Teror Berulang di Bandara Ilaga yang Mencekik Warga
Serangan kelompok kriminal bersenjata di area Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak, terus berulang setahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan pasokan logistik kerap terganggu.
Bandar Udara Ilaga di Kabupaten Puncak, Papua, menjadi target teror berulang kelompok kriminal bersenjata selama setahun terakhir ini. Akibatnya, berkali-kali pula obyek vital negara ini terpaksa ditutup. Padahal, bandara itu satu-satunya pintu bagi arus logistik masyarakat di wilayah pegunungan tersebut.
Sabtu (26/2/2022) sekitar pukul 08.00, pesawat karavan milik maskapai Spirit Avia Sentosa mengangkut empat penumpang dan bahan makanan lepas landas dari Bandara Internasional Moses Kilangin di Kabupaten Mimika menuju Bandara Ilaga. Satu di antara empat penumpang ini adalah Kepala Bandara Ilaga Herman Sujito.
Hari itu bandara kembali dibuka setelah ditutup untuk sementara sejak 19 Februari 2022. Penutupan bandara karena serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap anggota TNI AU yang bertugas di bandara tersebut. Dalam serangan itu, Prajurit Kepala Fermansyah terkena tembakan di bahu kanan.
Penerbangan dari Mimika ke Ilaga hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Hanya pesawat berbadan kecil yang bisa memasuki Bandara Ilaga mengingat panjang landasan pacu lapangan terbang Aminggaru di Ilaga hanya 600 meter dengan lebar 23 meter.
Pesawat yang mengangkut Herman berhasil mendarat dengan aman. Biasanya, modus serangan KKB mengincar pesawat yang akan mendarat dan aparat keamanan yang bertugas di bandara. Mereka melepaskan tembakan dari pegunungan yang mengelilingi area bandara.
”Sebelum pesawat mendarat di bandara, saya dan para penumpang lain merasa sangat ketakutan. Kami khawatir kelompok itu kembali menyerang. Hal ini sangat berbahaya bagi pilot yang sedang berupaya mendaratkan pesawat,” ungkap Herman.
Baca juga: Prajurit TNI AU Tertembak di Bandara Ilaga, Tiga Pesawat Batal Mendarat
Selain pesawat yang ditumpangi Herman, terdapat dua pesawat lain yang juga berhasil mendarat di Bandara Ilaga, yakni sebuah twin otter dari maskapai Rimbun Air dan karavan dari maskapai SAM Air. Ketiga pesawat ini pun melanjutkan penerbangan kembali ke Timika.
Namun, sekitar pukul 10.00 WIT, terdengar dua kali tembakan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari area bandara. Dari hasil pantauan drone milik aparat keamanan, terdapat sejumlah orang yang diduga anggota KKB di area tersebut.
Akibat teror itu, tiga pesawat maskapai Spirit Avia Sentosa, SAM Air, dan Rimbun Air terpaksa membatalkan penerbangan kembali ke Bandara Ilaga. Operasionalisasi bandara dihentikan dan seluruh petugas bandara kembali ke Ilaga, ibu kota Puncak.
”Bandara Ilaga akan kembali beroperasi pada Senin (28/2/2022). Kami terus berkoordinasi dengan pihak keamanan agar kegiatan penerbangan berjalan dengan kondusif. Sudah berulang kali pesawat terpaksa batal mendarat karena serangan di area bandara,” ungkap Herman.
Jejak teror KKB di area Bandara Ilaga dimulai sejak awal tahun 2021. Sebelumnya, kelompok ini menargetkan serangan kepada aparat keamanan TNI-Polri dan warga sipil dari berbagai profesi, seperti guru, tukang ojek, dan pelajar SMA.
Kami bersembunyi di balik gundukan tanah dan batu untuk menghindari tembakan yang dilepaskan kelompok itu.
Kondisi Bandara Ilaga yang tidak kondusif menghantui Herman dan para pegawainya selama setahun terakhir. Saat ini hanya enam pegawai yang masih bertahan melayani kegiatan operasional untuk tujuh maskapai penerbangan yang menggunakan bandara tersebut.
”Saat terjadi serangan di area bandara, saya dan para petugas biasanya bersembunyi di sekitar apron. Kami bersembunyi di balik gundukan tanah dan batu untuk menghindari tembakan yang dilepaskan kelompok itu,” tutur Herman.
KKB pertama kali menyerang aparat keamanan dari satuan Paskhas TNI AU di Bandara Ilaga pada 19 Februari 2021. Seorang anggota KKB tewas dalam serangan yang bertujuan untuk merampas senjata dan amunisi milik aparat itu.
Serangan berikutnya adalah pembakaran sebuah helikopter milik PT Ersa Air yang sedang parkir di Bandara Ilaga pada 11 April 2021. Kemudian KKB membakar menara pengawas dan ruang tunggu Bandara Ilaga pada 3 Juni 2021. Api dapat dipadamkan dan bandara kembali dikuasai aparat TNI-Polri sehari kemudian.
