Stok vaksin Covid-19 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, habis di tengah mendesaknya kepentingan vaksinasi. Padahal, kegiatan itu penting dilakukan mengingat angka kematian pasien Covid-19 terus muncul belakangan ini.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Stok vaksin Covid-19 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, habis di tengah mendesaknya upaya vaksinasi. Vaksin tambahan diharapkan bisa segera diperolah demi mempercepat terbentuknya kekebalan komunitas di saat angka kematian pasien Covid-19 masih terus terjadi.
Kekosongan stok vaksin disampaikan Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa seusai memimpin rapat koordinasi penanganan Covid-19 pada jajaran Pemerintah Kota Surakarta di Kompleks Balai Kota Surakarta, Senin (7/3/2022). ”Ini menjadi masalah juga bagi kami. Segera setelah didapat stok vaksin tambahan akan segera kami salurkan untuk percepatan vaksinasi. Tentu dengan dibantu bersama jajaran TNI dan Polri,” kata Teguh.
Teguh menjelaskan, kebutuhan vaksinasi Covid-19 sangat mendesak bagi masyarakat. Sebab, angka penularan kini sedang tinggi. Terlebih lagi, angka kematian pasien Covid-19 ditemukan hampir setiap hari pada beberapa hari terakhir. Sebagian pasien itu belum menerima vaksinasi Covid-19.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pada 28 Februari hingga 7 Maret 2022, total pasien Covid-19 yang meninggal berjumlah 21 kasus. Hanya dua hari tidak ada laporan pasien Covid-19 yang meninggal, pada 2 Maret dan 7 Maret. Kematian terbanyak terjadi pada 4 Maret, mencapai tujuh kasus. Sebesar 50 persen dari jumlah total disebut belum tervaksinasi.
”Pasien-pasien tersebut juga mempunyai komorbid (penyakit penyerta),” kata Teguh.
Hingga 6 Maret, total penduduk yang sudah tervaksinasi dosis pertama di Kota Surakarta berjumlah 592.956 orang. Dosis kedua sudah diberikan kepada 553.654 orang. Sementara untuk dosis ketiga atau booster baru menyasar 115.154 orang.
Hal lain yang disoroti, ungkap Teguh, adanya laporan pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri. Menurut informasi yang diterimanya, pasien itu meminta melanjutkan perawatan dengan isolasi mandiri setelah sempat dirawat di rumah sakit. Namun, sewaktu masih menjalani isolasi mandiri, kondisi kesehatan pasien justru turun hingga akhirnya meninggal.
”Ini menjadi catatan penting. Data pasien yang dipulangkan ini harus dikoneksikan dengan jajaran pemangku wilayah, seperti kelurahan, puskesmas, dan polsek. Ini supaya ada intervensi pengawasan sehingga tidak terjadi lagi hal serupa,” kata Teguh.
Secara terpisah, Kepala Dinkes Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menyampaikan, sebagian besar pasien Covid-19 yang meninggal berusia lebih dari 60 tahun. Semuanya memiliki penyakit penyerta kronis, seperti diabetes melitus, jantung, dan gagal ginjal. Bahkan, kebanyakan diketahui positif Covid-19 setelah dites untuk menjalani perawatan terkait penyakit penyerta yang diderita.
Dengan kondisi tersebut, ungkap Wahyuningsih, vaksinasi Covid-19 sangat mendesak. Pihaknya mengharapkan kekebalan komunitas segera terbentuk lewat vaksinasi. Risiko kematian pasien pun bisa ditekan lewat cara tersebut.
”Vaksinasi sangat penting. Tidak hanya booster, tetapi juga vaksin primer. Vaksin primer yang dimaksud ini adalah vaksinasi dosis pertama dan kedua. Kami terus berupaya mengejar (vaksinasi) ini terutama warga lansia yang masuk dalam kelompok rentan,” kata Wahyuningsih.
Akan tetapi, persoalan stok vaksin menjadi kendala bagi Wahyuningsih. Pihaknya kerap memperoleh vaksin yang mendekati tanggal kadaluwarsanya. Sekali waktu, ia pernah memperoleh vaksin dengan waktu kedaluwarsa berjarak empat hari dari diterimanya vaksin tersebut. Padahal, jumlah vaksinator sangat terbatas karena sebagian tenaga kesehatan terpapar Covid-19.
Menurut catatan Wahyuningsih, ada lebih dari 10.000 dosis vaksin yang kadaluwarsa per Senin ini. Ia pun mengharapkan agar bisa sesegera mungkin memperoleh vaksin tambahan, baik dari pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
”Memang ini ada vaksin yang kedaluwarsa. Yang kedaluwarsa di faskes-faskes ini kami tarik. Meski kedaluwarsa, kami simpan vaksin tersebut di tempat pada suhu yang semestinya. Ini vaksinnya berjenis AstraZeneca. Dengan kondisi ini, kami jadi tidak bisa percepatan vaksinasi,” kata Wahyuningsih.