KGPH Purbaya Dinobatkan sebagai Putra Mahkota Kasunanan Surakarta
Gusti Raden Mas Suryo Aryo Mustiko atau Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purbaya dinobatkan menjadi putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta. Artinya, ia ahli waris takhta kerajaan itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS – Gusti Raden Mas Suryo Aryo Mustiko atau Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purbaya dinobatkan menjadi putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta. Artinya, sosok tersebut yang kelak akan melanjutkan tugas Pakubowono XIII memimpin kerajaan.
Penobatan diumumkan dalam acara Tingalan Dalem Jumenengan Pakubuwono XIII yang ke-18 di Keraton Kasunanan Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (27/2/2022). Acara berlangsung lebih kurang tiga jam dimeriahkan tarian ”Bedhaya Ketawang”, yang juga ditampilkan sewaktu pengangkatan Pakubuwono XIII sebagai raja.
Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo, menyampaikan, kali ini perayaan cukup istimewa. Sebab, Asih Winarni atau Kanjeng Raden Ayu Pradapaningsih dikukuhkan menjadi permaisuri Pakubuwono XIII. Untuk itu, namanya berganti menjadi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono XIII.
”Di samping itu, ada penetapan dari putra dalem (anak raja), yang lahir dari prameswari dalem (permaisuri), yaitu Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purbaya, dilantik menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Sudibyo Rojo Putro Narendro Ing Mataram. Itu nama lengkapnya sebagai putra mahkota,” kata Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo, seusai acara.
Purbaya merupakan anak tunggal dari pernikahan Pakubuwono XIII dengan Asih. Itu pernikahan ketiga sang raja. Sebelumnya, ia pernah menikah dengan Kanjeng Raden Ayu Endang Kusumaningdyah, lalu Kanjeng Raden Ayu Winarti. Kedua pernikahan tersebut berakhir dengan perceraian.
Saat ini, Purbaya berusia sekitar 20 tahun. Sang putra mahkota juga baru menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Negeri Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Penetapan putra mahkota, lanjut Dipokusumo, berkaitan dengan urusan regenerasi dari kerajaan tersebut. Ia menegaskan, penetapan tersebut tak ada kaitannya dengan kondisi kesehatan Pakubuwono XIII.
”Itu (penetapan putra mahkota) tidak ada kaitannya dengan kesehatan (Pakubuwono XIII). Misalnya Pakubuwono X, beliau malah ditetapkan sebagai putra mahkota sewaktu masih berusia tiga tahun. Yang jelas, dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom, itu satu isyarat bahwa beliau (Purbaya) yang akan melanjutkan regenerasinya,” ujar Dipokusumo, yang juga adik dari Pakubuwono XIII.
Selanjutnya, Dipokusumo menyampaikan, Purbaya ditetapkan sebagai putra mahkota karena statusnya sebagai anak dari permaisuri Pakubuwono XIII. Proses penetapannya melalui pertimbangan-pertimbangan khusus. Namun, keputusan sepenuhnya berada di tangan Pakubuwono XIII.
”Semua itu prerogatifnya Sinuhun (Pakubuwono XIII). Tetapi, ada semacam pertimbangan-pertimbangan khusus. Rembukan keluarga tentu saja sudah dilakukan,” tutur Dipokusumo.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) LaNyalla Mattalitti menjadi salah satu yang diundang dalam peringatan kenaikan takhta itu. Ia mengharapkan agar Pakubuwono XIII dapat terus memimpin Keraton Kasunanan Surakarta dengan arif dan bijaksana.
LaNyalla juga berharap kerajaan menjaga eksistensinya di tengah perkembangan zaman. Banyaknya sumbangan kerajaan-kerajaan Nusantara terhadap negara agar tidak dilupakan. Ia juga berharap pemerintah terus memberikan perhatian supaya kerajaan-kerajaan Nusantara bisa terus bertahan.
”Kasunanan Surakarta adalah aset bangsa. Untuk itu, saya mendukung penuh agar eksistensi Kasunanan Surakarat dapat dipertahankan,” kata LaNyalla.
Dalam kesempatan itu, ia juga diberi gelar kebangsawanan, yaitu Kanjeng Pangeran Aryo Adipati, oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Sebelumnya, ia bergelar Kanjeng Pangeran. Pemberian gelar merupakan bentuk penghargaan atas kepeduliannya terhadap pelestarian keraton dan kerajaan Nusantara selama ini.
Selain LaNyalla, turut hadir tokoh lainnya, yakni Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Wiranto. Ia juga diberikan gelar kebangsawanan yang sama seperti LaNyalla.