Kasus Berlipat Ganda di Sulut, Kapasitas Rumah Sakit Belum Ditambah
Tingkat keterisian rumah sakit atau BOR di Sulawesi Utara terus merangkak naik seiring lonjakan kasus Covid-19. Pemerintah kabupaten dan kota telah diminta meningkatkan kapasitas rumah sakit, tetapi belum direalisasikan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Tingkat keterisian rumah sakit atau BOR di Sulawesi Utara terus merangkak naik seiring lonjakan kasus Covid-19. Pemerintah kabupaten dan kota telah diminta meningkatkan kapasitas rumah sakit rujukan, tetapi belum direalisasikan.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sulut, Jumat (11/2/2022) pagi, menunjukkan BOR ruang isolasi biasa di 52 rumah sakit rujukan di 15 kabupaten/kota mencapai 11,55 persen, meningkat hampir dua kali lipat dari 5,86 persen pekan lalu. BOR instalasi gawat darurat (IGD) pun mencapai 4,35 persen, meningkat dari 0,72 persen dalam rentang tujuh hari.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulut dr Lidya Tulus mengatakan, pemprov telah meminta 52 rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 untuk meningkatkan jumlah tempat tidur isolasi Covid-19 hingga 20 persen dari total tempat tidur di RS. ”Sesuai surat edaran gubernur, kami sudah koordinasi dengan bupati dan wali kota untuk memastikan pelaksanaannya,” katanya.
Kendati begitu, hingga kini, kapasitas total tempat tidur ruang isolasi di 52 RS rujukan masih sama dengan yang disediakan ketika menghadapi gelombang varian Delta, yaitu 1.759 tempat tidur di ruang isolasi biasa dan 138 untuk ruang isolasi IGD. Kepala Seksi Pelayanan Rujukan Dinkes Sulut dr Harto Linelajan mengatakan, jumlah ini masih memadai saat ini.
Dinkes Sulut pun mengingatkan manajemen RS rujukan untuk waspada dan segera meningkatkan kapasitas sesuai arahan gubernur jika BOR ruang isolasi biasa mencapai 30 persen dan ruang isolasi IGD 5 persen. ”Jumlah ini masih bisa mengakomodasi pasien ketika gelombang Delta. Tetapi, Omicron, kan, lebih cepat penjangkitannya,” kata Harto.
Kini, keadaan di rumah sakit memang masih jauh dari penuh. Menurut data per Rabu (9/2), di RSUP Prof dr RD Kandou Manado, misalnya, merawat 13 pasien positif Covid-19 dan enam suspek. Di RS Bhayangkara Manado, ada 17 pasien terkonfirmasi positif dan 3 pasien probable. Adapun sebanyak 152 orang hanya perlu isolasi mandiri di fasilitas pemerintah.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey juga telah meminta setiap kabupaten/kota untuk menyiapkan fasilitas isolasi terpusat dengan kapasitas antara 100 dan 200 orang. Pemprov Sulut sendiri telah menyediakan gedung Balai Pelatihan Sumber Daya Manusia (BPSDM) di Minahasa Utara serta Balai Pelatihan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan di Manado.
Pada saat yang sama, kasus terus melonjak dan berlipat ganda dalam hitungan hari. Pada Selasa (8/2), ditemukan 130 kasus baru di Sulut, melonjak tiga kali lipat dari 44 kasus sehari sebelumnya. Jumlah kasus baru berganda pada Rabu (10/2) menjadi 260. Laju penularan yang cepat ini diduga dipicu varian Omicron.
Selama 4-10 Februari, terdeteksi 805 kasus Covid-19 atau 115 kasus per hari. Sepekan sebelumnya, 28 Januari hingga 3 Februari, hanya ditemukan 165 kasus atau 23,57 kasus setiap hari. Artinya, jumlah kasus meroket hingga lima kali lipat. Kini, ada 962 kasus yang masih aktif.
Epidemiolog Universitas Negeri Manado (Unima), Jonesius Eden Manoppo, pun mendorong pemprov untuk juga memperketat keleluasaan masyarakat dalam beraktivitas demi menekan risiko penularan. Pembelajaran tatap muka di sekolah ia khawatirkan membuat semakin banyak anak tertular Covid-19, dan kemudian menularkan ke orang dewasa.
Terbukti, orang-orang yang sudah divaksin mengalami gejala yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan yang belum divaksin.
Ia juga mendorong pemerintah untuk mempercepat vaksinasi. Setelah setahun berlangsung, vaksin dosis pertama telah diterima 75,73 persen dari target sebanyak 2,31 juta orang. Adapun vaksin dosis kedua telah diberikan kepada 50,01 persen dari total sasaran.
“Vaksinasi perlu digencarkan. Terbukti, orang-orang yang sudah divaksin mengalami gejala yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan yang belum divaksin. Pemerintah perlu ‘memburu’ orang-orang yang belum dapat dosis satu dan dua. Buka gerai-gerai juga untuk warga yang sudah bisa terima booster (dosis penguat),” ujar Jonesius.
Dalam kunjungan kerja ke Manado, Rabu lalu, Ketua DPR Puan Maharani sempat meninjau vaksinasi di Kantor Gubernur Sulut. Vaksin diberikan kepada anak kelompok usia 6-11 tahun dan 12-17 tahun serta umum. ”Saya lihat ini perkembangan yang baik. Vaksinasi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah,” katanya.
Ia pun mengingatkan agar masyarakat mewaspadai puncak penyebaran varian Omicron yang diprediksi terjadi pada pekan kedua atau ketiga Februari. Pemerintah daerah perlu terus mengingatkan warga untuk menaati protokol kesehatan dan segera mengikuti vaksinasi. Untuk sementara, lanjut Puan, pengenaan sanksi atau cara represif untuk menegakkan protokol kesehatan belum diperlukan.