Libur Panjang, Pengelola Tol Antisipasi Lonjakan Kendaraan di Cirebon
Lonjakan volume kendaraan terjadi di Jalan Tol Cirebon, Jawa Barat, pada akhir pekan dan libur Isra Miraj. Kondisi serupa berpotensi berulang saat hari raya Nyepi, Kamis (3/3/2022). Antisipasi kemacetan pun disiapkan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·5 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Lonjakan volume kendaraan terjadi di jalan tol wilayah Cirebon, Jawa Barat, pada akhir pekan dan libur Isra Miraj. Kondisi serupa berpotensi berulang saat hari raya Nyepi, Kamis (3/3/2022). Pengelola jalan tol pun mengantisipasi kepadatan kendaraan dengan menambah jumlah gardu hingga mengalihkan truk ke jalur arteri.
Berdasarkan data Astra Tol Cipali (Cikopo-Palimanan), peningkatan arus kendaraan yang melintas di Gerbang Tol Palimanan, Cirebon, terjadi selama Jumat-Senin (25-28/2/2022). Puncak volume kendaraan terbanyak tercatat pada Sabtu, yakni 78.289 unit, dan Senin (77.763 unit). Padahal, dalam hari normal, rata-rata kendaraan yang melintas sekitar 50.000 unit.
”Lalu lintas kemarin itu di luar prediksi karena kami melihat ada PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat). Tapi, kami bisa mengantisipasi (kepadatan),” ungkap Prayogi Setyo Pratomo, Department Head Traffic Astra Tol Cipali, Selasa (1/3/2022). Meski demikian, laju kendaraan sempat melambat di sekitar Kilometer 80, Subang karena perbaikan jalan, Sabtu.
Prayogi memprediksi masih terdapat potensi kenaikan volume kendaraan saat Kamis (3/3/2022), bertepatan dengan libur Nyepi. Namun, lonjakan arus kendaraan diprediksi tidak sebesar akhir pekan lalu yang lebih dari 78.000 kendaraan. Sebab, sebagian besar warga, terutama pegawai negeri sipil, masih harus bekerja pada Jumat (4/3/2022) sebelum libur akhir pekan.
Meski demikian, pihaknya tetap mengantisipasi kepadatan kendaraan, terutama di area istirahat (rest rea) dan GT Palimanan. Pihaknya bakal membuka maksimal gardu di GT Palimanan. Pada puncak mudik pekan lalu, misalnya, 12 gardu dibuka untuk kendaraan arah ke Cirebon dan 6 gardu menuju Jakarta. Total gardu yang disiagakan di GT Palimanan mencapai 30 unit.
”Kami mengimbau kepada pengendara menyiapkan saldo yang cukup untuk transaksi. Selama ini, salah satu penyebab kepadatan di GT Palimanan karena pengendara yang top up (mengisi saldo kartu tol),” ungkapnya. Pihaknya juga bakal menerapkan buka tutup area istirahat untuk mencegah kerumunan. Waktu pengunjung di area istirahat juga dipatok hanya 60 menit.
Sejak beroperasi pertengahan 2015, Tol Cipali menjadi salah satu pilihan pengendara dari wilayah Jakarta menuju Jawa. Jalan tol sepanjang 116,7 kilometer ini memangkas jarak Jakarta-Cirebon hingga 40 km dibandingkan jalur arteri. Setelah keluar Cipali, kendaraan bakal melintasi Tol Palimanan-Kanci atau Palikanci.
Palikanci
Di Palikanci, puncak peningkatan volume kendaraan pada libur Isra Miraj lalu berlangsung Senin dengan jumlah kendaraan mencapai 63.302 unit. Angka ini meningkat sekitar 57 persen dari hari normal, yakni 40.201 kendaraan. Data ini diperoleh dari transaksi di GT Kanci, Ciperna, Plumbon, dan Palimanan yang mengarah ke Kota Cirebon.
