Warga NTT Diminta Waspadai Kemunculan Bibit Siklon di Laut Timor
Menjelang pergantian musim hujan ke musim kemarau tahun ini, Pemerintah Provinsi NTT mengajak masyarakat mewaspadai potensi bencana akibat cuaca buruk.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Menjelang akhir musim hujan yang berlangsung sekitar dua pekan ke depan, masyarakat Nusa Tenggara Timur diingatkan agar tetap waspada akan kemunculan bibit siklon tropis di Laut Timor dan sekitarnya. Nelayan dan warga pesisir pun diimbau menghindari aktivitas di laut dalam beberapa hari ke depan. Warga Kupang, ibu kota NTT, mulai khawatir terjadi badai seperti tahun 2021.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTT Ambros Kodo, di Kupang, Sabtu (19/3/2022), merilis peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai potensi kemunculan bibit siklon di sekitar Laut Timor. Peluang kemunculan bibit siklon itu dalam kategori 24 jam ke depan dengan kategori rendah. Arah pergerakannya menjauhi Indonesia.
Meski demikian, Ambros mengimbau warga tetap waspada atas dampak dari perisitiwa itu berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang. Selain itu, gelombang tinggi di Laut Arafuru bagian utara, perairan selatan Pulau Timor, dan perairan selatan Pulau Sumba dengan tinggi 2,5 meter-4,0 meter.
Ada pula dampak tidak langsung berupa gelombang alun atau swell, penyebab banjir pesisir di perairan selatan Pulau Timor dan perairan serta pesisir Kupang dan Pulau Rote. Wilayah yang relatif aman adalah Pulau Flores dan Lembata, tetapi bakal mengalami angin kencang yang bisa saja menyebabkan puting beliung.
Dia menambahkan, warga pesisir dan para nelayan yang akan melintasi perairan selatan Pulau Timor sebaiknya tidak melaut 1-2 hari ke depan. Mereka juga diminta memastikan agar kapal (perahu) ditambatkan di tempat aman.
Adapun bagi warga yang tinggal di pinggir pantai, di lereng-lereng bukit, gunung, bantaran sungai, dan daerah rendah aliran sungai diminta mewaspadai potensi banjir, banjir bandang, banjir pesisir, dan tanah longsor.
Ambros juga mengimbau petani agar tidak berada di ladang atau sawah terbuka saat hujan sedang sampai lebat yang disertai angin badai. Kondisi itu sering disertai petir yang dapat membahayakan keselamatan. Beberapa kejadian dalam tiga tahun terakhir, sejumlah petani tewas tersambar petir saat sedang bekerja di sawah.
Sementara itu, kegiatan peribadatan yang melibatkan ratusan orang juga diminta tetap mengikuti informasi BMKG. Jika terjadi hujan dan angin badai, warga diminta waspada, bila perlu kegiatan peribadatan ditangguhkan.
Ambros pun mengajak semua pihak mengikuti dan memastikan informasi peringatan dini cuaca hanya dari BMKG. ”Warga dapat memastikan atap-atap rumah tidak mudah terlepas atau terbang jika ditiup angin kencang,” katanya.
Sementara warga Kupang resah memasuki akhir musim hujan tahun ini. Badai Seroja pada 3-5 April 2021 masih menyisakan trauma bagi warga. Pascabencana itu, sebagian besar rumah warga yang rusak belum diperbaiki secara permanen sampai hari ini.
Jika terjadi badai dengan kekuatan seperti tahun lalu, saya tidak bisa bayangkan lagi.
Daminus Talok (54), warga Kelurahan Naimata, mengatakan, rumahnya yang rusak akibat Badai Seroja 2021 belum diperbaiki. Ia khawatir jika terjadi badai lagi, kondisi rumah akan semakin bertambah rusak.
”Kategori rusak ringan. Delapan lembar seng terlepas dari kayu sehingga dipaku kembali seusai badai. Namun, jika terjadi badai dengan kekuatan seperti tahun lalu, saya tidak bisa bayangkan lagi,” kata Talok.
Ayah satu anak ini khawatir badai siklon tropis bakal terulang lagi tahun ini. Tahun lalu, sebelum Badai Seroja, terjadi panas terik hampir satu pekan. Kondisi serupa pun saat ini sedang berlangsung. Panas terik mendera beberapa hari, disambung hujan dan angin kencang.
”Informasi dari BMKG yang saya ikuti, musim hujan di NTT berhenti pada akhir Maret atau awal April 2022. Periode ini sama dengan akhir musim hujan 2021. Tidak ada yang bisa memastikan, apakah terjadi badai siklon tropis seperti tahun 2021 lalu atau tidak,” kata Talok.