Pers dan Kendari Beradaptasi dengan Situasi Pandemi
Pelaksanaan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 dilakukan secara hibrida di tengah merebaknya kasus Omicron di Tanah Air. Situasi ini kian menyadarkan betapa digitalisasi tak bisa dipisahkan dalam berbagai sektor kehidupan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN, SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, sesungguhnya sejak jauh hari sudah berbenah menyambut perhelatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022. Warga, pengelola berbagai sektor usaha, dan pemerintah sudah mempersiapkan diri, terlebih dengan rencana Presiden Joko Widodo yang awalnya dijadwalkan menghadiri puncak acara pada 9 Februari. Namun, lonjakan kasus Covid-19, terutama varian Omicron, membuat banyak hal berubah.
Tak hanya Presiden yang membatalkan kehadiran di Kendari dan menggantinya dengan virtual, acara yang semula dirancang dengan konsep tatap muka penuh juga berubah seketika. Kombinasi daring dan luring alias hibrida akhirnya digunakan untuk beberapa acara, seperti seminar.
Ini salah satunya diberlakukan saat acara Konvensi Nasional Media Massa, Senin (7/2/2022). Wakil Presiden Ma’ruf Amin membuka acara secara virtual. Menteri BUMN Erick Tohir yang menjadi pembicara juga hadir secara virtual. Bahkan, peserta yang mengikuti acara secara daring tampak lebih banyak ketimbang yang hadir langsung di ruangan. Meski begitu, acara tetap berjalan lancar dengan konsep hibrida ini.
Dalam sambutannya, Wapres mengatakan, digitalisasi memang tak bisa dihindarkan. Semua sektor kehidupan, usaha, pendidikan, terlebih di tengah pandemi, tak bisa lagi dipisahkan dari dunia digital.
”Saat ini, digitalisasi memberi dampak bagi hampir semua sektor kehidupan. Sektor perdagangan, pendidian, perbankan, pelayanan publik, dan lainnya. Bahkan, digitalisasi sudah masuk dalam sistem pembayaran. Tidak berlebihan jika disebut digitalisasi memberi pengaruh dalam ranah privat, publik, dan sosial,” katanya.
Jika seminar di hotel dan pameran masih tetap berlangsung dan tak berkurang maknanya dengan model hibrida, tentu berbeda dengan pengelola hotel yang hanya bergantung pada penjualan kamar. Batalnya kedatangan Presiden dan rombongan serta peserta dari berbagai daerah berimbas pada mereka.
Ni Luh Nita Budi Astuti, General Manager Hotel Venus, adalah salah satu yang ikut kecewa. Sejumlah kamar di Hotel Venus dibatalkan pemesan sepanjang Minggu-Senin (6-7/2/2022). ”Kecewa tentu ada. Kamar-kamar saya tahan karena sudah dipesan sejak jauh hari. Dipesannya rata-rata untuk 3-4 hari. Lalu, di menit-menit terakhir dibatalkan. Tapi, mau bagaimana lagi, kondisinya tak bisa dihindarkan,” katanya.
Nita mengatakan, persiapan terutama protokol kesehatan sudah dilakukan jauh hari untuk momentum HPN ini. Di luar soal protokol kesehatan, pihak hotel bahkan juga membuat seragam baru untuk karyawan, berbahan kain motif tenun Sultra, untuk mempromosikan daerah.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Sulawesi Tenggara Nur Endang Abbas, yang juga Ketua Panitia Lokal HPN 2022, menyampaikan, persiapan sejauh ini telah matang. Terkait protokol kesehatan, sejumlah kegiatan telah disesuaikan untuk menghindari kerumunan. Agenda pelepasan anoa di Taman Nasional Rawa Aopa juga dijadwalkan ulang setelah pandemi Covid-19 mereda.
Bahkan, untuk mempertebal antisipasi Covid-19, panitia HPN telah membuat protokol tes antigen bagi semua peserta. Semua orang yang hadir di lokasi acara diwajibkan tes antigen ulang agar menghindari penularan kasus.