Tidak hanya menyerang Bandara Ilaga, KKB juga membakar dua BTS Palapa Ring di Distrik Omukia dan Distrik Ilaga Utara pada 3 Januari 2021. Kemudian KKB kembali membakar fasilitas telekomunikasi Base Transceiver Station 5 Palapa Ring di Kampung Toegi, Distrik Ilaga Utara, pada 8 Februari 2021.
Baca juga: Sasaran Teror KKB di Papua Meluas
Memasuki tahun 2022, KKB kembali terlibat kontak tembak di area Bandara Ilaga pada 28 Januari dan terakhir pada 19 Februari yang menyebabkan Praka Fermansyah terluka. ”Kami berharap aparat keamanan bisa menjamin tidak terjadi lagi serangan KKB di area Bandara Ilaga,” ucap Herman.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) Sebby Sambom menyatakan, pihaknya akan terus menyerang aparat keamanan dan fasilitas umum seperti bandara di Kabupaten Puncak. Aksi itu sebagai peringatan bagi kepala daerah setempat untuk menghentikan rencana pemekaran Kabupaten Puncak menjadi bagian dari Provinsi Papua Tengah.
”Kami memperingatkan bagi kepala daerah di kawasan pegunungan Papua tidak menerima program pemekaran dari pusat. Kebijakan ini menyebabkan masyarakat setempat di ambang kepunahan karena masifnya migrasi penduduk dari luar Papua setelah adanya pemekaran,” kata Sebby.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Kolonel (Inf) Aqsha Erlangga menyatakan, anggota TNI yang berada di Ilaga dalam status kesiagaan tertinggi untuk mengantisipasi serangan susulan KKB. Ia menilai, serangan kelompok tersebut merupakan tindakan terorisme karena membahayakan penerbangan sipil.
Bandara Ilaga sangat vital bagi kehidupan warga di kabupaten berpenduduk 175.000 jiwa itu. Banyak distribusi pangan dilakukan di bandara di ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut ini. Bandara ini melayani sekitar 50 kali penerbangan setiap hari dari pukul 06.00 hingga pukul 12.30 WIT. Dalam kondisi normal, rata-rata pesawat mengangkut 25 ton bahan makanan dan logistik dari Timika dan Nabire ke Puncak setiap hari.
Pemda tidak bisa melaksanakan program pembangunan secara maksimal selama dua tahun terakhir.
Pesawat menjadi satu-satunya sarana transportasi untuk mengakses Kabupaten Puncak. Belum terdapat jalan darat yang menyambungkan Puncak dengan kabupaten lain hingga kini. Penyelesaian Jalan Trans-Papua dari Kabupaten Puncak Jaya ke Puncak belum tuntas karena faktor keamanan.
KKB pernah menyerang tujuh pekerja ruas jalan tersebut di Kampung Agenggeng, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, pada 15 Maret 2016. Insiden ini menewaskan empat pekerja, yakni Andarias Demena, Daud Demena, Yohanis Tikuramba, dan David Demena.
Gangguan keamanan yang terjadi selama bertahun-tahun menyebabkan pembangunan di Puncak juga terhambat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Puncak termasuk 17 kabupaten di Papua dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih rendah, yakni di bawah angka 60. Adapun pembentuk IPM adalah umur harapan hidup saat lahir, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita.
Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan, pemda tidak bisa melaksanakan program pembangunan secara maksimal selama dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan masalah gangguan keamanan oleh kelompok bersenjata dan pandemi Covid-19. Dia pun meminta KKB menghentikan aksinya dan turut berkontribusi dalam pembangunan Kabupaten Puncak.
”Selama ini kami terus berupaya menjalin komunikasi dengan kelompok itu untuk menghentikan aksi mereka. Kami berharap pada tahun 2022 tidak terjadi lagi masalah. Kami ingin fokus melaksanakan program pembangunan yang sangat dibutuhkan masyarakat setempat,” ucap Willem.
Baca juga: Bandara Ilaga Dibakar KKB, Warga Rentan Kesulitan Dapatkan Bahan Pokok
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua Komisaris Besar Faizal Ramadhani mengatakan, aparat gabungan Polri dan TNI telah memperkuat pengamanan area di sekeliling Bandara Ilaga. Aparat telah mengidentifikasi KKB pimpinan Numbuk Telenggen yang selama ini melakukan penyerangan di Ilaga.
Kelompok itu beranggotakan lebih kurang 30 orang dan memiliki sekitar 10 pucuk senjata api. ”Kelompok ini masih berada di sekitar area Distrik Gome. Anggota kami dan TNI akan memperkuat pengamanan di seluruh area bandara dan sejumlah daerah ketinggian,” kata Faizal.