Kapal Nelayan asal Rote Ndao Tenggelam di Perairan Australia, 9 Orang Hilang
Sebuah kapal nelayan milik pengusaha ikan di Rote Ndao, NTT, tenggelam di perairan Australia. Kapal pencari ikan itu dilanda cuaca buruk. Sembilan orang dinyatakan meninggal dan tiga orang selamat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA
Para korban Kapal Motor Jabal Nur berenang menuju kapal nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo, Manggara Barat, Nusa Tenggara Timur. Tampak seorang nelayan menggunakan teropong sedang memantau keberadaan kapal lain dari arah jauh, mewaspadai adanya ancaman cuaca buruk terhadap kapal-kapal itu.
KUPANG, KOMPAS — Kapal Motor Kuda Laut milik pengusaha ikan di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, tenggelam di perairan Australia. Sembilan nelayan dilaporkan meninggal dan tiga orang selamat meskipun satu di antaranya masih kritis sehingga masih dirawat di Australia. Perahu nelayan ini diduga terempas bibit badai siklon yang muncul di perairan Laut Timor dua hari lalu. Nelayan diingatkan agar tetap memantau informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sebelum melaut.
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Wilayah Kupang Emmy Freezer di Kupang, Senin (21/3/2022), mengutip informasi Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Darwin, Australia, mengatakan, Kapal Motor (KM) Kuda Laut, yang ditumpangi 11 nelayan dan seorang nakhoda kapal, adalah milik Haji Ardani dari Desa Papela, Kecamatan Rote Timur.
Sebanyak 12 orang di dalam KM Kuda Laut itu berasal dari Desa Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut. Mereka berangkat mencari ikan di perairan Laut Timor, Kamis (17/3/2022). Pada Jumat (18/3/2022), hujan dan badai melanda perairan Laut Timor dan mengakibatkan kapal tersebut terombang-ambing di laut lepas.
Nakhoda pun memutuskan mencari perlindungan di Pulau Pasir atau Ashmoore Reef, perairan Australia, sekitar 100 kilometer dari Pulau Rote. Dalam perjalanan menuju Pulau Pasir itu, cuaca terus memburuk sehingga kapal mulai miring dan perlahan-lahan tenggelam.
Rongsokan kapal laut yang diduga KM Kuda Laut berada di perairan Australia.
Pihak otoritas di Australia menyebutkan, sembilan dari 12 nelayan dan nakhoda kapal itu meninggal. Namun, jenazah mereka belum ditemukan.
Korban meninggal terdiri dari Yunus Modok (47) selalu nakhoda kapal, Pice Remirdo Aryanto Naluk (33), Ibrahim Loe (57), Dominggus Silwanes Busu (42), serta Yohanes Balu alias Indra (46). Selain itu, ada Benyamin Pah (42), Ari Albert Giri (31), dan Melki Roni Aryanto Giri (39). Kesembilan korban tewas ini adalah warga Desa Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut.
Adapun tiga orang selamat adalah Habel Kanuk (44), Frengki Guando Balu (29), dan Rifan Ronaldo Balu (17). Habel Kanuk ditemukan dalam kondisi kritis sehingga masih dirawat di Royal Perth Hospital, Australia. Sementara dua nelayan yang dinyatakan sehat sudah dipindahkan ke kapal patroli Australia menuju Darwin. Ketiga korban selamat ini pun dari Desa Hundihuk.
Kapal itu biasanya berangkat dari Desa Hundihuk untuk berlayar selama 7-14 hari di laut, kemudian kembali.
Haji Ardani, pemilik KM Kuda Laut, mengatakan, 12 nelayan dan nakhoda itu bekerja di kapal tersebut sejak 2021. Mereka menangkap ikan kakap dan ekor kuning di perairan Laut Timor. Kapal itu biasanya berangkat dari Desa Hundihuk untuk berlayar selama 7-14 hari di laut, kemudian kembali. ”Entah ada ikan atau tidak mereka tetap balik karena bekal mereka hanya untuk kebutuhan di laut selama 14 hari,” katanya.
Adapun KM Kuda Laut berbobot 30 gros ton dan dibuat tahun 2007. Kapal tersebut terbuat dari kayu dengan kekuatan 640 HP (horse power).
Cuaca buruk, nelayan Tenau, Kupang, NTT, memarkir kapal mereka di pelabuhan tempat pendaratan ikan di Tenau, Kabupaten Kupang, Selasa (18/1/2022).
Dianggap hilang
Kepala Desa Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut, Junus Modok mengatakan, kendati pihak Basarnas mengutip keterangan Konjen RI di Australia bahwa sembilan nelayan itu meninggal, keluarga korban menganggap mereka masih dalam pencarian atau hilang. ”Selama kami belum menemukan dan melihat jenazah masing-masing nelayan, mereka itu masih hilang,” kata Modok.
Modok juga menduga Basarnas Kupang tidak melakukan pencarian karena tempat kapal itu tenggelam berada di wilayah perairan Australia dan ada kekhawatiran muncul badai siklon tropis di Laut Timor dalam waktu dekat.
Saat ini keluarga sembilan nelayan tersebut masih menunggu informasi lanjutan dari Basarnas Kupang ataupun Pemkab Rote Ndao. ”Mungkin ada komunikasi dari Konjen RI di Darwin, Australia, soal para nelayan itu, terutama sembilan korban yang dinyatakan hilang atau meninggal dunia,” ungkapnya.
Menurut dia, kesembilan orang itu adalah nelayan berpengalaman, bahkan sebagian di antaranya sudah puluhan tahun melaut. Mereka dinilai punya pengalaman melaut dan tentupaham betul kondisi setiap wilayah perairan, baik di Laut Timor maupun Laut Australia.
Pedagang ikan menjual ikan tangkapan nelayan di tempat pelelangan ikan di Tenau, Kupang, NTT, Selasa (18/1/2022).
Sementara itu, Kepala Stasiun Metereologi Kupang Agung Sudiono Abadi mengatakan, memasuki musim pancaroba atau pergantian musim hujan ke kemarau, kerap terjadi badai dan hujan lebat. Bahkan sering juga muncul bibit siklon tropis di Laut Timor. Oleh karena itu, masyarakat, terutama para nelayan, harus selalu waspada.
”BMKG menyampaikan informasi secara rutin mengenai kondisi cuaca di NTT. Masyarakat bisa mengakses dan membagikan informasi itu kepada semua pihak, seperti petani, nelayan, dan masyarakat umum. Sebelum beraktivitas, sebaiknya terlebih dahulu memantau informasi cuaca melalui BMKG. Jika ada informasi cuaca mengenai kemunculan bibit siklon tropis di laut, jangan pergi melaut untuk sementara waktu,” tutur Sudiono.
Kapal pengawas perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan bersandar di pelabuhan pelelangan ikan di tenau, Kupang, NTT, Selasa (18/1/2022). Kapal ini memantau aktivitas nelayan selama melaut agar tidak melanggar aturan dalam menangkap ikan.