Candi Srigading Menguatkan Jejak Sindok di Malang Raya
Hanya berjeda satu pekan, tim Arkeolog BPCB Jatim kembali mengekskavasi Situs Srigading di Malang. Situs yang kemudian diketahui sebagai Candi Hindi beraliran Siwa ini menguatkan jejak-jejak Mpu Sindok era Mataram Kuno.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·5 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Profil kaki Candi Srigading yang berhasil diungkap oleh tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur pada ekskavasi tahap pertama yang kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (23/2/2022).
Sebuah arca yang diduga Mahakala ditemukan oleh tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur saat melakukan ekskavasi Situs Srigading di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (25/2/2022) siang.
Arca yang kondisinya pecah di beberapa bagian itu ditemukan di sisi utara pintu bangunan candi. Dimensi arca Mahakala belum dihitung tetapi diperkirakan ukurannya tidak jauh berbeda dengan arca Nandiswara yang ditemukan lebih dulu beberapa hari sebelumnya. Nandiswara yang ditemukan 4 meter di sisi selatan candi itu memiliki tinggi 86 sentimeter (cm) dan lebar 39 cm.
Kedua arca itu pun kini disimpan di rumah salah satu warga Desa Srigading yang menjadi base camp tim arkeolog selama kegiatan ekskavasi tahap kedua (21-26 Februari) berlangsung. Menurut rencana, kedua benda purbakala itu akan dibawa ke kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Mojokerto untuk menjalani restorasi.
Setelah itu, ada rencana kedua arca akan dibawa ke Museum Singhasari di Kabupaten Malang sebagai koleksi bersama artefak lain yang diperoleh dari Situs Srigading, baik itu hasil temuan ekskavasi tahap pertama (7-12 Februari) maupun kedua. Ekskavasi tahap I dan II dibiayai oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kaloka Malang.
”Meski pecah, kita masih bisa mengenali dia sebagai arca Mahakala. Dari penemuan arca dan artefak lainnya, sejauh ini perkiraannya masih sama bahwa situs Srigading merupakan candi Hindu aliran Siwa,” ujar arkeolog BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menunjukkan arca Nandiswara dan lingga hasil ekskavasi Candi Srigading di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (23/2/2022).
Menurut Wicaksono, pada sebuah Candi Hindu biasanya terdapat arca Siwa, Ganesha, Durga, dan Agastya. Namun, arca-arca yang dimaksud kemungkinan telah hilang. Sebagaimana informasi dari masyarakat menyatakan dulu di tempat itu terdapat beberapa arca (tidak diketahui namanya) tetapi telah raib.
Situs yang berada di sisi barat pegunungan Tengger ini memang tak lepas dari tindakan usil orang tidak bertanggung jawab. Bahkan, yoni yang ukurannya 80 cm x 80 cm juga sempat dua kali hendak dicuri tetapi gagal, masing-masing tahun 2011 dan 2020. Bahkan, Rabu siang, pelaku yang mencoba mencuri datang ke lokasi eskavasi untuk meminta maaf.
Selain dua buah arca, artefak menarik lainnya yang didapat dari tempat itu adalah sebuah lingga dengan panjang 69 cm dan diameter 23 cm yang ditemukan di bawah yoni eksisting, relief terakota berwujud kepala manusia, hingga tangga candi yang ternyata berada di sisi timur menghadap ke arah Gunung Semeru.
Sebelumnya, pada eskavasi tahap pertama, tim menemukan profil kaki candi berukuran 8 meter (m) x 8 m dan pondasi 10 m x 10 m saat membuka sisi barat situs. Temuan ini sekaligus menyingkap misteri bahwa selama ini gundukan tanah di tengah ladang tebu itu merupakan sebuah candi.
Hasil interpretasi sementara menyatakan Candi Srigading memiliki kaki, tubuh, dan atap. Bagian tubuh dilengkapi relung di semua sisi. Candi ini kemudian roboh ke semua arah (kemungkinan akibat bencana). Karena lama terabaikan, batu bata candi itu kemudian tertutup tanah, semak belukar, dan pepohonan.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menunjukkan arca Nandiswara dengan kondisi lengan kanan patah. Arca ini didapat dari hasil ekskavasi Candi Srigading di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (23/2/2022).
Wicaksono memperkirakan Candi Srigading dibangun pada masa Mataram Kuno atau pada masa Mpu Sindok abad 10 Masehi. Tim masih terus mencari keterkaitan candi ini dengan Prasasti Linggasuntan berangka 929 M. ”Bahannya arcanya sama, juga dari andesit yang mengandung silika. Kami masih terus mencari bukti keterkaitan situs ini dengan Prasasti Linggasuntan,” katanya.
