Pembelajaran Daring di Kupang Masih Dihadapkan Beragam Masalah
Kota Kupang kembali ke sistem pembelajaran secara daring menyusul meningkatnya kasus Covid-19 di masyarakat. Belajar daring dimulai pada 22 Februari-22 Maret 2022.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Masalah keterbatasan kepemilikan telepon seluler dan kuota internet kembali menjadi masalah dalam kegiatan belajar-mengajar selama pandemi di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kondisi ini tetap minim solusi meski Covid-19 sudah melanda dua tahun terakhir.
Sebelumnya, pembelajaran tatap muka di PAUD hingga SMP di Kupang dihentikan sementara seiring tingginya kasus baru Covid-19. Berdasarkan surat edaran dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, pembelajaran tatap muka akan dihentikan mulai 22 Februari hingga 22 Maret 2022.”Jika sebelum 22 Maret kasus Covid-19 di Kupang menurun, pembelajaran tatap mukabisa kembali digelar di sekolah-sekolah,” ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Dumuliahi Djami, Selasa (22/2/2022).
Hingga 21 Februari, terdata 893 kasus aktif Covid-19 di Kupang atau meningkat 107 kasus dibandingkan sehari sebelumnya. Kasus itu tersebar di 49 kelurahan. Kasus terbanyak di Kelurahan Kelapa Lima dengan 58 kasus, Liliba (53), dan Kelurahan Oebobo (45).Baca juga : Perang Sunyi Anak Muda di Medan Peperangan Covid-19 di Kota Kupang
Dalam surat edaran itu, guru yang tidak memiliki jaringan Wi-Fi, telepon pintar, dan kuota internet tetap harus melakukan pembelajaran daring di sekolah. Siswa juga wajib mengikutinya karena semua tugas diberikan secara daring.
Maria Klau (54) orangtua siswa di Kelurahan Liliba, Kota Kupang, mengatakan kembali berhadapan dengan persoalan keterbatasan akses pembelajaran daring. Dia hanya memiliki satu telepon pintar. Padahal, dua anaknya mesti belajar dalam waktu bersamaan.
”Kalau keduanya belajar pada jam yang sama, terpaksa satu anak harus mengalah, tidak ikut belajar daring,” kata Klau.
Oleh karena itu, ia berharap sekolah memiliki solusi. Salah satu contohnya, mengambil materi sekolah untuk dipelajari di rumah. Dengan begitu, siswa bisa tetap belajar di tengah keterbatasan telepon pintar.
”Selain itu, jaringan internet juga kerap terganggu. Listriknya sering padam. Hujan deras juga sehingga sulit mendengar suara guru dalam jaringan,” ujarnya.
Kepala SMPN 11 Naimata, Kota Kupang, Warmansah mengatakan, orangtua atau siswa sendiri menanggung paket data internet selama belajar daring. Keputusan pembelajaran daring ini berlangsung mendadak sehingga bantuan kuota internet untuk siswa belum bisa diberikan. Pencairan dana bantuan operasional sekolah untuk kuota internet siswa pun butuh proses.
”Sekarang tidak ada sistem kumpul siswa di satu titik untuk mengikuti pembelajaran daring. Orangtua tidak setuju karena berisiko menularkan Covid-19,” katanya.
Jumlah siswa SMPN 11 Kota Kupang 956 siswa. Selama masa pembelajaran tatap muka, diterapkan sistem 50 persen kehadiran siswa di sekolah. Satu rombongan belajar di sekolah itu sebanyak 28-32 siswa.