Menko PMK: Percepat Validasi Data Korban dan Kerusakan Gempa Pasaman Barat
Validasi data dibutuhkan segera agar bantuan uang tunggu bisa disalurkan dan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa bisa segera dilaksanakan.
Oleh
PANDU WIYOGA, YOLA SASTRA
·4 menit baca
PASAMAN BARAT, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta validasi data korban dan kerusakan akibat gempa M 6,1 di Pasaman Barat, Sumatera Barat, diselesaikan sebelum 10 Maret 2022. Tujuannya agar bantuan uang tunggu bisa disalurkan dan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi segera dilaksanakan.
Muhadjir dalam kunjungannya di Pasaman Barat, Kamis (3/3/2022), mengatakan, perlu ada percepatan validasi data masyarakat terdampak gempa tersebut. Data itu terkait bantuan-bantuan yang akan diberikan kepada korban, termasuk uang tunggu.
”Kami harapkan sebelum 10 Maret data itu harus sudah tersampaikan ke pemerintah sehingga kami bisa memberikan uang tunggu itu secepat mungkin,” kata Muhadjir, Kamis.
Muhadjir juga meminta percepatan pendataan kerusakan infrastruktur, termasuk fasilitas umum. Data itu diharapkan telah final sebelum 10 Maret 2022, batas akhir masa tanggap darurat bencana di Pasaman Barat dan Pasaman. Dengan demikian, proses rehabilitasi dan rekonstruksi bisa segera dilaksanakan.
Selanjutnya, Muhadjir meminta agar ada peningkatan kebersihan dan kebutuhan di tenda pengungsi, khususnya toilet dan air bersih. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu melihat ketersediaan kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK) di tempat-tempat pengungsian belum mencukupi.
”Saya sudah berkomunikasi dengan sekjen Kementerian PUPR agar segera menyediakannya. Insya Allah nanti malam tim dari PUPR datang untuk mendata kebutuhan MCK karena ini sangat mendesak. Jika ada bantuan dari instansi lain, termasuk TNI-Polri, kalau punya MCK mobile, saya imbau segera dikirim,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Muhadjir meminta pula petugas di posko pengungsian mengadakan pelayanan kesehatan dan penyembuhan trauma (trauma healing). Kemudian, juga percepatan perbaikan akses jalan Simpang Empat menuju Talu yang terputus akibat longsor.
Muhadjir juga meminta masyarakat di tempat pengungsian tetap menerapkan protokol kesehatan karena Covid-19 varian Omicron masih mengancam. ”Pemenuhan kebutuhan untuk warga rentan, warga lansia, ibu hamil, dan anak-anak ini juga mohon diperhatikan, terutama dari Kementerian Sosial,” ujarnya.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (2/3/2022), menyebutkan, gempa M 6,1 yang berpusat di Kecamatan Talamau, Pasaman Barat, pada Jumat (25/2/2022) pagi itu menyebabkan 12 orang meninggal, 52 orang luka berat, 373 orang luka ringan, dan 4 orang hilang.
Posko penanganan bencana di Pasaman Barat mencatat jumlah korban jiwa 6 orang, luka berat 45 orang, dan luka ringan 336 orang. Di Pasaman, data korban jiwa berjumlah 6 orang, luka berat 5 orang, luka ringan 36 orang, dan hilang 4 orang. Adapun di Agam, 1 orang mengalami luka berat.
Adapun data sementara kerugian material akibat gempa hingga Rabu, ada 1.783 unit rumah rusak. Sebanyak 1.754 unit dalam proses verifikasi tingkat kerusakan, sedangkan sisanya teridentifikasi rusak berat 2 unit, rusak sedang 20 unit, dan rusak ringan 7 unit.
Rumah rusak itu sebagian besar terdapat di Pasaman sebanyak 1.000 unit, Pasaman Barat 747 unit, Limapuluh Kota 27 unit, dan Agam serta Padang Pariaman masing-masing 1 unit.
Pengungsi
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, pada Rabu siang, sejumlah warga terdampak gempa sudah kembali ke rumah masing-masing. Pusat Pengendalian Operasi BNPB mencatat, tinggal 7.464 warga yang berada di pos-pos pengungsian. Sebelumnya, kata Muhari, jumlah pengungsi lebih dari 14.000 orang.
”Jumlah warga yang mengungsi di Pasaman Barat tercatat 5.636 orang yang tersebar di 15 titik pengungsian. Sementara di Pasaman, warga yang mengungsi tercatat 4.407 orang atau 1.040 keluarga,” kata Muhari dalam siaran pers, Rabu.
Di tempat pengungsian halaman kantor Bupati Pasaman Barat, Kamis siang, para pengungsi masih bertahan. Rozali (43), pengungsi di kantor bupati ini, mengatakan belum tahu kapan dapat kembali ke rumahnya di Jorong Mudik Simpang, Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Pasaman Barat. Gempa merobohkan sebagian besar tembok rumah Rozali.
”Saya ingin pemerintah secepatnya mendata rumah yang rusak agar bantuan (untuk rehabilitasi dan rekonstruksi) dapat segera disalurkan. Kalau begini, tidak jelas sampai kapan kami harus tinggal di tenda,” kata Rozali.
Hal senada dikatakan Neni (25). Saat ini, ia dan suami mengungsi di hutan sawit Jorong Limpato, Nagari Kajai. ”Sebenarnya saya ingin pulang, tetapi rumah kami sudah rata dengan tanah. Saya juga sedang hamil anak pertama, waktu melahirkan tinggal menghitung hari saja,” ujar Neni.
Neni menambahkan, lokasi pengungsian di tengah kebun sawit itu juga kotor. Banyak anak-anak membuang air sembarangan karena toilet darurat jumlahnya sangat kurang.