Pembelian Minyak Goreng Curah di Temanggung dan Magelang Dibatasi
Pedagang mulai membatasi penjualan minyak goreng curah ke pelanggan. Seiring dengan kondisi tersebut, harga juga melejit di atas HET.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Seiring terbatasnya pasokan minyak goreng curah, sejumlah pedagang di Kabupaten Temanggung dan Magelang, Jawa Tengah, juga mulai membatasi volume penjualan kepada konsumen, termasuk kepada pedagang lain yang menjadi pengecer. Seiring dengan kondisi tersebut, harga minyak goreng curah pun melejit jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Luluk (40), pedagang minyak goreng curah di Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, mengatakan, sebelumnya dia bisa membeli minyak goreng curah dalam volume berapa pun sesuai dengan kebutuhan. Namun, sejak tiga hari lalu, pedagang pengepul tempat dirinya biasa membeli mulai membatasi volume pembelian, yakni sebanyak dua kaleng per orang. Sebelumnya, dia bisa membeli sedikitnya lima kaleng minyak goreng curah per minggu.
”Agar tetap bisa memenuhi permintaan dan memiliki stok di kios, akhirnya saya pun terpaksa mengerahkan anak saya untuk ikut serta membeli minyak goreng curah,” ujarnya, Rabu (23/3/2022). Minyak curah itu pun ditawarkan dengan harga Rp 275.000 per kaleng atau sekitar Rp 16.100 per kg, melampaui HET yang sebesar Rp 15.500 per kg.
Luluk mengatakan, di Kabupaten Temanggung, sebenarnya ada pengepul yang menawarkan minyak goreng curah dengan harga Rp 225.000 per kaleng atau Rp 13.200 per kg. Namun, stok di pedagang tersebut tidak bisa cukup diandalkan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
”Sekalipun ditawarkan dengan harga murah, pasokan minyak dari pengepul tersebut hanya bisa diambil sebulan sekali, dan pembelian minyak goreng curah dari pengepul tersebut dibatasi hanya satu kaleng atau 17 kg per orang,” ujarnya.
Sementara itu, Yati (42), pedagang di Pasar Borobudur, Kabupaten Magelang, mengatakan, sejak seminggu lalu dirinya memang membatasi pembelian minyak goreng curah, hanya 2-3 kg per orang. Itu pun hanya bagi kalangan pelanggan lama yang memang sehari-hari rutin membeli dari kiosnya. ”Karena pasokan yang saya terima juga terbatas, selama seminggu ini saya pun sudah tidak melayani pelanggan baru,” ujarnya.
Pembatasan volume pembelian per pelanggan, menurut dia, terpaksa dilakukan karena volume pasokan minyak yang diterima juga jauh berkurang. Jika biasanya dia bisa menerima 10-30 kaleng minyak goreng curah per hari, selama seminggu terakhir ini dia hanya mendapatkan dua hingga tiga kaleng per hari. ”Saya tidak bisa menambah permintaan karena pihak penyalur mengatakan sudah tidak ada stok minyak curah,” ujarnya.
Rusiyah (50), pedagang bahan pokok di Desa Giripurno, Kecamatan Borobudur, mengatakan, sejak Senin (21/3/2022), dirinya memutuskan tidak lagi berjualan minyak curah karena harga komoditas tersebut di sejumlah pasar kini sudah mencapai Rp 20.000 per kg. Dia sempat mencoba tetap berjualan dan menawarkan dengan harga Rp 21.000 per kg, tetapi harga tersebut dikeluhkan banyak pelanggan.
”Sebagian besar pelanggan saya di desa adalah kalangan petani penggarap yang mendapatkan upah Rp 40.000 per hari. Setelah harga minyak goreng curah naik, mereka pun mengeluh karena upah mencangkul sehari saja ternyata tidak cukup untuk membeli 2 liter minyak goreng,” ujarnya.
Seminggu sebelumnya, harga minyak goreng curah di Pasar Borobudur sebesar Rp 17.000 per kg. Saat harga terus naik hingga mencapai Rp 19.000 per kg, Rusiyah masih terus rutin membeli 8 kg minyak curah per hari.