Prasasti Linggasuntan berisi perintah dari Mpu Sindok untuk membebaskan Desa Linggasuntan sebagai desa perdikan bebas pajak. Prasasti itu ditemukan di Lowokjati (nama desa tua dan saat ini masuk wilayah Desa Baturetno), tetangga dari Desa Srigading.
Penemuan candi berbahan batu bata peninggalan era Mpu Sindok bukan kali ini saja terjadi di Malang Raya. Sebelumnya, tahun 2020, tim arkeolog BPCB juga menemukan situs berbahan batu bata di Desa Pendem, Kota Batu. Situs itu juga diperkirakan sebagai candi yang dibangun pada masa Mataram Kuno.
Menurut Wicaksono, selain menambah jumlah candi di Malang Raya, Situs Srigading juga mengungkap kehidupan yang terjadi di masa lampau sebelum ada Kerajaan Singosari dan Majapahit.
”Kalau bicara soal Malang, orang melihat ke peradaban Singosari dan Majapahit. Ternyata peradaban masa sebelumnya sudah ada, mulai Kanjuruhan, kemudian masa Sindok peralihan pusat kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Apakah Malang menjadi pusat kekuasaannya atau daerah lain? Abad ke-8 sampai ke-10 sudah ada peradaban yang menjadi cikal bakal kekuatan di Jawa Timur,” katanya.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Syukuran kecil-kecilan dilakukan di sela-sela ekskavasi Candi Srigading oleh Tim Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (23/2/2022).
Sejarawan Universitas Negeri Malang, M Dwi Cahyono, membenarkan ada beberapa candi yang dibangun pada masa Sindok di Malang Raya. Candi Srigading unik karena terbuat dari batu bata. Candi lainnya di Songgoriti terbuat dari batu andesit.
Srigading merupakan desa kuno bagian dari Lowokjati di mana Prasasti Linggasuntan ditemukan. Srigading merupakan nama baru, nama sebelumnya Manggis. Kini nama Manggis hanya disematkan sebagai dusun di Srigading.
Apakah Malang menjadi pusat kekuasaannya atau daerah lain? Abad ke-8 sampai ke-10 sudah ada peradaban yang menjadi cikal bakal kekuatan di Jawa Timur.
Menurut Dwi, wilayah sisi timur Singosari sampai ke Tumpang, di Kabupaten Malang, kaya akan situs masa lalu, termasuk prasasti. Baik itu prasasti tua yang dibuat pada masa Dyah Balitung (Medang Jawa Tengah), Sindok, maupun prasasti yang umurnya lebih muda dari era Majapahit.
”Tinggalan epigrafis (prasasti) ini bisa mengungkap tinggalan arkeologis di sekitarnya. Saya kira peninggalan masa lalu di lereng dan lembah Tengger di Kabupaten Malang belum banyak dieksplor. Mestinya, jumlahnya tidak sedikit. Srigading hanya salah satu saja,” ujarnya.
Srigading, menurut Dwi, menguatkan temuan akan jejak-jejak peninggalan masa Sindok di Malang Raya. Pada abad ke-10, Malang menjadi area kiprah sosial budaya Sindok, di masa-masa awal Dinasti Isyana Jawa Timur. Pada masa awal pemerintahannya, Sindok membutuhkan banyak dukungan dari daerah (konstituen) sehingga dia mengeluarkan banyak prasasti.
Setidaknya ada delapan prasasti masa Sindok yang ditemukan di Malang Raya, antara lain Prasasti Turyyan (di Turen) yang juga berangka 929 M, Linggasuntan, dan Gulung-gulung yang ada di Singosari.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Relief berbahan tanah liat yang ditemukan saat eskavasi Situs Srigading di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur. BPCB memperkirakan situs ini merupakan candi yang dibangun pada masa Mpu Sindok atau peralihan Mataram kuno, Jumat (11/7/2022).
”Di Turyyan dikatakan bahwa ibu kota Mataram di masa Sindok ada di Tamwlang, maka boleh jadi bahwa kadatwan (keraton) berada di Malang menurut saya. Problemnya Malang ini, kan, rentan peristiwa vulkanik dan desa-desa konstiten Sindok ada di daerah gunung api. Makanya, gunung api diredam murkanya melalui bangunan suci, salah satu bangunan suci itu ada di Srigading,” ujarnya.
Oleh karena itu, Dwi berharap Candi Srigading tidak hanya diekskavasi, tetapi direstorasi juga dipugar karena ini petanda yang penting. ”Ini jadi referensi kesejarahan yang penting di Malang, bahkan Jawa karena Mataram adalah kerajaan di Jawa. Pusat pemerintahannya dialihkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur,” katanya.