”Kami juga sudah siapkan tempat isolasi dan antisipasi jika kasus melonjak. Yang jelas, acara akan tetap berlangsung, tapi dengan berbagai perubahan agar tidak terjadi penyebaran Covid-19,” tambah Endang.
Bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kota Kendari, perhelatan nasional di awal tahun ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi sekaligus promosi daerah. Kota berpenduduk 345.000 jiwa ini adalah kota perdagangan dan jasa.
Kami tentu berharap mata orang akan melihat Sultra, khususnya Kendari.
Tak heran, sejumlah seminar yang mengusung tema pariwisata, sumber daya alam, dan potensi ekonomi digelar. Pameran yang melibatkan usaha kecil dari seluruh kabupaten/kota di Sultra juga disiapkan. Hotel dan rumah makan termasuk yang berbenah, bahkan sejak hampir setahun terakhir.
Suasana di sekitar Teluk Kendari, daya tarik utama pariwisata kota sekaligus lokasi banyak hotel dan tempat makan, dipoles. Begitu pula lokasi puncak acara di monumen ex-MTQ, di pusat kota, yang menjadi landmark sekaligus ruang publik terbesar di kota itu.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sultra Eko Dwisasono mengatakan, perhelatan nasional pertama di tahun ini adalah pertaruhan untuk menunjukkan kesiapan Kendari menjadi tuan rumah di tengah pandemi.
”Kami tentu berharap mata orang akan melihat Sultra, khususnya Kendari. Kami ingin mempromosikan banyak hal di daerah ini, termasuk pariwisata dan kekayaan sumber daya alam. Harapannya ini menjadi momen kebangkitan,” katanya.
Eko mengatakan, selama dua tahun pandemi, hotel-hotel di Sultra terpuruk. Seiring kondisi yang sempat melandai, beberapa acara nasional sudah mulai digelar di Kendari tahun lalu, seolah menjadi titik terang. Harapan menjadi lebih besar saat HPN, yang juga sudah tertunda pelaksanaannya di Kendari pada 2021 karena pandemi, akhirnya jadi digelar.
”Bagi kami, ini menjadi momen besar, terlebih dengan kehadiran Presiden. Tapi, kami tentu bisa memaklumi jika akhirnya kehadiran Presiden dan rombongan batal,” katanya.
Walau ada kekecewaan, Eko mengatakan, perhelatan yang tetap dilaksanakan walaupun secara hibrida tetap menjadi berkah. Sebagian besar tamu juga tetap datang. Pertaruhan kini bukan lagi sekadar mampu atau tidak menjadi tuan rumah, tapi menjaga acara selesai tanpa meninggalkan peningkatan kasus Covid-19.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, berpendapat, dengan berbagai kegiatan yang berlangsung di Kendari, tentu akan baik secara ekonomi. Perputaran dana di masyarakat semakin besar dan menyentuh banyak lapisan, mulai dari perhotelan hingga pedagang di tingkat bawah.
Hanya saja, di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi, kegiatan yang berlangsung perlu dipantau ketat. Terlebih lagi kegiatan yang mendatangkan ribuan orang dari luar Sultra sangat berpotensi menjadi pembawa virus dan menyebarkannya ke orang lain.
Antisipasi bisa dilakukan dengan tes PCR bagi para pendatang, baik setibanya di bandara maupun di hotel tempat menginap. Sebab, bisa saja para pendatang ini negatif Covid-19 saat melakukan tes di daerah asal karena virusnya sedang dalam masa inkubasi.
”Mau tidak mau harus dilakukan karena daerah ini pernah punya pengalaman lonjakan kasus yang tidak sedikit, dengan kasus kematian yang tinggi pertengahan 2021. Lonjakan kasus terjadi dua pekan setelah kegiatan berlangsung. Jangan kasus tinggi, baru kemudian panik,” ucap Ramadhan.
Ramadhan menyampaikan, penelusuran kasus masif dengan tes acak di tempat publik juga bisa menjadi langkah antisipasi penularan kasus di masyarakat. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga masyarakat dari penyebaran virus, sebelum dan setelah acara yang menghadirkan ribuan orang berlangsung.