah bertemu dua ketua umum partai lainnya, yakni Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo.
Namun, kata Wawan, Gibran butuh modal lebih jika ingin naik ke panggung politik yang lebih besar. Terlebih lagi, apabila panggungnya sebesar kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden. Menurut dia, Gibran harus meninggalkan warisan monumental selama menjabat sebagai wali kota Surakarta.
”Legitimasi Gibran, bagaimanapun masih ada kaitannya dengan posisi presiden (Joko Widodo). Gibran perlu membangun pilar legitimasi yang lain. Itu harus bertumpu pada posisi dia sebagai wali kota. Ia harus mulai membangun legitimasi yang bersifat lebih personal karena kemampuannya sebagai pemimpin daerah,” kata Wawan.