Seorang Siswa Hilang di Perairan Flores, SMKN 1 Mundu Cirebon Evaluasi PKL
Frans Julius Hutapea (17), siswa SMKN 1 Mundu Cirebon, Jawa Barat, dilaporkan jatuh dan hilang di perairan Flores saat menjalani praktik kerja lapangan. Pencarian masih dilakukan. Pihak sekolah akan evaluasi PKL.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Frans Julius Hutapea (17), siswa SMKN 1 Mundu Cirebon, Jawa Barat, dilaporkan jatuh dan hilang di perairan Flores, Nusa Tenggara Timur, saat menjalani praktik kerja lapangan. Selain membantu pencarian, pihak sekolah berjanji mengevaluasi sistem PKL agar kejadian serupa tak lagi terulang.
Kepala SMKN 1 Mundu Ikhwanudin mengatakan, Julius dikabarkan terjatuh dari kapal dan hilang di perairan Flores dalam praktik kerja lapangan (PKL), Sabtu (5/3/2022) sekitar pukul 20.00. Pihaknya sendiri baru menerima informasi itu pada Minggu (6/3/2022) pagi. ”(Kronologis) kecelakaannya kami belum dapat rilis dari pihak berwenang,” katanya, Rabu (9/3/2022).
Pihaknya telah berkoordinasi dengan perusahaan kapal yang membawa Julius dan 10 siswa lainnya. Namun, lanjutnya, ada kendala pada jaringan komunikasi. Pihak perusahaan yang berbasis di Pati, Jawa Tengah, lanjutnya, juga tengah melapor ke tim SAR dan Polairud setempat. SMKN 1 Mundu juga mengirim guru untuk memantau proses pencarian.
Ikhwanudin telah menghubungi keluarga korban terkait kondisi Julius. Pihaknya siap memfasilitasi keluarga korban untuk mengikuti perkembangan pencarian korban. ”Kami, sekolah sendiri, bagian dari korban. Putera kami ini salah satu yang terbaik. Taruna kami ini sudah menjadi keluarga besar sekolah. Kami pun berduka,” ujarnya.
Sebelumnya, Julius bersama 10 siswa Teknika Kapal Penangkapan Ikan (TKPI) menjalani PKL. Mereka bertugas di kapal itu pada 29 Juni-10 Oktober 2021. Akan tetapi, karena kondisi cuaca yang kurang bagus dan persoalan logistik, para siswa itu belum bisa pulang. ”Sepuluh taruna kami sedang perjalanan pulang. Semoga lusa sudah sampai di Madura,” katanya.
Ketua Jurusan TKPI SMKN 1 Mundu Lilik Casidi mengatakan, perpanjangan waktu PKL para siswa berdasarkan keputusan perusahaan, bukan sekolah. Apalagi, pada 14 Maret mendatang, siswa harus mengikuti ujian. ”Sebetulnya, kami tidak menginginkan seperti itu (perpanjangan PKL). Sering kali saya selalu mengingatkan (perusahaan),” ujarnya.
Menurut Lilik, ini pertama kali kasus siswa yang menjalani PKL hilang di laut. Dari sekitar 122 siswa peserta PKL di laut, tersisa Julius dan 10 temannya yang belum kembali. Sebagai sekolah yang berfokus pada kemaritiman, siswa SMKN 1 Mundu kerap kali berlayar sebagai salah satu syarat kelulusan. Bahkan, lulusannya juga berlayar ke luar negeri.
Ikhwanudin memastikan, PKL yang dilakukan siswa sudah sesuai prosedur. Sebelum berangkat, misalnya, siswa telah mengikuti pelatihan keselamatan dasar ketika berlayar. Namun, pemantauan terhadap siswa yang melaut tidak bisa berjalan setiap hari karena terkendala jaringan komunikasi. ”Kami menyerahkan anak kami ke perusahaan,” ucapnya.
Pemantauan terhadap siswa yang melaut tidak bisa berjalan setiap hari karena terkendala jaringan komunikasi.
Atas kejadian yang menimpa Julius, pihaknya berjanji akan mengevaluasi sistem kerja sama dengan perusahaan terkait PKL siswa. ”Kami akan lebih mendetail dalam MOU (nota kesepahaman) untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini. Contohnya, kalau ada keadaan force majeure (kondisi tak terduga), bagaimana pembagian tanggung jawab dengan perusahaan,” ujarnya.