Temuan Peripih, Situs Pendem Candi Bergaya Jawa Tengahan di Kota Batu
BPCB Jawa Timur menemukan peripih di bagian tengah struktur fondasi candi di Situs Pendem di Kota Batu, Jawa Timur. Situs ini penting karena bisa menjadi penanda awal mula sejarah Kota Batu.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DOK BPCB JAWA TIMUR
Peripih di dasar sumuran di Situs Pendem, Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, yang ditemukan pada hari kelima ekskavasi keempat oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Jumat (13/11/2020).
BATU, KOMPAS — Memasuki hari kelima ekskavasi tahap keempat terhadap Situs Pendem di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (13/11/2020), Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menemukan peripih berbahan batu andesit. Benda cagar budaya itu ditemukan di tengah sumuran yang menjadi bangunan utama candi di kedalaman 1,8 meter.
Temuan peripih ini semakin menguatkan hipotesis bahwa situs tersebut dibangun pada masa Mataram Kuno abad X Masehi. Posisi peripih yang berada tepat di tengah sumuran mirip dengan gaya candi Jawa Tengahan, seperti Candi Prambanan di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan, peripih yang ditemukan di Situs Pendem berukuran 49 cm x 48 cm. Selain peripih, pihaknya juga menemukan reruntuhan batu bata di sisi utara.
”Dilihat secara arsitektural, temuan peripih ini sudah bagian paling bawah karena di sekelilingnya terdapat perkerasan batu bata. Sementara reruntuhan batu bata mengarah dari selatan ke utara,” ujarnya, Jumat malam.
KOMPAS/KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur tengah beristirahat di sela-sela aktivitas ekskavasi Situs Pendem atau yang disebut-sebut sebagai Candi Mananjung di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Rabu (11/11/2020). Hingga hari kedua ekskavasi, tim kembali menemukan tumpukan batu bata kuno pada tes pit (kolam ekskavasi) yang digali.
Salah satu kegiatan yang dilakukan BPCB pada ekskavasi ke empat ini adalah memperdalam sumuran. Dalam ekskavasi sebelumnya, tim BPCB Jawa Timur telah menemukan sumuran berbentuk bujur sangkar terbuat dari batu bata berukuran 2,1 meter x 2,1 meter dengan kedalaman 1,2 meter. Saat itu, mereka juga menemukan tumpukan batu andesit dan telah disingkirkan.
Wicaksono menuturkan setiap candi biasanya dilengkapi dengan peripih yang menjadi syarat dalam pendirian suatu bangunan suci. Bedanya dengan candi gaya Jawa Tengahan, pada candi gaya Jawa Timuran posisi peripih biasanya diletakkan pada bagian dinding.
”Ada beberapa benda bagian dari sesaji yang ditanamkan di bagian inti. Fungsi peripih sebagai penghidup energi dari dunia bawah. Biasanya di atap candi juga ada lubang—penghubung dunia atas. Kemudian bertemu di dunia manusia yang diwakilkan dengan adanya yoni atau arca di bagian tengah candi,” ujarnya.
Disinggung sejauh mana peripih ini memperkuat hipotesis terkait perpindahan Kerajaan Medang Jawa Tengah ke Jawa Timur, Wicaksono mengatakan, temuan peripih berikut lokasinya cocok dengan data arkeologis lainnya.
Sebelumnya, Februari 2020 lalu, salah satu warga juga menemukan arca Siwa Trisirah (Siwa Mahadewa) tidak jauh dari Situs Pendem. Arca Siwa Trisirah erat dengan gaya Jawa Tengahan. Begitu pula ukuran batu bata, menandakan situs itu dibuat pada masa pra-Majapahit.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Arca Siwa berbahan batu andesit yang ditemukan oleh Saiful (40) tengah ditunjukkan ke hadapan petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur di rumah sang penemu di Dusun Sekarputih, Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur, Rabu (26/2/2020) sore.
”Diduga kuat Situs Pendem berkaitan dengan Prasasti Sangguran abad X. Beberapa temuan itu semakin menguatkan bahwa situs ini beraliran Jawa Tengahan,” katanya.
Dalam Prasasti Sangguran (928 M) yang ditemukan di Ngadat, Junrejo, Batu, disebut ada sebuah candi di daerah Mananjung. Prasasti Sangguran, yang kini berada di Inggris, dibuat untuk menghormati kelompok pembuat senjata dan alat pertanian di Junrejo.
Saat itu penguasa terakhir Kerajaan Medang, Jawa Tengah, Dyah Wawa memerintah menantunya, Mpu Sindok, menganugerahkan Prasati Sangguran. Tidak berselang lama kemudian Mpu Sindok memindahkan kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Diduga kuat Situs Pendem berkaitan dengan Prasasti Sangguran abad X. Beberapa temuan itu semakin menguatkan bahwa situs ini beraliran Jawa Tengahan.
Situs Pendem diperkirakan rusak dan tertimbun tanah sejak lama. Menurut Wicaksono tahun 1812 situs itu masih tercatat dalam perjalanan JL Van Sevenhoven—seorang Residen Belanda. Namun tahun 1930 situs itu tidak terdata dalam catatan kepurbakalaan Belanda. Sehingga ada dugaan tahun 1900-an Candi Pendem atau Candi Mananjung sudah rata dengan tanah.
Sebelumnya, sejarawah Universitas Negeri Malang, M Dwi Cahyono, mengatakan, Situs Pendem memiliki arti penting bagi kesejarahan Kota Batu. Alasannya, Prasasti Sangguran dianggap sebagai data tekstual ”tertua” yang menjadi penanda awal mula sejarah Batu.