Menyingkap Enigma Penemuan Mayat Ibu dan Anak di Kolong Tol Semarang
Polisi menetapkan Dony, warga Rembang, Jateng, sebagai tersangka pembunuhan ibu dan anak yang jenazahnya ditemukan di sekitar kolong tol Semarang-Ungaran, beberapa waktu lalu. Ia adalah kekasih korban perempuan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
Enigma penemuan jenazah seorang perempuan dan anak laki-laki di kolong jalan tol Semarang-Ungaran, di Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, akhirnya terpecahkan. Ibu dan anak itu korban pembunuhan berantai kekasih sang ibu.
Sriyanto, warga Pudakpayung, tak akan melupakan hari Minggu (13/3/2022) sepanjang hidupnya. Betapa tidak, berangkat dari rumah untuk mencari rumput seperti rutinitas hariannya, ia justru mendapati sesosok mayat perempuan di bawah jembatan tol Semarang-Ungaran, tepatnya di Km 425-426. Sekitar pukul tujuh pagi, saat melintas di dekat lokasi, ia mencium bau busuk.
”Saya dekati, ternyata ada sosok mayat tertutup kain sarung di bawah pohon. Saya langsung panggil warga lain untuk melihat lebih dekat,” tutur Sriyanto.
Warga pun langsung melaporkan penemuan itu kepada polisi. Saat ditemukan, jenazah tersebut terbungkus kain sarung, beberapa bagian tubuhnya terikat, dan ada bekas jeratan di lehernya. Jenazah itu kemudian diotopsi di Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi. Hasil otopsi menunjukkan, jenazah itu adalah Sweetha Kusuma Gatra Subardiya (32), warga Sleman, DI Yogyakarta, yang dilaporkan hilang oleh keluarganya sejak 7 Maret 2022.
Berdasarkan keterangan keluarga, Sweetha memiliki dua anak. Sehari-hari, Sweetha tinggal bersama anak keduanya, Muhammad Faeyza Alfarisqi (5). Sementara anak pertamanya ikut dengan orangtua Sweetha di Palembang, Sumatera Selatan. Sudah beberapa waktu terakhir, keluarga mengaku tidak mengetahui keberadaan Faeyza.
Karena curiga, polisi pun kembali ke lokasi penemuan jenazah Sweetha untuk mencari petunjuk lebih lanjut. Setelah menyisir lokasi tersebut, polisi pun menemukan kerangka anak laki-laki yang diduga kuat merupakan Faeyza. Kerangka itu ditemukan sekitar 1 kilometer dari lokasi penemuan jenazah Sweetha.
Penemuan dua jenazah di lokasi berdekatan cukup membantu telaah kasus oleh kepolisian. Penyelidikan mengarah kepada orang dekat alias pacar Sweetha, yakni Dony Christiawan Eko Wahyudi (31), warga Rembang, Jateng.
”Apalagi, sejumlah saksi menyebut, Sweetha berencana untuk bertemu dengan kekasihnya ini sebelum yang bersangkutan dilaporkan hilang,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jateng Komisaris Besar Djuhandhani Rahardjo Puro, Jumat (18/3/2022).
Kekasih korban
Dony akhirnya ditangkap saat datang ke Markas Polda Jateng, Rabu (16/3/2022). Saat itu, Dony berpura-pura ikut melaporkan hilangnya Sweetha dan Faeyza agar tidak dicurigai. Namun, polisi yang sudah mencurigai Dony akhirnya meringkus pria itu.
Dony dan Sweetha pertama kali bertemu pada Oktober 2021. Mereka bertemu saat keduanya sama-sama menjadi vaksinator Covid-19. Saat itu, Dony sebenarnya masih terikat hubungan pernikahan dengan istrinya. Namun, setelah dekat selama beberapa waktu, Dony justru melamar Sweetha.
Bukannya dirawat, Faeyza yang sering sakit-sakitan justru kerap disiksa dan disekap oleh tersangka Dony.
Karena kedekatan mereka, Sweetha pun kerap menitipkan anak keduanya, Faeyza, kepada Dony. Alasan korban menitipkan anaknya, selain karena kesibukan bekerja, anaknya ini juga sering sakit-sakitan. Anak itu dititipkan untuk dirawat. Namun, bukannya dirawat, Faeyza justru disiksa dan disekap oleh Dony yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Kepada polisi, Dony mengaku menganiaya Faeyza karena kesal anak itu kerap rewel. Selain dianiaya, Faeyza juga disekap di dalam kamar dan tidak diberi makan atau minum hingga pada 20 Februari 2022 meninggal karena lemas. Setelah Faeyza meninggal, Dony pun membuang jasad bocah itu dengan cara dilempar dari jalan tol.
Sebelum memilih lokasi pembuangan, Dony berselancar di internet untuk melihat ruas jalan mana yang tidak dekat dengan permukiman penduduk. Mayat Faeyza pun dibuang di sekitar jembatan tol Semarang-Solo Km 426, yang masuk wilayah Kabupaten Semarang.
Setelah itu, Sweetha sering menanyakan kondisi anaknya kepada tersangka, tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban. Keduanya kemudian sepakat bertemu di Semarang. ”Karena korban terus-terusan bertanya terkait kondisi anaknya, tersangka panik, kemudian menghabisi nyawa korban dengan cara mencekik leher korban hingga meninggal dunia di sebuah hotel di Kota Semarang,” ujar Djuhandhani.
Cemburu dan panik
Selain panik saat ditanya kondisi Faeyza, Dony juga membunuh Sweetha karena merasa cemburu. Sweetha disebut pernah melambaikan tangan kepada pria lain saat sedang bersamanya. ”(Sweetha) dia tak cekik, tak taruh sarung, terus tak buang di tol. Jarak kematian anak dan ibunya dua minggu,” ucap Dony yang dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolda Jateng, Jumat.
Untuk menghapus jejak, Dony membuang jenazah Sweetha tak jauh dari lokasi ia membuang jenazah Faeyza. Lokasi itu dianggap aman oleh Dony karena tidak ada laporan penemuan mayat setelah dirinya membuang Faeyza.
Pernyataan Dony terkait jarak kematian Sweetha dan Faeyza berkesuaian dengan hasil otopsi oleh Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jateng. Kepala Biddokkes Polda Jateng Komisaris Besar Sumi Hastry menuturkan, saat ditemukan, Sweetha diperkirakan sudah meninggal sejak tujuh hari sebelumnya. Adapun Faeyza diperkirakan meninggal 3-4 minggu sebelum ditemukan.
”Saat melihat kondisi keduanya saat ditemukan, kami sudah curiga bahwa korban anak-anak (Faeyza) meninggal lebih dahulu. Sebab, saat ditemukan, kondisi anak tinggal tulang tengkorak, tulang dada, tulang lengan, dan tulang kaki. Sementara korban perempuan ditemukan saat proses pembusukan,” tutur Hastry.
Akibat perbuatannya, Dony disangkakan pasal berlapis, yakni Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Pembunuhan dan Pasal 80 juncto Pasal 76C Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukuman yang dikenakan adalah 15 tahun penjara. Ancaman itu bisa ditambah sepertiga lebih berat jika penyidik berhasil membuktikan adanya kedekatan hubungan tersangka dengan para korban.
Berawal dari asmara, kisah Dony dan Sweetha pun berakhir nestapa. Sweetha dan anaknya meregang nyawa, sedangkan Dony mesti menatap masa depannya di penjara. Dia mesti mempertanggungjawabkan pembunuhan berantai yang dilakukannya.