Ratusan dokter residen di sejumlah daerah terpapar Covid-19 di tengah melonjaknya kasus dalam beberapa minggu terakhir. Jam kerja dan waktu pembelajaran mereka perlu diatur ulang.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 521 dokter residen di 18 daerah saat ini terkonfirmasi positif Covid-19. Banyaknya tenaga kesehatan yang tertular Covid-19 mulai mengganggu pelayanan kesehatan, apalagi saat ini jumlah pasien Covid-19 terus meningkat.
Tingginya penularan di kalangan dokter residen atau dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) ini disampaikan Koordinator Bantuan Residen Tim Mitigasi Dokter Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Jagaddhito Probokusumo secara daring, Rabu (9/2/2022). ”Jumlah yang positif Covid-19 sekarang adalah 521 dari 13.631 total PPDS atau 3,8 persen,” katanya.
Jumlah doker PPDS yang positif Covid-19 ini tersebar di sejumlah daerah, 175 orang di antaranya berada di Jakarta. Sisanya, sebanyak 92 orang ada di Bali, 37 orang di Semarang, 34 orang di Surabaya, 32 orang di Malang, 29 orang di Solo, 27 orang di Bandung, 24 orang di Makassar, 17 orang di Banjarmasin, 13 orang di Yogyakarta, 11 orang di Manado, 10 orang di Palembang, 9 orang di Padang, 7 orang di Medan, dan 4 orang di Aceh.
Menurut Jagaddhito, mayoritas dokter residen yang tertular Covid-19 tersebut bergejala ringan dan sejauh ini belum ada yang perlu perawatan intensif. ”Residen merupakan ujung tombak di rumah sakit tipe A (rujukan utama) sehingga memiliki peran vital, terutama fungsi pelayanan di era pandemi ini. Meningkatnya kasus residen positif perlu jadi perhatian serius,” katanya.
Menurut Jagaddhito, untuk menghindari risiko penularan lebih lanjut, dokter residen harus meningkatkan kepatuhan protokol kesehatan. ”Tidak boleh lengah dalam menjalankan protokol kesehatan karena kita bisa terkena di mana saja. Di dalam atau di luar rumah sakit, katanya.
Jagaddhito juga mengingatkan, viral load dari varian Omciron juga sangat besar sehingga paparannya bisa lebih besar dan risiko penularan lebih tinggi. ”Terkait perlindungan, pemerintah sudah melakukan hal yang baik untuk melindungi para tenaga kesehatan dengan mem-booster mereka,” katanya.
Meski demikian, menurut Jagaddhito, perlu dilakukan tes usap secara berkala bagi dokter residen, terutama jika bergejala dan memiliki kontak erat. Hal ini diharapkan bisa mempercepat penanganan dini dan mencegah penularan lebih lanjut.
Selain itu, diperlukan pengaturan batas waktu jam kerja dan waktu istirahat bagi para residen. ”Residen selain bertugas di pelayanan, juga di pendidikan. Sebaiknya ada aturan dari Kemendikbud mengenai pembelajaran via daring selama pandemi masih berada di puncaknya, termasuk jam kerja dan waktu pergantian jaga serta jam istirahat,” katanya.
Jagaddhito juga mengusulkan insentif untuk residen dilanjutkan. ”Insentif ini bisa digunakan untuk proteksi diri, alat perlindungan diri, swab dan nutrisi, serta vitamin untuk residen,” katanya.
Seorang dokter emergensi di Jakarta, Tri Maharani, menambahkan, banyaknya tenaga keseahatan yang tertular mulai mengganggu pelayanan di rumah sakit. Padahal, saat ini jumlah pasien terus bertambah. ”Pelayanan pasti terganggu. Beberapa rumah sakit di Jakarta dan Banten sudah penuh fasilitas IGD-nya sehingga mulai membatasi jumlah pasien,” katanya.
Laporan Kementerian Kesehatan menunjukkan, jumlah kasus harian Covid-19 per Rabu (8/2/2022) mencapai 46.843. Jumlah ini merupakan yang tertinggi selama gelombang Omicron. Jumlah kasus aktif bertambah 32.762 sehingga total kasus aktif sebanyak 265.824 kasus. Sementara korban jiwa bertambah 65 orang.