Pekerja Infrastruktur Jadi Target KKB, Sepekan Terakhir 10 Warga Diserang
Kelompok kriminal bersenjata kembali menyerang seorang pekerja infrastruktur di Kabupaten Intan Jaya. Kelompok ini telah menyerang 10 warga dalam tujuh hari terakhir. Sembilan di antaranya pekerja infrastruktur.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Aksi penyerangan pekerja infrastruktur oleh kelompok kriminal bersenjata di Papua terus berlanjut. Pada Selasa (8/3/2022), mereka menyerang seorang pekerja bangunan di Kampung Kumbalagupa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, bernama Aris Kalan hingga luka berat. Tercatat 10 warga diserang kelompok tersebut selama sepekan terakhir.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, saat dihubungi, mengatakan, Aris dibacok salah satu anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) dengan senjata tajam di bagian leher ketika sedang membangun rumah program bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten Intan Jaya pada pukul 10.37 WIT.
Tenaga kesehatan dari Puskesmas Bilogai berupaya memberikan penanganan medis bagi Aris, tetapi pendarahan di lukanya tidak berhenti. Tenaga kesehatan kemudian mengevakuasi Aris dengan pesawat ke Kabupaten Nabire demi mendapatkan perawatan medis yang lebih memadai.
”Saat ini Aris menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Nabire. Kondisi kesehatannya masih stabil hingga kini walaupun mengalami luka berat di bagian leher,” tutur Ahmad.
Ia menuturkan, KKB juga menyerang seorang warga bernama Afandy Tiakoly di Kampung Ei, Distrik Seredala, Kabupaten Yahukimo, hingga tewas pada Sabtu (5/3/2022). Jenazah Afandy telah dimakamkan pada Selasa.
Sebelumnya KKB menyerang para pekerja PT Palapa Timur Telematika yang sedang memperbaiki menara telekomunikasi Palapa Ring di Kampung Jenggeren, Kabupaten Puncak, pada 2 Maret 2022. Delapan orang meninggal dan seorang pekerja bernama Nelson Sarira berhasil selamat dalam insiden ini.
Mayoritas korban serangan KKB dalam sepekan terakhir adalah pekerja infrastruktur. Hal ini bertujuan untuk menghambat pembangunan fasilitas yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Ahmad menyatakan, mayoritas korban serangan KKB dalam sepekan terakhir adalah pekerja infrastruktur. Hal ini bertujuan untuk menghambat pembangunan fasilitas yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.
”Dalam beberapa hari terakhir 10 orang menjadi korban serangan KKB di Puncak, Yahukimo dan Intan Jaya. Kelompok ini tidak hanya menyerang warga sipil, tetapi juga pernah membakar fasilitas publik seperti sekolah dan puskesmas,” tutur Ahmad.
Ia mengimbau para pekerja berhati-hati saat beraktivitas di lima daerah yang rawan serangan KKB dalam beberapa tahun terakhir. Lima daerah tersebut adalah Puncak, Yahukimo, Intan Jaya, Pegunungan Bintang, dan Nduga.
”Kami berharap para pekerja terlebih dahulu berkomunikasi dengan aparat keamanan sebelum membangun infrastruktur di lima daerah ini. Hal ini untuk mencegah aksi penyerangan para pekerja tidak terulang lagi,” ujar Ahmad.
Dari catatan Kompas dan data Polda Papua, total terjadi 12 kasus penyerangan pekerja yang melaksanakan pembangunan Trans-Papua dan infrastruktur lainnya di sejumlah kabupaten, seperti Puncak, Nduga, Intan Jaya, dan Yahukimo, sejak 2016.
Kasus terbesar terjadi pada tahun 2018 ketika kelompok Egianus Kogoya menyerang 28 pekerja PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Sebanyak 17 orang meninggal, 7 orang selamat, dan 4 orang belum ditemukan tim gabungan TNI dan Polri.
Hingga kini, sebanyak 38 pekerja infrastruktur meninggal dan 11 pekerja luka berat akibat serangan KKB. Adapun empat pekerja PT Istaka Karya belum ditemukan hingga saat ini.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambom, ketika dikonfirmasi menyatakan pihaknya bertanggung jawab dalam aksi penyerangan para pekerja di Puncak dan Intan Jaya. Serangan ini sebagai bentuk penolakan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah Indonesia di Papua.
”Kami menyerang para pekerja ini karena sebenarnya mereka adalah anggota intelijen. Mereka membantu aparat keamanan untuk memberikan informasi tentang pergerakan kami,” kata Sebby.