100 Lebih Tenaga Kesehatan di Surakarta Terpapar Covid-19, Layanan Bisa Terganggu
Lebih dari 100 tenaga kesehatan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terpapar Covid-19. Diduga, paparan terjadi sewaktu memberikan pelayanan, mengingat kasus Covid-19 juga tengah meningkat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Lebih dari 100 tenaga kesehatan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terpapar Covid-19. Diduga, paparan terjadi sewaktu mereka memberikan pelayanan di tengah peningkatan kasus Covid-19. Kondisi tersebut berpotensi mengganggu layanan kesehatan di kota itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menyampaikan, tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 ditemukan pada 15 puskesmas dan 4 rumah sakit. Jumlah kasusnya lebih dari 100 orang.
”Yang jelas ada 15 puskesmas dari 17 puskesmas di Kota Surakarta. Untuk rumah sakit, yang melaporkan ke kami ada empat rumah sakit. Ada juga beberapa tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Jumlah tenaga kesehatan yang terpapar tambah banyak,” ucap Wahyuningsih di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022).
Wahyuningsih menyatakan, paparan Covid-19 pada tenaga kesehatan tak terelakkan. Pasalnya, sehari-hari mereka beraktivitas di zona merah penularan Covid-19. Di sisi lain, tren penularan juga tengah meningkat. Penambahan harian berkisar 200–300 kasus per hari. Hingga 22 Februari 2022, tercatat kasus aktif mencapai 3.294 kasus. Untuk itu, risiko tertular juga semakin tinggi.
Lebih lanjut, Wahyuningsih menyampaikan, beban tenaga kesehatan juga cukup besar. Terlebih lagi yang berada di tingkat puskesmas. Dalam penanganan Covid-19, para tenaga kesehatan tersebut bertugas untuk melakukan penelusuran kontak erat, mengantarkan pasien terkonfirmasi positif ke tempat isolasi terpusat, hingga memantau warga yang menjalani isolasi mandiri. Belum lagi pekerjaan semacam vaksinasi Covid-19 dan pelayanan umum juga masih berjalan.
”Tenaga kesehatan sekarang banyak yang overload pekerjaannya. Menurut jam kerja, seharusnya mereka bekerja pukul 07.00-14.00. Tetapi, begitu ada notifikasi penambahan kasus, yang biasanya diumumkan pukul 14.00, mereka harus melakukan tracing, sampai mengantarkan pasien yang isolasi. Di rumah, mereka juga terkadang masih dapat laporan penambahan kasus,” jelas Wahyuningsih.
Wahyuningsih menjelaskan, banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 dapat mengganggu pelayanan kesehatan yang diberikan di daerah tersebut. Ini terbukti dari adanya puskesmas pembantu yang terpaksa ditutup karena kekurangan tenaga. Ada juga puskesmas yang minta izin untuk menghentikan sementara layanan vaksinasinya sementara akibat keterbatasan jumlah petugas.
Gangguan pelayanan tersebut dapat dipahami. Wahyuningsih menjelaskan, misalnya, dalam satu puskesmas, setidaknya ada empat hingga lima orang yang tenaga kesehatannya terpapar Covid-19. Bahkan, terdapat satu puskesmas yang tenaga kesehatannya berkurang hingga 15 orang akibat tertular Covid-19.
”Padahal, puskesmas kecil hanya punya tenaga kesehatan sebanyak 25 orang. Untuk puskesmas besar yang melayani rawat inap, jumlah tenaga kesehatannya 40 orang. Ini membuat pelayanan kurang maksimal karena terbatasnya jumlah tenaga,” kata Wahyuningsih.
Seiring penambahan kasus dari lingkup tenaga kesehatan, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta Nico Agus Putranto mengungkapkan, pihaknya berencana menyiapkan tempat isolasi terpusat bagi para tenaga kesehatan. Tempatnya masih dicari, tetapi kemungkinan berupa hotel atau losmen. Tempat itu dipilih mempertimbangkan besarnya peran tenaga kesehatan dalam penanganan Covid-19.
”Kapasitas tempat tidur yang kami siapkan, hasil dari koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, paling tidak 20–30 tempat tidur. Satu lokasi dulu, menurut rencana. Ini masih survei-survei dan akan berkomunikasi dengan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia,” kata Nico.
Hingga saat ini, tempat isolasi terpusat yang sudah tersedia ialah Ndalem Priyosuhartan dan Graha Wisata. Ndalem Priyosuhartan berkapasitas 41 orang, sedangkan Graha Wisata 80 orang. Kedua tempat tersebut masing-masing sudah terisi 14 orang. Tempat isolasi terpusat diperuntukkan bagi warga terkonfirmasi positif yang tidak bisa menjalankan isolasi mandiri di rumahnya.
Nico menambahkan, ada satu tempat isolasi terpusat lain yang juga sudah dipastikan siap ditempati, yakni Rumah Sakit Lapangan Covid-19 Benteng Vastenburg. Kapasitasnya mencapai 80 orang. Sebenarnya, tempat tersebut disiapkan lebih awal daripada Graha Wisata. Namun, penggunaannya ditunda karena ditemukan sejumlah ular di lokasi tersebut.
”Ular sudah dibersihkan. Kemarin sudah dicek kesiapannya, semuanya sudah siap digunakan. Bisa ditempati sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Tetapi, sekarang dioptimalkan di Ndalem Priyosuhartan dan Graha Wisata terlebih dahulu,” kata Nico.
Saat ini, sebagian besar warga terkonfirmasi positif Covid-19 lebih memilih menjalani isolasi mandiri. Dari 3.294 kasus aktif, 3.197 orang menjalani isolasi mandiri.