Angka Kematian Pasien Covid-19 Tinggi, Vaksinasi Digenjot Lagi di Surakarta
Beberapa hari terakhir, dalam laporan perkembangan kasus Covid-19 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, hampir selalu memunculkan data pasien positif meninggal dunia. Vaksinasi akan digencarkan sebagai langkah antisipasi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Laporan perkembangan kasus Covid-19 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, hampir selalu memunculkan adanya kasus meninggal dunia dalam beberapa hari terakhir. Sebagian pasien memiliki penyakit penyerta yang kondisinya semakin parah saat terpapar Covid-19. Vaksinasi pun digencarkan lagi seiring dengan diterimanya stok vaksin tambahan.
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pada 1-9 Maret 2022, tercatat 36 pasien Covid-19 meninggal dunia. Angka paling banyak dilaporkan pada 8 Maret 2022, jumlahnya mencapai 15 orang. Namun, jumlah itu disebut tidak benar-benar ditemukan terjadi dalam sehari. Ada sejumlah kasus meninggal yang baru sempat dilaporkan rumah sakit sehingga baru dapat dihitung oleh sistem belakangan.
”Ini (kasus meninggal) rata-rata sudah lansia (lanjut usia). Mereka juga memiliki komorbid (penyakit penyerta). Sementara ada sebagian lansia yang juga belum mau vaksin. Ini menjadi perhatian kami,” kata Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (9/3/2022).
Teguh menambahkan, langkah yang ditempuhnya untuk mengurangi risiko kematian adalah mempercepat vaksinasi Covid-19. Khususnya untuk vaksinasi penguat atau ”booster”, pihaknya menyiapkan strategi baru demi memperbanyak capaian vaksinasi, yakni jemput bola. Vaksinator dikerahkan terjun ke tingkat rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT) yang angka capaian vaksinasinya rendah. Metode tersebut juga bakal didukung dengan pengerahan bus vaksinasi.
Cara tersebut, kata Teguh, dianggap lebih efektif menjangkau sasaran vaksinasi. Vaksinasi massal dinilai sudah tidak efektif untuk menambah capaian dalam jumlah besar. Selain itu, sebagian masyarakat merasa vaksinasi cukup dilakukan dengan dua dosis saja. Padahal, edukasi atas pentingnya vaksin penguat juga terus dilakukan jajarannya.
”Seolah-olah vaksin pertama dan kedua sudah cukup. Tidak hanya yang lansia, warga dengan usia 18 tahun ke atas juga banyak yang merasa demikian. Antusiasmenya memang menurun dibandingkan dengan vaksinasi pertama dan kedua,” ujar Teguh.
Di samping menggencarkan vaksinasi, Teguh juga meminta agar protokol kesehatan senantiasa diterapkan ketat. Masyarakat jangan sampai lengah pada ancaman penularan Covid-19 yang belum hilang. Kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan perlu terus ditingkatkan.
”Masyarakat harus taat dengan anjuran pemerintah. Vaksinasi booster dijalankan, protokol kesehatannya harus dijaga. Apabila ada banyak orang keluar dan masuk di satu rumah, lansianya tetap pakai masker. Ini untuk cegah penularan,” kata Teguh.
Vaksinator dikerahkan terjun ke tingkat rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT) yang angka capaian vaksinasinya rendah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menyampaikan, vaksinasi penguat mulai dikebut lagi, Rabu ini. Selasa (8/3/2022) malam, pihaknya baru saja menerima suplai vaksin tambahan berjenis AstraZeneca dari Pemerintah Provinsi Jateng. Jumlahnya sebanyak 20.000 dosis dan bisa disuntikkan kepada 40.000 sasaran.
”Kami dapat dan langsung kami mainkan (suntikkan) di semua faskes (fasilitas kesehatan). Baik puskesmas maupun rumah sakit. Ini untuk semua warga. Syaratnya, cukup membawa KTP (kartu tanda penduduk). Tidak membeda-bedakan mana yang warga ber-KTP Surakarta atau tidak,” kata Wahyuningsih.
Wahyuningsih menambahkan, vaksinasi menjadi sangat penting di tengah angka kematian pasien Covid-19. Sebab, vaksinasi Covid-19 akan mengurangi risiko fatal apabila tertular penyakit tersebut. Untuk itu, warga yang memiliki penyakit penyerta kronis dan berusia lanjut diminta sesegera mungkin mengakses layanan vaksinasi yang tersedia.
”Yang punya komorbid dan dalam usia 50 tahun ke atas jangan ditunda-tunda vaksinasinya. Harus secepatnya. Sebagian besar pasien meninggal ini disebabkan karena komorbid dan berusia di atas 50 tahun. Dengan vaksinasi, risiko fatal bisa diminimalisasi,” kata Wahyuningsih.
Wahyuningsih mengungkapkan, pasien Covid-19 yang meninggal dunia memiliki penyakit penyerta beragam. Mulai dari diabetes melitus, hipertensi, gagal ginjal, hepatitis, dan lain sebagainya. Hipertensi dan diabetes melitus menjadi yang paling banyak diderita para pasien meninggal tersebut.