Keluarga 9 Nelayan yang Hilang di Australia Menunggu Kepastian
Sembilan nelayan asal Rote Ndao masih dinyatakan hilang di perairan Australia.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
BA’A, KOMPAS — Keluarga di Desa Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, menunggu kepastian mengenai nasib sembilan nelayan yang hilang di perairan Australia. Adapun tiga nelayan dipastikan selamat, satu orang di antaranya belum sadarkan diri sehingga dirawat di Royal Perth Hospital, Australia.
Kepala Desa Hundihuk Yunus Modok, saat dihubungi, Selasa (22/3/2022), mengatakan, kapal itu berangkat pada Kamis (17/3/2022) pukul 13.00 Wita. Mereka menuju perairan Laut Timor, mencari ikan untuk ekspor. Mereka adalah nelayan yang bekerja pada Haji Ardani Laduma, pengusaha ikan di Rote Ndao.
Pada Jumat–Sabtu (18-19/3/2022), terjadi badai siklon tropis di perairan Australia sehingga kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing di laut sampai tenggelam. Kemungkinan kapal itu tenggelam pada Jumat atau Sabtu, bukan hari Minggu.
”Soal kapan persisnya kapal itu tenggelam, tidak ada yang tahu. Keluarga korban masih menunggu kepastian informasi soal nasib kesembilan nelayan yang hilang itu. Keluarga minta ada koordinasi rutin antara tim Basarnas Kupang dan pihak Australia memastikan keberadaan kesembilan orang itu,” kata Modok.
Kejadian itu pertama kali diketahui kapal kargo dari Singapura yang hendak menuju Broome, Australia Barat. Kapal kargo itu mendapatkan para korban tenggelam pada Sabtu (19/3/2020). Dengan bantuan teropong, awak kapal kargo itu melihat tiga nelayan yang selamat meminta pertolongan dengan melambaikan tangan ke arah kapal.
”Satu nelayan sedang duduk di bagian tiang kapal yang kemudian dirakit untuk duduk, satu orang lagi di bagian badan kapal yang sedang dalam posisi terbalik, dan satu orang lagi sedang berenang, berjuang menggapai badan kapal. Saat itu, kapal kargo tersebut menghampiri mereka, lalu mengangkut mereka ke dalam kapal,” kata Modok.
Sembilan nelayan lain tidak ditemukan di sekitar lokasi tersebut. Kapal kargo itu sempat berhenti sekitar 25 menit mencari nelayan lain, tetapi tidak menemukannya. Kondisi cuaca laut pun sedang buruk sehingga kapal kargo itu sempat terombang-ambing oleh badai. Mereka membawa tiga korban selamat ke Broome, Australia.
Kejadian itu kemudian dirilis kapal kargo Singapura melalui radar danterpantau oleh otoritas Australia. Kapal patroli Australia kemudian mendatangi tempat kejadian dan melakukan pencarian, tetapi sembilan nelayan yang hilang belum ditemukan.
Salah satu korban selamat, Riki Balu, dalam kondisi tak sadarkan diri sehingga dirawat di Royal Perth Hospital, Australia. Sementara dua korban lain sudah dibawa ke Darwin untuk pemulihan kondisi kesehatan mereka. ”Riki Balu memiliki riwayat sakit asma sehingga butuh perawatan intensif,” kata Modok.
Saat melaut, ada beberapa nelayan membawa juga ponsel di dalam tas. Namun, sejak Kamis (17/3/2022) sampai dengan hari ini, pihak keluarga sulit menghubungi mereka. Para korban juga tidak menghubungi anggota keluarga di Hundihuk.
Meski demikian, Basarnas Kupang mengutip laporan dari Command Centre Basarnas Pusat bahwa kapal Bulk Carrier PSU Sixth,c/s S60P dan MMSI telah mengevakuasi tiga orang selamat nelayan dari Indonesia. Ketiga nelayan itu diselamatkan Australia Maritime Safety Authority (AMSA), kemudian dievakuasi ke Pulau Broome, Australia Barat.
”Basarnas Kupang terus berkoordinasi dengan AMSA Australia mengenai kondisi kesehatan tiga korban selamat dan nasib sembilan nelayan yang masih dinyatakan hilang. Pihak AMSA masih terus melakukan pencarian di wilayah perairan Australia,” kata Kepala Basarnas Kupang Emmy Freezer.
Freezer juga menyebutkan, Basarnas Kupang bersama Basarnas Sumba telah mengevakuasi satu nelayan asal Desa Tanamanang, Kecamatan Pahunga Lodhu, Sumba Timur. Korban bernama Mara Kaja (32) tenggelam pada Minggu (20/3/2022) saat mencari ikan di perairan Landuga, Sumba Timur.
Korban ditemukan pada Senin (21/3/2020) dalam kondisi meninggal. Korban terbawa arus sejauh sekitar 30 kilometer dari tempat ia mencari ikan. Selama Januari-Maret 2022, sudah tiga nelayan Sumba tewas tenggelam saat mencari ikan.
Tim SAR gabungan yang terlibat dalam pencarian itu, antara lain, Kantor Pencarian dan Pertolongan Kupang, Pos Pencarian dan Pertolongan Waingapu, Polairud Sumba Timur, juga Camat Pahunga Lodhu, keluarga korban, dan masyarakat.