Pendem dan Sekaran, Khazanah Baru Kesejarahan Malang Raya
Dua situs arkeologis memperkaya khazanah sejarah Malang Raya. Situs Pendem diduga terkait dengan awal mula Batu, sementara Situs Sekaran merupakan permukiman pada masa Singosari.

Sesaji diletakkan di atas struktur batu bata di Situs Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (9/2/2020)
Malang Raya di Jawa Timur kaya akan sejarah masa lampau. Ditemukannya dua situs arkeologis—yang sama-sama terbuat dari batu bata—dalam setahun terakhir, memperkaya khazanah sejarah di wilayah itu. Situs Pendem diduga terkait dengan awal mula Batu, sementara Situs Sekaran merupakan permukiman pada masa Singosari.
Di ruang tamu rumahnya yang tidak begitu luas, di Dusun Sekarputih, Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur, Rabu (26/2/2020) sore, Saiful (40) menunjukkan arca Siwa berukuran kecil yang ditemukan tiga hari lalu di sawahnya.
Di hadapan Saiful, duduk lesehan beberapa orang dalam posisi setengah mengitari arca. Mereka terdiri dari pamong desa, Bintara Pembina Desa, wakil Pemerintah Kota Batu, dan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.
Yang menarik, arca Siwa Trisirah yang ditemukan di Pendem ini kaki kirinya melipat dan kaki kanannya menjulur ke depan.
Arca yang terbuat dari batu andesit itu memiliki tinggi 50 sentimeter (cm), lebar 24 cm, dan tebal 21 cm. Arca memiliki tiga kepala dengan satu tubuh atau biasa disebut Siwa Trisirah atau Siwa Mahadewa. Ketiga kepalanya menggambarkan kekuatan Siwa, yakni mencipta (sristhi), memelihara (sthiti), dan merusak (laya).
Baca juga : Lima Situs Disiapkan Jadi Obyek Wisata Alternatif Borobudur
”Yang menarik, arca Siwa Trisirah yang ditemukan di Pendem ini kaki kirinya melipat dan kaki kanannya menjulur ke depan,” ujar arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho. Salah satu arca Siwa Trisirah pada masa lampau berada di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Untuk di Jawa Timur, arca semacam ini jarang ditemukan.
Temuan arca Siwa ini melengkapi dua artefak yang sudah ada sebelumnya di Pendem—yang berjarak 500 meter, yakni yoni atau batu dengan cekungan di tengah, serta arca nandi atau sapi jantan. Selama ini yoni dan nandi berada di area makam di desa setempat.

Kondisi Situs Pendem usai mengalami tiga kali ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur, Rabu (26/2/2020) sore
Lokasi yoni dan nandi hanya beberapa jengkal dari Situs Pendem yang ditemukan Desember 2019 secara tidak sengaja oleh salah satu warga, Anton Adi Wibowo (40).
Situs Pendem diperkirakan sebuah bangunan candi dan telah melalui tiga kali tahap ekskavasi oleh BPCB, yakni: tahap I pada 12-14 Desember 2019, tahap II pada 18-21 Desember 2019, dan tahap III pada 7-16 Februari 2020.
Baca juga : Situs Masa Lalu di Lahan Bandara Kediri Akan Dikaji
Hasil ekskavasi mengungkap adanya struktur fondasi bangunan batu bata berukuran 7,5 meter x 7,5 meter yang tersusun enam lapis. Adapun ukuran dimensi batu bata di situs ini, panjang 35-36 cm, lebar 25-26 cm, dan tebal 9-10 cm. Orientasi bangunan mengarah 103 derajat dari utara.
Ekskavasi terakhir menemukan lubang sumuran berbentuk bujur sangkar di bagian tengah dengan ukuran 2,1 meter x 2,1 meter. Sumuran itu berisi tumpukan bongkahan batu andesit. Diperkirakan, lubang sumuran lebih dalam dari yang terkuak saat ini.
Situs Pendem diduga tidak berdiri sendiri, tetapi ada kompleks dan bangunan suci di dalamnya.
”Bagian sisanya masih terpendam. Penggalian dihentikan pada kedalaman 1,2 meter di hari terakhir ekskavasi,” kata Wicaksono yang mengaku dalam waktu dekat akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah soal ekskavasi lanjutan.
Temuan arca Siwa dan situs Pendem memperkuat hipotesis bahwa kawasan Batu merupakan cikal bakal perpindahan pusat kekuasaan Mpu Sindok semasa Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada abad X. Situs Pendem diduga tidak berdiri sendiri, tetapi ada kompleks dan bangunan suci di dalamnya.
Berdasarkan isi Prasasti Sangguran (982 M) yang ditemukan di wilayah Ngadat, Junrejo, disinggung sebuah candi di daerah Mananjung. Selama ini, para ahli mengasosiasikan candi yang dimaksud adalah Songgoriti di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, di sisi barat Kota Batu.

