Distribusi Tersendat akibat Biosolar Langka, Harga Sejumlah Bahan Pokok di Padang Naik
Harga sejumlah bahan pokok di Kota Padang, Sumatera Barat, naik akibat tersendatnya arus distribusi karena kelangkaan biosolar.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harga sejumlah bahan pokok di Kota Padang, Sumatera Barat, naik karena tersendatnya arus distribusi akibat kelangkaan biosolar. Para pedagang berharap masalah kelangkaan solar bersubsidi itu segera diatasi pemerintah.
Di Pasar Raya Padang, Selasa (29/3/2022), bahan pokok yang distribusinya tersendat dan mengalami kenaikan harga, antara lain daging ayam broiler, telur ayam, dan bawang putih. Sementara distribusi cabai merah terlambat tetapi tidak berpengaruh ke harga karena sedang masa panen raya.
Rajabman (56), pedagang ayam, mengatakan, sejak biosolar langka sebulan terakhir, pengiriman ayam sering terlambat. Biasanya pasokan ayam tiba sekitar pukul 07.00. Namun, karena sopir distributor mesti mengantre mengisi bahan bakar, pasokan bisa terlambat berjam-jam.
Selain itu, biaya pesan antar (delivery order/DO) ayam oleh distributor juga mengalami kenaikan sejak empat hari terakhir. Biasanya biaya DO Rp 1.000-Rp 1.500 per kilogram, sekarang mencapai Rp 2.500-Rp 3.000 per kilogram.
”Karena antre solar, biaya operasional lebih besar. Kadang sopir tidak dapat bahan bakar, terpaksa beli solar jeriken di pinggir jalan yang harganya Rp 6.500-Rp 7.500 per liter. Makanya biaya DO naik,” kata pria yang juga menjabat Sekretaris Umum Koperasi Persatuan Peternak dan Pedagang Ayam Kota Padang itu.
Akibat kenaikan biaya DO, kata Rajab, harga jual ayam di pasar juga mengalami kenaikan empat hari terakhir. Harga jual ayam naik dari Rp 28.000 per kilogram menjadi Rp 30.000-Rp 32.000 per kilogram. Dampak kenaikan ini membuat pelanggan komplain dan margin keuntungan pedagang berkurang.
Menurut Rajab, selain terganggunya distribusi dan kenaikan harga akibat kelangkaan solar, pedagang sekarang juga kesulitan mendapatkan pasokan ayam ukuran kecil berkisar 0,8-1,1 kilogram. Ukuran itu berkurang 40-50 persen. Perusahaan hanya mau menjual ayam ukuran besar berkisar 1,5-1,7 kg.
Biaya pesan antar ( delivery order/DO) ayam oleh distributor juga mengalami kenaikan sejak empat hari terakhir.
Padahal, kata Rajab, sebagian besar permintaan pelanggan adalah ayam kecil. ”Saya berharap pemerintah proaktif membantu menyelesaikan permasalahan ini, baik masalah solar langka maupun masalah pembatasan pasokan ayam oleh perusahaan,” ujarnya.
Sementara itu, Erman (48), pedagang telur, mengatakan, pengiriman telur ayam juga terlambat hingga sehari-dua hari akibat kelangkaan biosolar, terutama empat hari terakhir. Dampaknya stok di tempatnya sering tipis.
”Keterlambatan juga memicu kenaikan harga telur. Sebelumnya, harga telur ayam 1 rak (30 butir) Rp 38.000. Tiga hari terakhir harganya Rp 40.000 per rak,” kata Erman. Kenaikan harga membuat pembeli mengeluh.
Anto (60), pedagang cabai dan bahan lainnya, mengatakan, akibat kelangkaan biosolar, pengiriman cabai merah dari Jawa Tengah sering terlambat dalam dua pekan terakhir. Biasanya cabai tiba setiap hari pukul 03.00, sekarang justru tiba pukul 13.00.
”Keterlambatan membuat barang kurang segar sehingga harganya menurun. Margin keuntungan berkurang,” ujarnya.
Namun, untungnya, kata Anto, pasokan cabai merah melimpah karena sedang panen raya sehingga tidak terjadi kenaikan harga. Harga cabai merah justru turun dari Rp 36.000 per kilogram pada Sabtu (26/3/2022) menjadi Rp 32.000 per kilogram. ”Jika terlambat dan barang sedikit pasti harganya akan melambung,” kata Anto.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan Sumbar Ridonal mengatakan, kelangkaan solar memang berdampak pada terlambatnya arus distribusi bahan pokok. Keterlambatan itu juga memicu kenaikan harga sejumlah bahan pokok.
Atas kondisi tersebut, kata Ridonal, dinas perdagangan sudah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sumbar. Gubernur Sumbar sudah mengirimkan permintaan tambahan kuota biosolar ke Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) pada 4 Maret lalu. ”Sejauh ini belum tampak hasilnya,” ujarnya.
Adapun terkait antisipasi kenaikan harga jelang Ramadhan, Ridonal mengatakan, dinas perdagangan mengadakan rapat koordinasi (rakor) dengan semua stakeholder terkait pada Rabu (30/3/2022). ”Rakor dalam rangka stabilisasi ketersediaan bahan pokok masyarakat,” ujarnya.