Pemkab Purworejo Komitmen Pulihkan Harmoni di Desa Wadas
Pemkab Purworejo akan berupaya memulihkan harmoni di antara warga Desa Wadas yang belakangan terkoyak akibat perbedaan pendapat terkait penambangan batu andesit. Salah satunya dengan menggelar kegiatan-kegiatan bersama.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
PURWOREJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, terus berupaya memulihkan keguyuban dan kondusivitas di Desa Wadas, Kecamatan Bener, yang terkoyak akibat rencana penambangan batu andesit untuk kepentingan pembangunan Bendungan Bener. Kegiatan-kegiatan” desa akan kembali diintensifkan dan diharapkan memberikan ruang interaksi bagi warga yang pro ataupun kontra penambangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Purworejo, Said Romadhon, mengatakan, pihaknya akan berupaya kembali memulihkan situasi guyub rukun warga, dengan menggencarkan kegiatan-kegiatan di desa. ”Kami akan berupaya menggelar banyak kegiatan yang mungkin nantinya secara tidak langsung akan bisa ’memaksa’ semua warga terlibat dan berinteraksi bersama sehingga tidak lagi memikirkan perbedaan pendapat terkait penambangan,” katanya, Jumat (11/2/2022).
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud antara lain penyaluran bantuan, pengasapan untuk pemberantasan sarang nyamuk, dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, Said mengatakan, pihaknya juga akan melibatkan bantuan tokoh-tokoh netral, seperti tokoh agama, untuk membantu menenangkan perasaan dan memulihkan harmoni warga.
Masalah rencana penambangan dan pembangunan Bendungan Bener, menurut dia, sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Namun, Pemerintah Kabupaten Purworejo tetap bertanggung jawab kembali memulihkan situasi warga yang belakangan memanas.
Situasi permusuhan, menurut Said, tidak bisa dibiarkan karena akan menghambat pembangunan di desa. Kondisi ini bahkan kemungkinan juga bisa menganggu pembangunan di lingkup kecamatan ataupun Kabupaten Purworejo.
Adapun setelah kegiatan pengukuran sebagian lahan bakal lokasi tambang batu andesit di Desa Wadas selesai dilakukan, Kamis (10/2/2022), ketegangan di antara warga dikhawatirkan kembali memanas. Warga yang mendukung penambangan mulai takut penuntasan pengukuran di lahan mereka akan menuai reaksi keras dari warga kontra penambangan.
”Setelah pengukuran selesai, bisa jadi kelompok kontra akan semakin marah, dan kian menampakkan aksi memusuhi. Bisa jadi mereka akan membuat aksi yang meresahkan serta menganggu kehidupan kami di desa,” ujar Ifan (33), salah seorang yang pro rencana penambangan.
Kami akan berupaya menggelar banyak kegiatan yang mungkin nantinya secara tidak langsung akan bisa ’memaksa’ semua warga terlibat dan berinteraksi bersama sehingga tidak lagi memikirkan perbedaan pendapat terkait penambangan. (Said Romadhon)
Seperti sempat diberitakan sebelumnya, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Purworejo telah menyelesaikan pengukuran di 346 bidang tanah yang telah disetujui dijual oleh pemiliknya. Pengukuran lahan tersebut dilakukan sejak Selasa (8/2/2022) hingga Kamis (10/2/2022). Adapun lahan penambangan tersebut akan dibangun untuk menyuplai material batu andesit guna pembangunan Bendungan Bener, yang termasuk proyek strategis nasional.
Mulai cemas
Kecemasan Ifan pun semakin bertambah karena warga kontra penambangan yang sebelumnya terkesan bersembunyi dan tidak tampak berlalu lalang di desa, pada Jumat (11/2/2022), mulai terlihat beraktivitas di jalan-jalan kampung. Sebagian kelompok warga kontra, juga dilihatnya bergerombol memenuhi posko-posko yang dibangun kelompok-kelompok tersebut di tepi jalan desa.
Keberadaan kelompok ini, menurut Ifan, mulai terlihat ramai. Sementara di sisi lain, jumlah polisi yang berjaga kian menyusut. Jika sebelumnya, pada Kamis (10/2/2022), terlihat masih ada lebih dari 50 orang, pada Jumat (11/2/2022), tinggal tersisa kurang dari 20 orang saja.
Saat melintasi kampung, Ifan mengaku sempat berpapasan dengan beberapa warga kontra, dan mereka tampak menunjukkan tatapan tidak senang terhadap dirinya. ”Dari tatapannya saja, saya tahu mereka menunjukkan sinyal permusuhan,” ujarnya.
Menyikapi kondisi tersebut, Ifan memutuskan akan mengurangi aktivitas bepergian. Jika terpaksa keluar rumah, ia akan menghindari dusun-dusun yang didominasi kelompok kontra penambangan.
Wahidin (62), warga pro rencana penambangan lainnya, mengaku mulai mengkhawatirkan akan ada aksi yang dilakukan kelompok kontra penambangan kepada warga yang telah menyetujui menjual tanahnya untuk penambangan. Sebelum ada pengukuran lahan, warga kontra sudah menunjukkan aksi permusuhan dan mengucilkan warga pro penambangan seperti dirinya.
Wahidin juga memiliki sejumlah tetangga yang berasal dari kelompok kontra. Selama ini, mereka terlihat tidak mengacuhkan dirinya. ”Demi menghindari bertemu dengan saya, salah satu tetangga bahkan ada yang keluar rumah tidak melalui pintu depan, tetapi justru lewat kebun di belakang rumah,” ujarnya.
Di sisi lain, Hamidah (40), salah seorang warga kontra penambangan, mengaku tidak pernah bermasalah dengan warga yang mendukung. ”Saya tetap berusaha bersikap baik, tetap datang ke acara-acara hajatan dan bertemu dengan warga pro. Namun, merekalah yang sebaliknya, bersikap tidak mengacuhkan saya,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Purworejo, Said Romadhon, mengatakan, pihaknya akan berupaya kembali memulihkan situasi guyub rukun warga, dengan menggencarkan kegiatan-kegiatan di desa. ”Kami akan berupaya menggelar banyak kegiatan yang mungkin nantinya secara tidak langsung akan bisa ’memaksa’ semua warga terlibat, berinteraksi bersama, dan tidak lagi memikirkan perbedaan pendapat terkait penambangan,” ujarnya.