Mendag Sidak Pasar di Medan, Minyak Goreng yang Sebelumnya Langka Mulai Ada Lagi
Mendag M Lutfi meninjau ketersediaan minyak goreng di sejumlah pasar di Medan, Sumatera Utara. Minyak goreng yang sebelumnya sangat langka tiba-tiba tersedia di sejumlah pasar sesuai ketentuan HET.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi meninjau ketersediaan minyak goreng di sejumlah pasar di Medan, Sumatera Utara. Minyak goreng yang sebelumnya sangat langka tiba-tiba tersedia di sejumlah pasar sesuai ketentuan harga eceran tertinggi. Lutfi menyebut, stok minyak goreng Sumut cukup untuk 12 hari, tetapi ada kendala dalam distribusi.
”Ini minyak goreng sudah ada di pasar, jangan-jangan karena tahu kalau saya dan Gubernur (Sumatera Utara Edy Rahmayadi) meninjau pasar,” kata Lutfi saat berbicara dengan para pedagang di Pusat Pasar Medan, Sumut, Sabtu (26/2/2022).
Tinjauan pasar dilakukan oleh Lutfi dan Edy karena kelangkaan minyak goreng dalam beberapa pekan ini di Sumut. Masyarakat kesulitan mendapat minyak goreng khususnya yang sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET). Hampir di semua minimarket ataupun supermarket tidak tersedia minyak goreng. Hanya beberapa toko atau warung yang menjual minyak goreng, itu pun dengan harga hingga Rp 20.000 per liter, jauh di atas HET Rp 14.000.
Menteri Perdagangan (Mendag) dan Gubernur Sumut meninjau pedagang grosir ataupun eceran baik minyak goreng curah, kemasan sederhana, maupun premium. Kepada Lutfi, para pedagang menyebut mereka kesulitan mendapat minyak goreng dalam beberapa pekan ini. Baru pada Jumat malam dan Sabtu pagi, mereka mendapat stok minyak goreng dengan harga yang wajar untuk dijual sesuai ketentuan HET.
”Saya ke Medan untuk melihat ketersediaan dan keterjangkauan minyak goreng di pusat perkebunan kelapa sawit, di Sumut. Sebenarnya minyak goreng ini masih jarang meskipun ada. Ada tren minyak sudah mulai penuh dalam dua sampai tiga hari ini. Ini semestinya dari minggu lalu, tetapi ada permasalahan dalam distribusi minyak goreng di Sumut,” kata Lutfi.
Ia menyebut cadangan minyak goreng di Sumut sebenarnya paling memadai dibandingkan daerah lain di Indonesia dengan stok 33.080.788 liter yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 12 hari.
Selain memastikan distribusi berjalan baik, ia juga meminta pemerintah daerah memastikan harga sesuai dengan ketentuan HET yang ditetapkan pemerintah, yakni minyak goreng curah Rp 11.500 per liter, kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan kemasan premium Rp 14.000 per liter.
Ada tren minyak sudah mulai penuh dalam dua sampai tiga hari ini. Ini semestinya dari minggu lalu, tetapi ada permasalahan dalam distribusi minyak goreng di Sumut.
Lutfi mengingatkan, pemerintah telah menyiapkan skema penggantian nilai keekonomian untuk memastikan minyak goreng bisa dijual sesuai HET. Penggantian nilai keekonomian ini dibayarkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Penggantian itu menggunakan dana pungutan ekspor CPO dan turunannya.
Selain itu, penggantian nilai keekonomian juga dari domestic market obligation (DMO). Dalam skema ini, setiap pengusaha yang melakukan ekspor CPO harus menyediakan 20 persen dari volume ekspornya untuk dijual di pasar dalam negeri dengan harga Rp 9.300 per kilogram dan olein Rp 10.300 per kilogram.
Lutfi mengatakan, Kementerian Perdagangan juga telah berkoordinasi dengan penegak hukum untuk menindak jika ditemukan ada penimbunan minyak goreng. Ia meminta agar dilakan tindakan tegas baik terhadap produsen maupun distributor yang melakukan penyimpangan. Pekan depan, distribusi minyak goreng harus normal kembali.
Edy mengatakan, produksi minyak goreng di Sumut seharusnya surplus. Sumut menghasilkan 230.000 ton minyak goreng per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan kebutuhan sekitar 180.000 ton.
Akan tetapi, kata Edy, kelangkaan minyak goreng terjadi karena ada kendala dalam distribusi. ”Tadi malam ada gerakan (distribusi) cukup dahsyat. Pukul lima pagi tadi turun semua minyak goreng ke pajak (pasar),” kata Edy.
Yaherman Yahya (50), pedagang di Pusat Pasar Medan, mengatakan, ia mendapat beberapa kotak minyak goreng kemasan premium pada Jumat malam dengan harga sekitar Rp 13.000 per liter sehingga ia masih mendapat keuntungan untuk menjual sesuai HET.
”Sebelumnya, kalaupun ada minyak goreng, paling murah Rp 18.000 per liter. Bagaimana kami mau menjualnya sesuai HET,” kata Yaherman.
Pedagang grosir minyak goreng curah, Atok (60), mengatakan, sebelum kelangkaan terjadi, ia biasanya menjual 900-1.100 kilogram minyak goreng per hari. Namun, krisis minyak goreng yang terjadi membuat dia tidak bisa mendapat minyak dengan harga wajar. Karena itu, ia pun harus membuat batasan pembelian oleh konsumen.
”Kalau sekarang stok sudah cukup banyak. Mau beli berapa banyak pun saya kasih. Saya ada stok 70 drum (satu drum 180 kilogram) minyak goreng curah,” kata Atok.
Pantauan Kompas, minyak goreng sudah mulai muncul khususnya di sejumlah warung dan toko. Namun, masih banyak juga yang menjualnya di atas HET. Namun, rak-rak minyak goreng di minimarket masih tampak kosong. Stok minyak goreng di minimarket langsung habis dalam beberapa jam meskipun pembelian dibatasi.