Arca Siwa yang ditemukan warga
Perpindahan kekuasaan
Prasasti Sangguran dibuat untuk menghormati kelompok pembuat senjata dan perlengkapan pertanian atau pande logam di daerah Junrejo. Gubernur Hindia Belanda T Stamford Raffles yang mendapatkan prasasti itu dari Kolonel Colin Mackenzie kemudian menghadiahkannya kepada Lord Minto, mantan Gubernur Hindia Belanda. Prasasti itu sampai kini masih ada di Inggris.
”Kenapa (situs) ini penting? Dari tafsir sosio-sejarah pada masa Mpu Sindok terjadi perebutan kekuasaan. Mpu Sindok menantu Dyah Wawa (raja terakhir Medang Jawa Tengah). Sedangkan ada anak Wawa yang ingin jadi raja. Mengapa Mpu Sindok memindahkan kerajaan yang sudah mapan ke Jawa Timur?” ujar Wicaksono.
Menurut dia, ada versi sejarah yang menyebutkan perpindahan itu karena letusan Gunung Merapi. Namun, ada interpretasi lain, perpindahan merupakan bagian dari politik Mpu Sindok membentuk kekuasaan baru di Jawa Timur untuk menaklukkan kekuasaan di Jawa Tengah. ”Nah, ini cikal bakalnya di Batu,” katanya.
Sejarawan Universitas Negeri Malang, M Dwi Cahyono, menyatakan, jika Pendem merupakan reruntuhan candi, punya nilai penting bagi kesejarahan Kota Batu. Alasannya, Prasasti Sanguran—yang bisa dianggap sebagai sumber data tekstual ”tertua”—bisa dimaknai sebagai penanda tentang awal mula sejarah Batu.
”Apabila benar bahwa candi di Pendem adalah bangunan suci di Mananjung, reruntuhan candi di Desa Pendem boleh dikatakan sebagai penanda tentang mula sejarah daerah Batu. Jadi, penemuan candi di Pendem bukan saja menambah khazanah percandian bagi daerah Batu, tetapi lebih dari itu, yakni penanda (artefak) tentang dimulainya sejarah daerah Batu,” katanya.
Yang juga menarik, menurut Dwi Cahyono, candi di Pendem belum disinggung dalam catatan peninggalan purbakala Indonesia pada masa Hindia Belanda, yaitu Rapporten Oudheidkundige Commissie op Java en Madoera pada awal 1900 dan Oudheidkundige Verslag pada 1920. Laporan itu hanya menyinggung yoni dan nandi yang ada saat ini.
Dari sumber sejarah yang lain, seorang warga Belanda, yiatu JJ Van Sevenhoven, menjelajah Malang pada 1812. Saat itu, Ia melintasi kebun kopi di Dinoyo lalu ke Sengkaling, lalu menyeberang Sungai Brantas dan menjumpai candi. Namun, Sevenhoven tidak menyebutkan nama candi yang dimaksud.
Berdasarkan sumber sejarah dan bukti arkeologis, candi di Pendem diperkirakan masih berdiri hingga tahun 1812. Namun, pada 1900 candi ini sudah tidak ditemukan. Kemungkinan sengaja ditimbun dengan batu andesit antara tahun 1812-1900. Temuan koin bertuliskan Nederland Indie 1825, koin Java 1810, dan pecahan tutup botol saat ekskavasi memperkuat dugaan itu.

