Pasca-penyerangan, Kapolsek Haruku Malah Diberi Promosi Jabatan
Setelah terjadi penyerangan ke kampung Kariuw, Kapolsek setempat malah mendapat promosi jabatan dari Kapolda Maluku. Lokasi konflik dengan tiga orang tewas dan 211 rumah terbakar itu terjadi di dekat markas polsek.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Ajun Komisaris Subhan Amin diganti dari jabatannya sebagai Kepala Polsek Haruku di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Pergantian itu terjadi setelah penyerangan dan diikuti pembakaran 211 unit rumah di Desa Kariuw yang berada dekat markas polsek tersebut. Subhan malah diberi jabatan lebih tinggi, yakni Pejabat Sementara Kepala Satuan Samapta Polres Kota Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease.
Promosi untuk jenjang jabatan setingkat lebih tinggi dari jabatan sebelumnya itu tertuang dalam Surat Telegram Kapolda Maluku Inspektur Jenderal Lotharia Latif nomor ST/37/II/KEP./2022 tertanggal 4 Februari 2022. Surat itu ditandatangani oleh Kepala Biro Operasional Polda Maluku Komisaris Besar Denny Y Putro atas nama Kapolda.
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat, yang dihubungi pada Minggu (6/2/2022), membenarkan adanya mutasi tersebut. ”Itu bukan pencopotan, tapi malah naik jabatan. Kasat Samapta itu kan untuk pangkat kompol (komisaris polisi), sementara jabatan sebelumnya kapolsek itu kan pangkat AKP (ajun komisaris polisi),” ujarnya.
Roem membantah rumor mutasi tersebut ada kaitannya dengan aksi penyerangan terhadap perkampungan warga Desa Haruku pada Rabu 25 Januari 2022. Markas Polsek Haruku berada di dekat permukiman Desa Kariuw. Kelompok penyerang yang masuk ke Kariuw pun melewati Polsek Haruku.
”Silakan saja jika ada yang mengaitkan dengan peristiwa itu. Itu hak setiap orang untuk memberikan penafsiran. Namun, secara reguler, Polri selalu melakukan mutasi untuk kebutuhan organisasi. Ini hal yang biasa,” katanya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada Rabu pagi, puluhan hingga ratusan orang dari Pelauw menyerang kampung Kariuw. Hampir semua rumah di kampung itu habis dibakar oleh penyerang. Dalam penyerangan itu terdengar bunyi tembakan senjata laras panjang dan ledakan bom.
Penyerangan itu berawal dari adu mulut antara dua warga dari kedua kampung itu pada Selasa siang, atau sehari sebelumnya. Mereka berdebat di tapal batas. Seketika terjadi konsentrasi massa dari kedua belah pihak, yang kemudian reda. Beberapa jam kemudian, seorang warga Kariuw yang melintas di Pelauw dibacok oleh seorang warga Pelauw.
Silakan saja jika ada yang mengaitkan dengan peristiwa itu. Itu hak setiap orang untuk memberikan penafsiran. Namun, secara reguler, Polri selalu melakukan mutasi untuk kebutuhan organisasi. Ini hal yang biasa.
Sejak Selasa petang itu beredar informasi bahwa akan terjadi penyerangan terhadap kampung Kariuw. Beberapa tokoh Kariuw mendatangi Polsek Haruku yang berada di antara perbatasan Kariuw dan Pelauw. Mereka meminta polisi menjamin keamanan mereka. Saat itu, Kapolsek Subhan menyatakan aman.
Namun, warga masih khawatir sehingga mendatangi Markas Polres Kota Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease bahkan Markas Polda Maluku yang berada di Pulau Ambon. Warga meminta penebalan pasukan secepatnya. Haruku dicapai dengan waktu tempuh sekitar 15 menit menggunakan perahu cepat dari Ambon.
Sayangnya, hingga penyerangan berakhir dengan korban jiwa tiga orang dan 211 unit rumah terbakar, tidak ada penambahan personel. Warga dan sejumlah pihak sangat marah pada polisi dan menilai polisi sengaja membiarkan peristiwa itu terjadi.
Tak berhenti di situ. Sempat beredar foto Kapolsek Subhan berada di tengah-tengah kelompok penyerangan sehingga menimbulkan penafsiran bahwa Subhan berada dalam pusaran konflik kepentingan di sana. Subhan dituduh berpihak pada kelompok penyerangan.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Provinsi Maluku Benediktus Sarkol mendesak aparat keamanan agar segera menangkap para pelaku yang terlibat dalam penyerangan itu. ”Saat ini hampir dua minggu peristiwa itu terjadi, tetapi belum ada juga proses penegakan hukum. Tidak adanya penegakan hukum membuat masyarakat semakin tidak percaya kepada aparat,” ujarnya.
Di sisi lain, ia juga meminta pemerintah daerah untuk segera menangani dampak sosial. Warga yang rumahnya terbakar harus segera dicari jalan keluarnya agar mereka bisa kembali hidup normal.
FS (40), warga Kariuw, berharap agar dibangun pos pengamanan di pintu masuk desa itu. ”Kalau bisa ada pasukan TNI AD yang ditempatkan di sana. Kami sangat kecewa dengan polisi yang mengabaikan laporan kami sehingga sampai terjadi hal seperti sekarang,” ujarnya.