Vaksinasi Penguat Massal Tak Optimal, Surakarta Kerahkan Vaksinator ke Kelurahan
Pelaksanaan vaksinasi ”booster” massal di Kota Surakarta, Jawa Tengah, dinilai tak cukup optimal untuk menyasar banyak penduduk. Tenaga vaksinator akan dikerahkan untuk menyasar kelurahan dengan capaian vaksinasi rendah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 booster atau penguat secara massal di Kota Surakarta, Jawa Tengah, dinilai tak cukup optimal untuk menyasar banyak penduduk. Strategi vaksinasi pun diubah menjadi jemput bola. Tenaga vaksinator akan dikerahkan untuk menyasar kelurahan-kelurahan dengan capaian vaksinasi rendah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surakarta, hingga 6 Maret 2022, jumlah penduduk yang sudah menerima vaksinasi booster sebanyak 115.154 orang, setara dengan 27,6 persen dari total sasaran. Capaian tersebut dianggap masih terlalu sedikit.
Padahal, banyak kegiatan vaksinasi penguat yang digelar secara massal selama ini. Ini, salah satunya seperti vaksinasi massal yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta di Pendhapi Balai Kota Surakarta, Sabtu (5/3/2022). Saat itu, ada 1.000 dosis vaksin yang disediakan. Namun, hanya 590 orang yang bisa dijangkau.
”Kami evaluasi kembali tentang vaksin booster. Ada strategi untuk lebih mendekatkan lagi. Tidak hanya diselenggarakan di faskes (fasilitas kesehatan) atau layanan massal lainnya, tetapi kami juga menerjunkan tim yang turun ke RW (rukun warga) dan kelurahan,” kata Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa, saat ditemui di rumah dinasnya, Selasa (8/3/2022).
Konsep vaksinasi tersebut, kata Teguh, bakal lebih efektif dalam menjangkau sasaran. Hal itu pernah dibuktikan pada vaksinasi yang diadakan di Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan. Saat itu, ada 76 orang yang menjadi target sasaran. Dari jumlah tersebut, ada 73 orang yang dapat divaksinasi.
Untuk itu, lanjut Teguh, nantinya hanya beberapa puskesmas yang diaktifkan untuk melayani vaksinasi di fasilitas kesehatannya. Ia mencontohkan, dari 17 puskesmas di Kota Surakarta, kelak hanya ada enam puskesmas yang memberikan layanan tersebut. Puskesmas-puskesmas lainnya diminta terjun ke wilayah untuk menyasar vaksinasi di tingkat RW hingga kelurahan.
”Ini bukan berarti kami tidak mau puskesmas melayani (vaksinasi) di seluruh puskesmas. Tetapi, kami ingin lebih mengefektifkan lagi vaksinasi dan mendorong vaksinasi biar lebih dekat ke masyarakat,” ujar Teguh.
Dia menjelaskan, puskesmas yang tetap bisa melayani vaksinasi setidaknya mempunyai dua pintu yang bisa digunakan untuk memisahkan antara pelayanan umum dan vaksinasi. Sebab, kedua layanan tersebut harus tetap berjalan bersama-sama.
Terkait sasarannya, Teguh menyebutkan, wilayah dengan capaian vaksinasi penguat yang masih rendah akan diprioritaskan. Baru setelahnya menyebar ke wilayah-wilayah lainnya dengan capaian vaksinasi yang lebih tinggi. Pelaksanaan bakal dibantu pula oleh jajaran tenaga kesehatan dari TNI dan Polri. Tujuannya agar semakin cepat dan banyak penduduk yang bisa tervaksinasi.
”Kami akan baca petanya di mana RT atau RW yang masih minim/belum vaksinasi booster. Menyasarnya ke yang minim-minim itu. Misalnya, satu RT ada 50 orang atau 60 orang. Itu akan kami lakukan setiap hari ke sejumlah tempat. Bus vaksin juga akan kami gerakkan lagi,” kata Teguh.
Pernah kami menerima vaksin yang jaraknya dengan waktu kedaluwarsa hanya empat hari.
Namun, ketiadaan stok vaksin menjadi kendala dalam pelaksanaan vaksinasi penguat. Saat ini, pihaknya tengah kehabisan vaksin yang akan disuntikkan. Pasalnya, vaksin yang tersedia sudah kedaluwarsa. Berdasarkan informasi yang diterimanya, pekan ini, Surakarta bakal mendapat stok tambahan vaksin.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menyatakan, terdapat lebih dari 10.000 dosis vaksin kedaluwarsa di kota tersebut. Adapun vaksin kedaluwarsa itu berjenis AstraZeneca. Banyaknya vaksin kedaluwarsa disebabkan oleh sempitnya waktu antara diterimanya vaksin dengan berakhirnya masa pemakaian.
”Pernah kami menerima vaksin yang jaraknya dengan waktu kedaluwarsa hanya empat hari. Padahal, jumlah vaksinator sangat terbatas. Belum lagi ada vaksinator atau tenaga kesehatan kami yang terpapar Covid-19. Jadi, pemanfaatan vaksinnya kurang optimal,” kata Wahyuningsih.
Dia menambahkan, saat ini, jajarannya berupaya menarik kembali vaksin-vaksin kedaluwarsa yang tersebar di berbagai fasilitas kesehatan. Nantinya vaksin tersebut disimpan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Penyimpanannya dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan suhu semestinya.