Kompleks permukiman
Bergeser sekitar 20 kilometer ke sisi timur, ada Situs Sekaran yang berada di tepi Jalan Tol Pandaan-Malang Seksi 5. Situs yang berada di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, ini ditemukan Maret 2019 saat pengerjaan tol.
Sekaran diperkirakan merupakan kompleks permukiman pada masa Kerajaan Singosari abad ke-13. Situs ini terbuat dari batu bata dengan dimensi 38 cm x 25 cm x 8 cm, 35 cm x 20 cm x 7 cm, dan 32 cm x 23 cm x 6 cm. Ukurannya lebih bervariasi ketimbang Situs Pendem dan lebih besar dari batu bata di Trowulan, Mojokerto, yang rata-rata memiliki dimensi panjang 30-32 cm, lebar 6-7 cm, dan tinggi 18-23 cm.
Adapun luas area yang telah diekskavasi mencapai 850 meter persegi. Kesamaan lainnya dengan situs Pendem—selain terbuat dari batu bata—keduanya berada di tepi area makam desa dan tepi sungai. Jika Pendem terletak di tepi Sungai Brantas, Sekaran berada di tepi Sungai Amprong.
Menurut Dwi Cahyono, Sekaran merupakan permukiman kuno. Pada abad X, subarea timur Malang merupakan daerah pemerintahan setingkat watak dengan kepala pemerintahan bergelar rakai, yakni Rakai Tugaran. Adapun pada abad ke-14, di sekitar daerah itu merupakan kerajaan bawahan (vasal) dari Majapahit dengan pimpinan Kusumawardhani (Bhre Kabalan) yang tiada lain anak dari Hayam Wuruk, Raja Majapahit.

Struktur batu bata Situs Sekaran, di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, berlumut setelah diguyur hujan sepanjang musim hujan kali ini, sebagaimana terlihat, Minggu (9/2/2020). Di dekatnya, membentang jalan tol Pandaan-Malang Seksi 5 yang hampir rampung pengerjaannya.
Terlepas dari perdebatan siapa penghuni dan dari masa mana, temuan Situs Sekaran juga memberikan tambahan perspektif baru soal kesejarahan di Malang Raya. Hal ini karena temuan akan kompleks permukiman masih cukup jarang. Temuan lebih banyak candi, arca, petirtaan, dan artefak.
Kepala Seksi Museum Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Anwar Supriyadi mengatakan, temuan situs purbakala di wilayahnya cukup banyak. Ada yang sifatnya besar, tetapi tidak sedikit pula yang ukurannya kecil-kecil.
Menurut Anwar, sejauh ini sudah ada 17 situs yang dikelola oleh BPCB di Kabupaten Malang. ”Di luar itu jumlahnya masih banyak lagi situs yang ditemukan masyarakat dan belum tersentuh, seperti lingga dan yoni yang biasanya diamankan sendiri oleh warga,” katanya.
Oleh sebab itu, tak mengherankan jika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Kerja (2014-2019) Muhadjir Effendy, saat meninjau Sekaran, April 2019, mengatakan, Sekaran bisa menjadi referensi baru dalam pendidikan sejarah. Hal ini bisa mengubah berbagai teori yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Malang dan sekitarnya.
Kajian perlu terus dilakukan untuk menguak tabir kesejarahan situs Pendem dan Sekaran.