Manager Operation and Maintenance Tol Palikanci Imam Zarkasih mengatakan, penambahan jumlah kendaraan masih akan terjadi pada Kamis dan puncaknya diperkirakan pada Minggu (6/3/2022). ”Kesempatan ini dipergunakan warga untuk mengunjungi keluarga, ziarah, dan sebagainya. Seperti tahun-tahun sebelumnya jika menjelang bulan Ramadhan,” ungkapnya.
Meski tidak terdapat titik rawan kemacetan di Palikanci, pihaknya tetap berupaya mencegah kepadatan. Koordinasi dengan Kepolisian Resor Kota Cirebon juga dilakukan guna mengalihkan truk dari tol ke jalur arteri. ”Seperti kemarin, di GT Palimanan 4, 52 kendaraan selain golongan 1 dikeluarkan dari pukul 12.00 sampai 20.00,” ujarnya.
Selain di jalur tol, pembatasan kendaraan juga dilakukan di empat pintu masuk Kota Cirebon, yakni Penggung, Kedawung, Krucuk, dan Kalijaga. Pada Senin hingga Jumat, aparat akan memeriksa kelengkapan kartu vaksin dan surat keterangan tes antigen pengendara. Jika tidak dapat menunjukkan dokumen itu, pengendara diminta putar balik.
Adapun Sabtu dan Minggu, polisi menerapkan sistem ganjil genap kendaraan. Jika nomor akhir di pelat kendaraan tidak sesuai dengan tanggal hari itu, pengendara harus putar balik. ”Jumlah yang diputarbalikkan dua hari lalu 500 kendaraan. Jadi, cukup signifikan kendaraan yang masuk di Kota Cirebon,” ungkap Kepala Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Fahri Siregar.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, berbagai pembatasan itu untuk menekan laju penyebaran Covid-19 seiring PPKM level 4 di Cirebon pada 1-7 Maret 2022. ”Penambahan kasus konfirmasi penyebabnya variatif. Dari kluster perjalanan kemudian menyebar ke keluarga,” ungkapnya.
Hingga kini, terdapat 880 pasien terkonfirmasi Covid-19 di Kota Cirebon. Adapun total kasus positif selama dua tahun terakhir mencapai 14.228 kasus. Sebanyak 540 orang di antaranya meninggal dan 12.808 pasien lainnya dinyatakan sembuh. Padahal, awal Januari lalu, nyaris tidak ada penambahan kasus Covid-19.
Agus mengakui pembatasan mobilitas warga bakal berdampak pada penurunan aktivitas ekonomi di Kota Cirebon. ”Tapi, yang kami jadikan prioritas adalah penurunan jumlah rawat inap di rumah sakit. Ini sudah dilakukan, tapi tren belum mencapai target 30 orang dirawat per 100.000 orang per minggu. Kami masih di 58 dari 72 per 100.000 orang per minggu,” katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon Imam Reza Hakiki menilai penerapan PPKM level 4 berdampak pada pelaku perhotelan. ““Banyak meeting (pertemuan) dan acara wedding (pernikahan) di hotel yang ditunda dan batal. Tamu juga hanya menginap semalam, enggak lebih,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, ketika akhir pekan lalu dan libur Isra Miraj, okupansi hotel di Kota Cirebon mencapai 80 sampai 90 persen dari 2.300 kamar hanya pada Sabtu malam. Tingkat hunian hotel pada libur hari raya Nyepi diprediksi tidak setinggi pekan sebelumnya.
”Belum ada sinyal peningkatan okupansi hotel. Paling okupansi hanya 30-40 persen,” katanya.
Pihaknya berkomitmen menjalankan anjuran pemerintah. Namun, ia mempertanyakan kebijakan penentuan level PPKM. ”Kemarin, jalur ke Puncak, Bogor, macet parah. Hotel-hotel dan rumah makan penuh. Tapi, kenapa yang PPKM level 4 di Kota Cirebon? Padahal, di sini enggak macet. Hotel juga enggak penuh terus,” ujar Imam.