Sopir di Jateng Keluhkan Pembatasan Pembelian Solar
Sebagian sopir mengeluhkan pembatasan pembelian bahan bakar jenis solar. Konsumen berharap ketersediaan solar dijamin, terutama jelang masa mudik Lebaran 2022.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah sopir dengan trayek melintasi ruas pantai utara Jawa Tengah mengeluhkan pembatasan pembelian solar di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di wilayah tersebut. Hal itu membuat para sopir harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk masuk dan keluar SPBU demi memenuhi kebutuhan bahan bakar.
Suwitno, salah satu sopir angkutan barang, mengeluhkan pembatasan pembelian solar sudah terjadi sepekan terakhir. Pembatasan pembelian solar itu Rp 100.000-Rp 200.000 per kendaraan, berbeda-beda di setiap SPBU.
Dua kali dalam sepekan, Suwitno menempuh perjalanan pergi-pulang dari Tangerang, Banten, menuju Kota Salatiga, Jawa Tengah. Untuk menempuh perjalanan pergi-pulang, kendaraan yang dikemudikan Suwitno butuh bahan bakar sekitar 230 liter.
Dalam perjalanan pergi-pulang, biasanya Suwitno hanya perlu mampir di empat SPBU untuk mengisi bahan bakar. Namun belakangan, ia harus masuk keluar sekitar sepuluh SPBU dalam perjalanan pergi-pulang. ”Kadang sudah antre panjang, pas sudah giliran (kendaraan) saya (diisi), petugasnya bilang kalau solarnya habis. Saya enggak tahu penyebabnya apa,” ujarnya, Rabu (6/4/2022).
Suwitno mengaku ikhlas jika pada akhirnya harga solar harus naik. Kendati demikian, ia berharap ketersediaan solar terjamin.
Dihubungi terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang Bambang Pranoto Purnomo mengungkapkan kelangkaan solar di wilayahnya beberapa waktu belakangan. Dia khawatir, kelangkaan terjadi sampai masa mudik Lebaran.
”Kalau solar langka, mau tak mau semuanya akan beralih (ke dexlite atau dex) yang harganya dua kali lipat lebih dari solar. Hal ini pasti akan berdampak pada naiknya harga tiket transportasi darat, termasuk harga tiket mudik,” kata Bambang.
Kalau solar langka, mau tak mau semuanya akan beralih (ke dexlite atau dex) yang harganya dua kali lipat lebih dari solar. Hal ini pasti akan berdampak pada naiknya harga tiket transportasi darat, termasuk harga tiket mudik.
Di Jateng, harga satu liter solar Rp 5.150 per liter. Sementara itu, harga dexlite 12.150 per liter dan harga dex Rp 13.750 per liter.
Polisi berjaga
Seiring kekhawatiran masyarakat terkait antrean panjang di SPBU, polisi turut diterjunkan untuk memantau sejumlah SPBU. Di Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, kepolisian setempat memastikan tidak ada antrean panjang pembeli bahan bakar minyak, termasuk solar.
”Dari hasil pemantauan, tidak ada kelangkaan solar di SPBU di wilayah kami. Hingga Rabu, stok solar sebanyak 24.000 liter. Untuk itu, kami mengimbau masyarakat tidak panik dan membeli solar sesuai kebutuhan,” ujar Kepala Polsek Comal Ajun Komisaris Polisi Heru Irawan.
Sementara itu, Area Manager Communication Relations and Corporate Social Resposibility Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho memastikan tidak ada pembatasan solar subsidi maksimal Rp 100.000-Rp 200.000 di SPBU-SPBU Pertamina di Jateng dan DIY.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 04/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2020, kendaraan bermotor perseorangan roda empat diizinkan mengisi solar subsidi paling banyak 60 liter per kendaraan per hari.
Adapun kendaraan bermotor umum angkutan orang atau barang roda empat paling banyak mengisi 80 liter per kendaraan setiap hari. Sementara kendaraan bermotor umum angkutan orang atau barang roda enam atau lebih paling banyak mengisi 200 liter per kendaraan per hari.
”Hingga Rabu, stok solar di terminal bahan bakar Pertamina Jateng dan DIY ada 135.000 kiloliter. Angka ini belum termasuk ketahanan solar di kilang dan kapal. Stok saat ini mampu memenuhi kebutuhan harian di wilayah Jateng dan DIY hingga 20 hari ke depan,” tutur Brasto.