Cegah Konflik Antarnelayan, Kapal Cantrang di Perairan Kalsel Diawasi Ketat
Pemerintah daerah serta asosiasi nelayan Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah sepakat untuk tidak lagi menggunakan cantrang. Masuknya kapal cantrang di perairan Kalsel tetap diawasi untuk mencegah konflik.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pengawasan terhadap kapal nelayan cantrang yang masuk perairan Kalimantan Selatan tetap dilakukan setelah kunjungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel ke Jawa Tengah. Dalam pertemuan antarpemerintah daerah dan asosiasi nelayan disepakati penggunaan cantrang dihindari karena bisa memicu konflik antarnelayan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalsel langsung menindaklanjuti laporan dan keresahan nelayan Kalsel atas keberadaan kapal nelayan cantrang dari Jawa Tengah (Jateng) yang kerap masuk wilayah perairan Kalsel. Padahal, penggunaan cantrang dilarang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2021.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel Rusdi Hartono mengatakan, pihaknya bersama Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kalsel, khususnya dari Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru, sudah berdialog dengan pemda dan asosiasi nelayan Jateng untuk membahas penggunaan cantrang.
Dalam pertemuan tersebut, pihaknya meminta kapal nelayan dari Jateng tidak lagi masuk perairan Kalsel, terlebih kapal-kapal yang masih menggunakan cantrang. Masuknya kapal-kapal cantrang itu sangat merugikan nelayan Kalsel dan berpotensi memicu kembali konflik yang pernah terjadi di perairan Kalsel.
”Mereka berjanji tidak lagi menggunakan cantrang dan masuk perairan Kalsel. Namun, kami tetap melihat dan mengawasi bagaimana pelaksanaan di lapangan,” kata Rusdi di Banjarmasin, Selasa (1/3/2022).
Menurut Rusdi, pihaknya telah berkoordinasi dengan Polisi Perairan (Polair), Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal), Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Tarakan, serta Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Banjarmasin untuk mengawasi secara ketat pelaksanaan di lapangan setelah pertemuan di Jateng.
”Kami tetap akan memperjuangkan kesejahteraan nelayan Kalsel dengan prinsip mereka bisa berdiri sendiri. Mudah-mudahan nelayan Jateng juga sadar,” ujarnya.
Kami tetap akan memperjuangkan kesejahteraan nelayan Kalsel dengan prinsip mereka bisa berdiri sendiri. Mudah-mudahan nelayan Jateng juga sadar. (Rusdi Hartono)
Rusdi menyatakan, tidak ada nelayan Kalsel yang menggunakan alat tangkap cantrang sehingga perairan Kalsel di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 712 dan 713 masih hijau dan terjaga dengan baik. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika wilayah perairan tersebut juga masih banyak ikan.
”Penggunaan cantrang hanya akan merusak ekosistem perairan. Ikan-ikan kecil dan terumbu karang ikut terjaring. Hasil yang bisa diambil paling hanya 40-50 persen dari semua tangkapan cantrang,” tuturnya.
Menahan diri
Rusdi pun mengimbau nelayan Kalsel turut mengawasi keberadaan kapal nelayan cantrang yang masuk wilayah perairan Kalsel, terutama dalam radius 12 mil dari pantai. Nelayan diminta untuk melapor kepada petugas jika menemukan kapal cantrang dan tidak bertindak sendiri karena emosi.
”Kami tetap mengimbau agar nelayan Kalsel bisa menahan diri. Nelayan Jateng juga diharapkan tidak lagi memancing nelayan Kalsel untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Tahun lalu, nelayan Kalsel di Kotabaru berbuat nekat karena geram dengan masuknya kapal-kapal cantrang dari luar Kalsel. Sekelompok nelayan di Pulau Laut Barat, Kotabaru, pada waktu itu sampai membakar kapal cantrang milik nelayan dari Jateng.
Ketua Ikatan Nelayan Saijaan (Insan) Kabupaten Kotabaru Zainal Abidin menyampaikan, nelayan Kotabaru dibuat geram karena kapal cantrang itu kerap masuk dan merusak kawasan perairan nelayan Kalsel. Alat tangkap yang dipasang nelayan Kotabaru kerap rusak dan hilang sehingga nelayan tidak mendapatkan hasil.
”Kami minta agar masalah penggunaan cantrang bisa diselesaikan dengan baik. Jangan lagi sampai terjadi konflik antara nelayan Kalsel dan nelayan Jateng,” kata Zainal ketika dihubungi beberapa waktu lalu.